08

1K 113 3
                                    

.


.



Jungkook hanya menatap soal di hadapannya saat ini, sedangkan tangan kirinya perlahan mengusap pergelangan tangan kanannya yang memar.
"Bagaimana bisa soal mudah ini tidak bisa kau kerjakan, Min?" Sang guru dengan tatapan tajam itu hanya mendengus sembari membalikkan tiap lembar soal di tangannya.

"Kau tahu aku digaji untuk membuatmu pandai. Mari buat ini lebih mudah, jangan merepotkanku." Jungkook hanya menunduk saat soal berikutnya diberikan ke atas mejanya. Bola matanya melirik ke arah jam yang terus bergerak menunjukkan pukul 10 malam.

Ini sudah larut, dan ia lelah setelah melewati hari cukup padat. Namun dengan mau tidak mau tangannya segera mengambil pulpen untuk segera mengerjakan soal di hadapannya.
"Satu soal satu menit, lakukan lebih cepat dari batas waktu yang kuberikan."

Hahhhh...

Jungkook hanya ingin mengistirahatkan tubuhnya, atau merasakan air malam yang mengguyur tubuhnya. Sayangnya ia harus bergelut dengan soal sebelum merasakan itu semua.

.

"Salah!"

"Salah!"

"Terlalu lama! Apa yang bisa kau lakukan? Bagaimana bisa soal semudah ini saja tidak bisa."

Lagi dan lagi, remaja berusia 14 tahun itu hanya bisa meremas jarinya kasar, bisakah ia beristirahat sejenak setelah pulang sekolah, setelah menyelesaikan latihan taekwondo dan mendapatkan jadwal les tambahan?

"Kurasa ini sudah terlalu malam." Jungkook berhenti meremas jarinya yang sudah lecet saat mendengar suara sang kakak. Yoongi berdiri di ambang pintu mengenakan jaket tebalnya, tak lupa di tangannya membawakan jaket untuk Jungkook.

"Kau datang? Tapi sayangnya tidak ada yang bisa bocah itu lakukan dengan benar." Wanita paruh baya itu menatap Jungkook seakan mencemoohnya, wanita itu melempar jawaban miliknya yang kusut di atas meja.

"Besok, ada 400 soal menunggumu." Bibi Jae segera pergi dari sana meninggalkan Yoongi yang kini berjalan mendekati Jungkook. Sang kakak memasangkan jaket tebal itu pada sang adik, mengambil lembaran jawaban yang sudah kusut diremat sang bibi.

Jungkook segera bangun dari duduknya, mengambil cepat jawaban miliknya dan memasukannya ke dalam tas. Yoongi hanya diam melihat Jungkook memasukkan semua peralatan tulisnya ke dalam tas.

"Kakak pasti sudah menunggu lama, bukan? Maafkan aku, lain kali aku akan menyelesaikan soal dengan cepat agar besok kakak tidak menunggu terlalu lama." Jungkook menarik Yoongi untuk beranjak dari sana, remaja itu ingin segera beristirahat.

"Sudahlah, seharusnya kakak yang datang lebih awal. Bagaimana latihanmu?" Tanya Yoongi sembari merangkul Jungkook yang kini melebarkan senyumannya. Kedua kakak beradik itu kini berjalan bersama menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari sana.

"Tentu saja, seperti biasa!" Yoongi tersenyum lebar, ini yang ia harapkan. Cukup Jungkook melakukan hal-hal yang ia sukai, ia tidak suka melihat Jungkook tertekan.

"Kalau kak Yoongi bagaimana? Apakah kuliah itu menyenangkan?" Jungkook menatap sang kakak yang kini berjalan ke arah pintu kemudi, sedangkan ia langsung membuka pintu di sebelah kemudi.

My Precious BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang