"Huh! Rese banget tu orang! Dia juga telat, kenapa cuma gue yang dihukum?! Awas aja, gue bakal jailin dia banyak banyak! Mentang-mentang anak pemilik sekolah, dia jadi seenaknya gini! Aing teh gak bisa diginiin!"
Disinilah Alifia berada. Setelah insiden telat tadi, Alifia terkena hukuman yang mengharuskan ia membersihkan lapangan Badminton yang subhanallah luasnya.
Bibir mungilnya tak berhenti untuk mengeluarkan gerutuan terhadap sang ketua osis kita, Rivano."Subhanallah ini lapangan teh gede pisan! Capek gue nyapu sendirian!! Gue sumpahin itu si Rivan supaya nyungsep di sawah, Amin ya allah" ujar Alifia seraya berdoa dengan mengangkat kedua tangannya.
"Udah nyumpahin gue nya!"
Alifia terkejut saat mendengar suara yang sangat familiar di telinganya dari arah belakang. Alifia menengok kebelakang dan menemukan sosok yang tadi ia bicarakan lebih tepatnya ia umpat tengah berdiri menatap datar kearahnya dengan kedua tangan yang sengaja dimasukkan kedalam saku celana, biar cool!.
Alifia menyengir lebar,
"Eh Rivan, ngapain lo di situ?" Tanyanya akrab.Rivan berdecak,
"Ngawasin lo supaya gak kabur lah" ujarnya garang."Van! Bantuin dong, capek nih!" Pinta Alifia.
Rivan mengangkat kedua tangannya ke atas, Alifia mengernyitkan dahinya tak mengerti.
"Sia teh ker naon?" Tanya Alifia.
(Lo lagi ngapain?)
"Katanya mau dibantuin, ini udah gue bantuin! Bantuin do'a" jawab Rivan.
Alifia melongo dibuatnya, ini kenapa jadi Rivan yang ngeselin sih!
"Jancok!" Celetuk Alifia sambil menunjukkan jari tengahnya ke arah Rivan.
Rivan menatap Alifia garang, dari mana dia tau kalimat tersebut. Pikir Rivan.
"Heh! Gak boleh kayak gitu!"
"Yak! Lo nya ngeselin"
Rivan mendengus kesal,
"Kayak yang gak pernah ngeselin aja! Siapa yang ngajarin kayak gitu hah?!" Tanya Rivan garang, pasalnya Alifia itu termasuk kedalam jajaran makhluk polos, jadi ia was-was saja saat Alifia melontarkan kata yang mengandung kata kasar."Arka! Katanya kalo ada yang ngeselin, Neng harus bilang jancok sambil pamerin ini" jawab Alifia polos sambil memamerkan jari tengahnya.
Nah kan! Sudah Rivan duga, pasti sahabat minim ahlaknya itu yang sudah meracuni otak polos Alifia. Lain kali, ia harus melarang pergaulan Alifia dengan Arka.
"Lo gak usah niru kata kata Arka! Kalo masih ngomong kasar kayak tadi, gue laporin sama Ayah lo!" Ancam Rivan.
Alifia menggelengkan kepala nya, Rivan gak boleh laporin ke Ayah. Kalo Ayah nya tau ia ngomong kasar, Alifia yakin Among sama ponselnya akan disita.
"Jangan dilaporin! Iya, Gue gak bakal niruin kata kata Arka lagi!""Ya udah sono lanjutin bersihinnya!"
**♤**
"PUNTEEEEN!"
Selesai menjalani hukumannya, Alifia langsung melangkah pergi menuju dimana kelasnya berada.
Seluruh atensi yang ada didalam kelas mengarah kepadanya, masih pagi tapi Alifia sudah membuat telinga orang lain sakit karena teriakkan cempreng yang keluar dari bibir mungilnya. Untung sedang tak ada guru yang mengajar, jadi Alifia masih aman lah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanolif [ON GOING]
Teen Fiction"Van, lo suka sama gue gak?" "Gk" "Yaaaaaah" "Cuma nanya gitu? Gk nanya gue cinta sama lo?" "Lo cinta sama gue?" "Gk" "Kenapa lo gak mati aja?!" "Karena gue masih pengen hidup bareng lo" "Hah! Seriusan?!" "Gk" "Ngajak gelut sia!!" ...