Rivan melihat pantulan dirinya di cermin, di balut dengan seragam putih abu beserta almameter hitam yang melekat pada tubuhnya, almameter untuk para anak Osis.
Tubuhnya yang tinggi beserta Parasnya yang tampan dengan rambut hitam pekatnya, halisnya yang tebal, kulitnya yang putih seperti ubin mushola, bibirnya yang merah alami, serta hidungnya yang mancung seperti perosotan, dan jangan lupakan pada bulu matanya yang bisa dibilang lentik.
Setelah itu Rivan menyandang tas hitamnya, dan bergegas turun menuju ruang makan.
"Pagi Oma!" sapa Rivan kepada neneknya yang sedang menyiapkan sarapan bersama asisten rumah tangganya.
Di rumah yang bisa di bilang mewah ini, Rivan hanya tinggal bersama neneknya dan beberapa pelayan yang bekerja di rumah ini.
Rivan tersenyum lalu mencium pipi neneknya. Rivan di sekolah sangat berbeda dengan Rivan di rumah, jika di sekolah ia bersikap cuek maka berbeda dengan di rumah ia bersikap hangat pada neneknya. Kepribadian ganda!.
Rivan duduk di samping Oma nya dan mulai melahap roti selai cokelat yang Oma nya siapkan.
"Rivan, cepet makan nanti telat" ujar Oma yang melihat Rivan malah memainkan handphone nya.
Rivan menyengir lebar.
Ia menaruh ponsel nya lalu dengan cepat melahap makanan nya.
Setelah sarapan habis, Rivan melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangannya.
06:45
Rivan menyalimi tangan Oma nya, rutinitas Rivan sebelum berangkat ke sekolah.
"Sekolah yang rajin ya sayang" ujar Oma sambil mencium pipi cucunya, Rivan mengangguk sambil tersenyum.
Rivan melangkah pergi ke garasi untuk mengeluarkan motor sport merah kesayangannya.
Di sisi lain tempat ada Alifia yang sedang berdiri di depan rumahnya seraya tersenyum manis saat melihat tetangga nya yang asik memanaskan motor kesayangan nya.
Alifia mendekat dengan senyum merekah."Assalamualaikum kasep!" Ujar Alifia sumringah. (Ganteng)
Rivan, sang tetangga yang di sapa pun kaget bukan main, dia mengelus dadanya sambil menggeleng pelan.
Rivan mendengus kesal, perempuan di depan nya sungguh menyebalkan. Pagi-pagi udah ngagetin orang aja!
"Waalaikumsalam" jawab Rivan ketus.
Alifia tersenyum mendengar jawaban ketus dari Rivan, menurut nya Rivan semakin keren kalo lagi ketus.
"Gue nebeng ya" pinta Alifia di sertai senyuman manis nya pada Rivan.
Rivan menggeleng cepat, tanda tidak setuju.
"Gak!" Jawab Rivan cuek.
Alifia mendengus.
"Boleh yak?" pinta nya seperti anak kecil.
Bukannya luluh, Rivan malah mengidik ngeri.
"Gak! Lo kan punya motor sendiri!"
Alifia memang punya motor sendiri tapi sayang motor schoopy merah nya sedang mengalami kebocoran pada bagian ban belakangnya.
"Motor gue ban nya bocor! Boleh nebeng yak?" pinta Alifia sekali lagi seimut mungkin supaya Rivan bisa luluh.
Namun Rivan tetaplah Rivan.
"Gak!"
Alifia cemberut, kemudian ia tersenyum lebar saat ide jahil tiba-tiba muncul di otak nya saat melihat Oma Rivan keluar dari rumah.
"Oma!!! Rivan gak mau nebengin neng ke sekolah" pekik Alifia.
Rivan mendengus kesal melihat ulah gadis di depannya."Rivan, ajak si neng nya!" Ujar Oma Rivan.
Alifia tersenyum senang.
"Tuh denger" kata Alifia.
Rivan memutar bola mata nya malas.
"Rivan gak mau nebengin makhluk astral Oma!" jawab Rivan lempeng.
Alifia menggeram kesal.
"Cantik gini di bilang makhluk astral!" Protes nya.
"Dih cantik lo?!" Ledek Rivan. Pedes banget ya mas:).
"Cantiklah!" sewot Alifia.
Rivan pun semakin asik mengejek Alifia, 'emang lo aja yang bisa jahil! Gue juga bisa kale!'- batin nya.
"Gak! Lo mah jelek Lif!" ucapan Rivan yang membuat Alifia mendengus kesal.
Alifia cemberut.
"Yang bilang gue jelek adalah sampah" celetuk Alifia.
"Kalo yang bilang cantik?" tanya Rivan.
"Mungkin matanya kelilipan sampah"
Pletak!
Rivan menjitak kepala Alifia.
"Aduh!" Ringgis Alifia sambil mengusap kepalanya.
Rivan tersenyum senang.
"Hahaha rasain lo! Tuman" ejek nya.
"Gelo sia! Gak bisa di biarin, ini namanya KDRT!" Ucap Alifia mendramatis. (Gila lo)
"Dih! Udah jangan lebay, ayo katanya mau nebeng" Ajak Rivan sambil menaiki motor nya dan memakai helm nya.
Seketika Alifia tersenyum lebar, lalu melangkah menghampiri Oma Rivan yang sedari tadi menggelengkan kepala nya melihat interaksi antara cucu nya dengan kaum hawa.
"Oma! Neng berangkat ya" ujar Alifia sopan sambil menyalimi tangan Oma Rivan. Alifia sudah menganggap Oma Rivan sebagai nenek nya sendiri begitupun sebalik nya.
Oma Rivan mengangguk sambil tersenyum.
"Iya, kalian hati hati di jalan nya!"
"Siap Oma, Assalamualaikum!" Jawab Alifia seraya berlari dan langsung naik ke atas motor Rivan dengan sedikit kesusahan karena motor Rivan itu tinggi menurut nya.
"Dadah Oma!" Ujar Alifia saat motor Rivan sudah melaju sambil melambaikan tangannya ke arah Oma Rivan yang dibalas lambaian tangan oleh si mpunya.
Rivan tersenyum di balik helm fullface nya melihat Alifia dari kaca spion.
"Rivan!" teriak Alifia disamping telinga Rivan. Rivan sangat ngebut, Alifia takut Rivan tidak mendengar.
"Berisik! Gue gak budek Alifia" ujar Rivan kesal.
Alifia malah terkekeh, "hehe maaf deh" ujar Alifia.
"Van!" Alifia kembali memanggil Rivan.
"Hmm" gumam Rivan.
"Van!"
"Apa?!"
Rivan mulai kesal.
"Rivan!!" oke fix bentar lagi Rivan pasti marah.
"Apaan bangsat?!!"
Tuh kan.
"Heh! Gak boleh ngomong kasar!" Ujar Alifia sambil menoyor helm yang di pakai Rivan.
"Diem lo!" ketus nya.
Alifia hanya cengengesan.
"Rivan jangan galak galak dong! Ntar gue makin cinta!" Celetuk Alifia.
Rivan mendengus.
"Bodo amat!" ucap Rivan.
TBC.
________________________
Jangan lupa tinggalkan jejak👣
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanolif [ON GOING]
Teen Fiction"Van, lo suka sama gue gak?" "Gk" "Yaaaaaah" "Cuma nanya gitu? Gk nanya gue cinta sama lo?" "Lo cinta sama gue?" "Gk" "Kenapa lo gak mati aja?!" "Karena gue masih pengen hidup bareng lo" "Hah! Seriusan?!" "Gk" "Ngajak gelut sia!!" ...