Wanted

650 138 26
                                    

"Yang mulia, penjaga perbatasan mengabari bahwa Yoo Jeongyeon baru saja memasuki kerajaan." Lapor seorang penjaga.

"Bagus, sesuai perkiraan ia akan datang hari ini. Segera lakukan sesuai rencana." Perintah Mina.

"Ne, yang mulia." Para pasukan pun langsung di turunkan ke perkotaan untuk melakukan penjemputan pada Jeongyeon.

5 orang tentara kerajaan menuju lokasi tempat Jeongyeon berada, yaitu disebuah kedai kopi yang selalu ia kunjungi.

"Permisi nona Yoo Jeongyeon, anda diminta menghadap ratu." Seorang tentara menghampiri Jeongyeon yang baru saja akan menyeruput kopinya.

"Ratu?" Tanya Jeongyeon.

"Ne, kami diperintahkan untuk menjemput anda." Angguk tentara itu.

"Ahaha menjemput yaa, baiklah baiklah." Jeongyeon mengangguk angguk santai lalu mengeluarkan selembar uang untuk membayar kopinya dan berdiri dari tempat duduknya.

Tanpa disangka sangka, Jeongyeon langsung lari begitu kencang menuju keluar dari kedai.

"Hei hei dia kabur!!!" Para tentara pun langsung mengejarnya bak seorang pencuri.

Dengan ke lincahannya, ia berhasil berlari melewati banyak tentara yang mengejarnya. Bahkan sampai di kerahkan tentara tambahan untuk mengejar Jeongyeon. Gadis itu seperti benar benar tak ingin menemui Mina.

"Tangkap tangkap!!!" Teriak para tentara kerajaan.

"Sial! dia menyadari keberadaanku!" Umpat Jeongyeon sambil berlari sekuat tenaga menuju perbatasan untuk keluar dari kerajaan itu.

"Eit eit eit! kau mau kemana Jeongyeon??" Tanya penjaga perbatasan yang menahannya.

"Yak, biarkan aku pergi kumohon. Kita kan teman Park Seojun, ayolah." Bujuk Jeongyeon.

"Tidak bisa Jeongyeon, ratu mencarimu dan kau harus menemuinya." Karna di tahan oleh Seojun, Jeongyeon pun berhasil di tangkap oleh para tentara kerajaan.

"Haiss sial." Umpatnya.

Jeongyeon dibawa menuju istana oleh para tentara kerajaan. Berita kewalahannya tentara saat menangkap Jeongyeon sudah sampai ke telinga Mina.

"Sebegitu enggankah ia bertemu denganku?" Mina bertanya tanya.

"Yang mulia, dia sudah di istana." Lapor seorang penjaga.

"Bawa dia ke ruang makan, aku akan menunggu disana." Mina pun berjalan menuju ke ruang makan.

Jeongyeon yang di pandu memasuki istana, sudah bsrada di depan sebuah pintu besar.

"Silakan masuk, yang mulia sudah menunggu anda." Seorang pelayan mempersilakannya.

"Hais sial." Jeongyeon benar benar tak siap. Ketika seorang penjaga membukakan pintu untuknya, iapun masuk. Matanya tertuju pada figur seorang perempuan yang sedang duduk di ujung meja makan yang panjang.

"Sebegitu enggankah kau menemuiku sampai berlari terbirit birit seperti itu, teman lama?" Tanya Mina begitu melihat Jeongyeon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebegitu enggankah kau menemuiku sampai berlari terbirit birit seperti itu, teman lama?" Tanya Mina begitu melihat Jeongyeon.

"Adakah cara yang lebih baik untuk mengundang teman lamamu berkunjung?" Jeongyeon mengangkat kedua tangannya yang di borgol.

"Kalau kau tak membuat 100 lebih penjaga kewalahan mengejarmu, mungkin kau tak akan di borgol seperti itu." Mina memberi kode pada penjaga untuk membuka borgol di tangan Jeongyeon.

"Duduklah, kau pasti belum makan siang." Ajak Mina.

"Huft.." Jeongyeon berjalan pasrah menuju kursi di dekat Mina.

"Bagaimana kehidupanmu?" Tanya Mina saat mereka sudah mulai makan.

"Biasa saja." Jeongyeon hanya menatap makanannya sambil menaikan kedua bahunya.

"Kau masih memburu vampire?" Tanya Mina.

"Kudengar pemerintah kerajaan ini sudah menanganinya dengan baik, jadi sekarang sudah tak ada lagi pekerjaan semacam itu." Jawab Jeongyeon lagi lagi tanpa menatap mata Mina.

"Siapa 'pemerintah kerajaan ini' yang kau maksud?" Tanya Mina sambil tersenyum.

"Ntahlah, aku dari tak tinggal disini." Jeongyeon mengangkat kedua bahunya.

"Apa kau begitu kesal padaku? atau kau begitu benci padaku karna menyelamatkanku waktu itu kau harus kehilangan segala yang kau punya? apakah kau begitu marah padaku sampai menatap mataku saja kau tak mau?" Mina mulai sedikit sedih.

"..." Jeongyeon masih tak menatap Mina.

"Aku selalu mencarimu selama 2 tahun terakhir, dan mengetahui fakta bahwa selama beberapa bulan terakhir, disetiap minggunya kau selalu datang berkunjung ke sini tanpa mencoba menemuiku, membuat aku tak habis pikir. Kau bilang kau akan lebih mudah menemuiku bila aku menjadi ratu, tapi aku baru menemuimu setelah bertahun tahun." Ungkap Mina.

"Kenapa Jeongyeon? katakan padaku kalau kau membenciku! setidaknya akan lebih mudah untukku menerimanya bila kau mengatakan yang sesungguhnya." Pinta Mina.

"Aku takut." Jeongyeon akhirnya menatap kedua mata Mina.

"Aku terlalu takut untuk menemuimu begitu aku melihatmu ada di tv. Mengetahuimu telah berhasil merain apa yang perlu kau raih ku rasa sudah cukup. Aku berpikir lagi pula aku yakin kau tak akan mengingatku lagi. Kita sudah berbeda kelas Mina, aku hanya seorang pekerja serabutan dengan penampilan kotor seperti ini. Sedangkan kau seorang ratu, kau penguasa kerajaan ini! lihatlah! aku bahkan tak pantas makan bersama mu." Ungkap Jeongyeon.

"Huftt, terima kasih untuk makanannya." Jeongyeon berdiri dari kursinya dan hendak pergi.

"Pengecut!" Ucapan Mina membuatnya berhenti, dan membalikan badannya.

"Apa kau tau tak pernah sedetik pun aku berhenti berharap untuk bertemu denganmu?! Apakah kau tau seberapa banyaknya aku minta tentara kerajaan untuk mencarimu selama ini?!" Mina bediri dari kursinya lalu berjalan perlahan menuju Jeongyeon.

"Apa yang kau lakukan?" Jeongyeon tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Apa kau tau seberapa aku merindukanmu?! aku selalu memakai jubah pemberianmu kemanapun aku ingin pergi, jubah itu selalu memberikanku harapan untuk bisa merasakan kehadiranmu lagi! kau pikir aku pernah merasa diriku tinggi hanya karna aku ratu?? justru kau yang pengecut! kau bahkan tak berani untuk menepati janjimu!" Marah Mina.

"Huft... ya, aku memang pengecut." Jeongyeon menghela nafasnya.

"Maafkan aku, seharusnya aku sudah menemuimu sejak lama." Sesal Jeongyeon.

*Buk buk buk

Mina memukul pundak Jeongyeon sambil menahan tangisnya.

"Jangan peluk aku, aku bau." Ucap Jeongyeon.

"Hiks hiks." Mina terkekeh dalam tangisnya lalu dengan segera, menghambur ke pelukan Jeongyeon.

"Aigoo yaa." Jeongyeon membalas pelukan Mina.

"Kalau kau menghindariku lagi, awas saja kau." Kesal Mina sambil masih memeluk Jeongyeon.

"Baiklah baiklah.." Angguk Jeongyeon.































Acieeeeeee

EthernalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang