01

5K 335 26
                                    

Satu... Dua... Eum... Tiga? Aku tidak ingat tapi yang pasti aku bosan berada di tempat ini.





Seorang bocah bergigi kelinci menatap sekitarnya, ia menatap kosong jendela kamarnya yang menampilkan pemandangan yang seolah-olah? Mengejeknya.

Ia ingin bebas...

Ia ingin kabur....

Sayangnya itu semua membuatnya frustasi, matanya menatap pintu yang tertutup kini dibuka oleh perawat. Wanita cantik itu tersenyum ramah, matanya pasti memerah menahan tangis setiap ia mengunjungi ruangannya.

"Bibi kenapa kau menangis? Jangan melakukannya. Apalagi untukku." Ucapan bocah itu justru membuat pertahanan wanita itu runtuh, ia segera berlari memeluk bocah yang sudah terjebak di ruangan laknat ini selama 6 bulan.

Biadab.

Netranya mengedar kemudian memilih untuk menutup rapat pintu serta jendela yang ada di ruangan itu. Ia kembali mendekat, lalu mengusap bahu bocah yang hanya diam.
"Jungkook-ah... Bibi tanya padamu, apakah kau benar-benar bertemu dengannya?" Tanya wanita itu membuat Jungkook-bocah itu tersenyum lebar.

"Tentu! Dia selalu menemaniku." Ucapan Jungkook seolah memberikan suatu harapan untuk wanita sepertinya.
"Mintalah pada Tae untuk selalu berada di sampingmu. Bibi akan mencari cara untuk mengeluarkan mu." Ucapan wanita itu membuat bocah itu panik.

"Tapi nanti--"

Wanita itu tersenyum tipis, mengecup keningnya lalu memeluknya erat.
"Sampai jumpa, jaga dirimu baik-baik. Kau sehat! Tidak ada yang aneh dengan tubuhmu, dan bibi mohon teruslah bahagia."

Mata wanita itu menatap warna lebam yang ada di lengan mungil bocah itu, matanya bergetar menahan tangis.
"A-apa bibimu datang?" Tanya wanita itu membuat bocah kecil itu hanya menatap kedua netra wanita yang ada di hadapannya.

"Ah~ kau tidak akan menjawabnya ya. Cha~ baiklah, ayo kita keluar dari sini." Segera wanita itu menggendong bocah berusia 8 tahun itu kemudian menutupinya dengan selimut.

Bocah itu hanya diam, ia takut tapi ia juga ingin keluar dari tempat ini.
"Bibi... Aku tidak gila bukan?"Cicit bocah itu membuat wanita itu menggeleng meski bocah itu tidak melihatnya.

" Aniyo... Kookie adalah hadiah terindah yang Tuhan berikan." Ucapan wanita itu membuat bocah yang berada di gendongannya mengeratkan pelukannya. Tangannya memeluk erat leher wanita yang kini berusaha mempertaruhkan hidupnya untuk keluar dari tempat ini.

Ia tahu, bibi Kwon hanya memiliki pekerjaan ini. Ia sebatang kara setelah diceraikan oleh suaminya dan ditinggal pergi oleh anaknya.
"Bibi... Apa bibi baik-baik saja setelah ini?" Tanya Kookie saat ia merasa beberapa dokter mulai mencurigai mereka.

Langkah bibi Kwon mulai cepat, membuat Kookie mengeratkan pelukannya. Ia panik, tapi ia tahu bibi Kwon pasti lebih panik.

Sedetik kemudian Kookie merasa ia diturunkan dari gendongannya, bibi Kwon berjongkok menyamakan tingginya. Kookie mengedarkan pandangannya, ia tidak tahu ia ada dimana tapi yang pasti ia berada jauh dari tempat itu.

"Pergi sejauh mungkin, jangan pernah kembali ke tempat itu." Bibi Kwon memasukkan banyak uang ke dalam mantel kecilnya, kemudian memeluk dan mengecup keningnya.

My Precious BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang