[11] Rivan yang sebenernya

128 90 38
                                    

Sisa rintik hujan membuatnya berkolaborasi dengan tanah menghasilkan aroma yang menenangkan. Aroma yang di sukai oleh Alifia, gadis itu masih asik setia memejamkan mata bergelung dengan selimutnya.
Padahal jam sudah menunjukkan pukul 06:15, yang akan membuat dirinya telat masuk sekolah.
Hingga terdengar suara ketukan beserta teriakkan dari arah luar kamar telah mengganggu mimpi indahnya.

Tok!

Tok!

Tok!

"NENG!!! HUDANG!!! UDAH SIANG!!" Terdengar suara Teriakan Hara menggelegar.

(bangun)

Karena tidak mendengar sahutan dari dalam kamar, Hara membuka pintu kamar anak gadisnya.

Ceklek!

"Astagfirullah!" Gumam Hara seraya mengelus dada saat melihat Alifia tertidur dengan gaya abstraknya.

"NENG! Hudang atuh ih, udah siang nanti kamu teh terlambat" Hara berkata seraya mengguncang tubuh sang anak.

"Lima menit lagi atuh Bun!" Alifia menggeliat lalu menarik selimut menutupi wajahnya.

Hara menarik selimut yang menghalangi wajah putrinya.
"Teu aya 5 menit 5 menitan! Abis sholat subuh bukannya langsung mandi, malah tidur lagi kamu mah, Bangun Neng ih!"

Mendengar nada kesal yang dikeluarkan sang Bunda, mau tak mau Alifia harus bangun dari tidurnya.

"Mandi!" Titah Hara.

"Gak mau ibak Neng mah Bun, Tiris!" Tolak Alifia seraya menggigilkan badan mungilnya.

"Alah jangan banyak Alesan kamu Neng, mandi sono!" Omel Hara.

"Mandiin" ujar Alifia seraya merentangkan tangannya dengan bibir mengerucut.

Tuk!

"Adaw!" Ringgis Alifia sambil mengusap jidatnya yang menjadi sasaran jitakan Hara.

"Udah gede, masih mau di mandiin!"

Karena tak mau lama lama mendengar omelan si Bunda, Alifia beranjak keluar kamar menuju kamar mandi berada.

"Ck ck ck! Salah apa aku teh punya anak bentukan kayak gitu ya Allah" gumam Hara dengan nada dramatisnya.

**♤**


Di sisi lain pula, Rivan masih membungkus tubuhnya dengan selimut tebal sambil berguling guling di atas tempat tidur sampai suara ketukan pintu terdengar olehnya.

Tok!

Tok!

Tok!

Rivan mengernyitkan dahinya sambil terus menerus berguling,
"SIAPA?!" teriaknya.

"PAPIII!" Terdengar sahutan dari luar kamar.

"MASUK AJA PIIII!!"

Ceklek!

"Astaga! Ngapain kamu A?? Bukannya mandi, malah guling guling gak jelas kayak gitu!"

Rivan memandang pria paruh baya yang berdiri di samping ranjang miliknya dengan tatapan polos,
"Biarin!"

Reon mendengus,
"Bangun! Mandi, kamu harus sekolah A!" Ujarnya.

"Males sekolah Pi! Aa kan udah pinter, ngapain sekolah!" Ujar Rivan dengan nada songongnya.

Vanolif [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang