Pembawa Sial

5.3K 484 104
                                    

Dandelion kembali 🙃

Maaf ya jika banyak typo 🙏

Jangan lupa tinggalkan jejak jika kalian 😊

Happy reading

Sepulang sekolah Dande berencana mau menginap di mansion Kenzie, sahabatnya itu minta ditemani karena kedua orang tuanya Kenzie sedang mengunjungi neneknya yang berada di kampung halaman.

Sekarang Dande berada di apartemen, meminta ijin kepada orang tuanya sekalian mengambil barang keperluan sekolah untuk besok.

"Obat nggak ketinggalan 'kan, Dek?" Fitri memperhatikan Dande siap membawa barang keperluannya.

"Udah Ma. Bilang ke Papa, Adek nginap di mansion Kenzie. Adek mau pergi dulu, nanti marah-marah lagi Kenzie kelamaan nunggu," ucap Dande memikirkan Kenzie menunggunya di mobil.

"Nanti jangan lupa hubungi Mama Papa."

"Siap, Ma."

Dande memeluk Fitri lama, rasa tidak tega meninggalkan Mamanya, setelah puas lalu mencium punggung tangan Mama Fitri.

"Assalamu'alaikum," pamit Dande sebelum melangkah keluar pintu.

"Wa'alaikumsalam."

Dengan langkah berat Dande keluar dari apartemen, hatinya gelisah bercampur takut. Akhir-akhir ini hatinya tak tenang, merasa akan terjadi sesuatu buruk menimpanya.

🌼🌼🌼

Sepulang kerja, Reza langsung masuk kamar. Duduk termenung di pinggir kasur king size, mengusap pelan foto yang dibingkai digenggamannya.

Rindu terhadap kedua orang tuanya sedikit berkurang melihat foto mereka tersenyum lebar di sana. Kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tuanya masih menyisakan luka mendalam, semuanya bertambah sulit sejak kepergian mereka.

Diletakkan foto itu di nakas meja. sedikit ragu beralih membuka laci meja. Tangannya bergetar bersamaan air mata perlahan berembun hanya sekedar memegang map lusuh terciprat darah yang sudah kering.

Belasan tahun benda itu masih berada di posisi yang sama, tak sedikit pun Reza berani mengambilnya. Itu adalah benda yang ditemukan polisi di dalam mobil  orang tuanya, sehabis kecelakaan.

Perlahan Reza mengambil map lusuh itu, mengeluarkan kertas yang berada di dalam, matanya meliar membaca deretan kata demi kata yang tertera, badannya seketika lemas mengetahui isinya.

'Cklek'

"Mas, makan malam sudah siap."

Fitri berjalan mendekati suaminya, namun Reza hanya diam memandang kosong surat digenggamannya.

"Mas ..." Fitri menepuk pelan bahu kiri Reza.

Kertas itu jatuh, awalnya Fitri berniat ngambilnya saja tetapi tidak sengaja membaca sesuatu familiar.

"Mas ... i ... ni beneran?" tanya Fitri, diangguki Reza mengiyakan.

"Mereka harus tau Mas!"

Tanpa pikir panjang mereka pergi keluar, melupakan makan malam yang sudah tersaji. Reza memacu mobil secepat mungkin, tidak sabar memberitahukan mereka.

"Mas ... jangan terbawa emosi," peringat Fitri gelisah ketakutan.

Reza seakan tuli menghiraukan peringatan sang istri. Nampaknya semesta tidak berpihak. Sebuah mini bus tiba-tiba melawan arus lalu lintas, Reza yang panik terpaksa membanting stir yang masih kecepatan tinggi, terjadilah hal yang tidak diinginkan.

Orang-orang yang menyaksikan kejadian naas itu memekik bagaimana dahsyatnya kecelakaan itu. Lalu lalang arus lalu lintas mendadak terhenti. mereka berbondong-bondong melihat mobil yang terbalik, ada yang sibuk mengevakuasi korban, ada yang menelpon ambulance, bahkan ada yang memfoto maupun mem-video 'kannya.

Sementara Dande di mansion Kenzie merasa tidak tenang sedari tadi, belum lagi kedua orang tuanya tidak bisa dihubungi.

"Dan, yuk ke bawah. Kita makan," ajak Kenzie. Dande hanya mengangguk.

Dande mengaduk-aduk nasinya dengan tidak berselera, pikirannya selalu tertuju kepada kedua orang tua angkatnya.

Getaran handphone Dande menghentikan kegiatan mereka, Dande mengangkat panggilan yang tidak dikenal itu.

"Hallo."

"......"

"Iya benar."

"......."

"Ma ... ma Papa ... hiks."

Kenzie mendekati Dande yang tiba-tiba menangis menjawab panggilan seberang.

"Dan, ada apa?" tanya Kenzie Khawatir.

"Anterin gue ke rumah sakit ... hiks ... Mama Papa gue kecelakaan ... hiks."

Tanpa menunggu lama mobil Kenzie melaju kencang menuju rumah sakit. Sesampainya Dande tergesa-gesa berlarian menuju UGD sesuai arahan resepsionis, tidak memperdulikan jantungnya memberontak. Kenzie berusaha mengimbangi langkah Dande, berulang kali memperingati sahabatnya itu. Hingga mereka tiba pada tempat tujuan, disambut tatapan tajam Diana, Fahri dan Fero.

Bertepatan saat itu, ruang UGD dibuka menampilkan Faro terkotori darah.

"Gimana keadaan mereka, Kak? tanya Diana khawatir.

"Om Reza kondisinya sudah stabil tapi... Tante Fitri koma," jelas Faro.

Tanpa diduga Diana langsung mendorong Dande.

"SEMUA INI GARA-GARA KAMU!" teriak Diana menatap nyalang Dande.

Dande menangis sesenggukan, melihat kebencian di mata Bundanya. Fahri menarik kasar tangan Dande tidak memperdulikan anak itu memberontak kesakitan.

"Pergi! Kamu itu cuma pembawa sial!" Fahri mendorong tubuh Dande sampai terjatuh kedua kalinya.

"Ayah ... hiks ... biarkan aku disini."

Dande merangkak memegang kaki Fahri, bukannya iba Fahri malah menendangnya kuat.

"Bisa nggak jangan main kasar?! Bagaimanapun juga dia keluarga kalian," geram Kenzie, membantu Dande berdiri.

Faro dan Fero terdiam, mereka bingung kenapa hatinya tidak terima perlakuan ayahnya kepada Dande.

Atensi mereka teralihkan ketika beberapa perawat mendorong dua brangkar keluar UGD. Mereka mengikuti kedua brangkar Fitri dan Reza, kecuali Dande dan Kenzie masih di sana.

Tubuh Dande meluruh bersamaan air mata mengucur deras. Menyalahkan dirinya yang hanya bisa memberikan luka orang-orang yang dia sayang.

TBC

Salam Manis Popon

Dandelion [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang