Runtuhnya Keegoisan

8.7K 594 145
                                    

Dandelion kembali 🙃

Jangan lupa tinggalkan jejak jika kalian suka

Happy reading

Asap tebal beserta panasnya api  menjalar di penjuru ruangan, Fero dan Dande masih belum sadar bahwa mereka terjebak di tengah bahaya.

“Uhuk ... uhuk.” Fero membuka matanya perlahan,  mengedarkan pandangannya pada setiap jengkal ruangan yang dikerubungi api.

Fero panik, berusaha melepaskan ikatan tali mengikat tangannya. Dia baru sadar tidak hanya dirinya berada di sana, ternyata Dande juga bernasib sama.

“Woy … uhuk ... uhuk bangun!” Fero berteriak memanggil Dande.

Dande menetralkan pening menghantam palanya, meraup udara terasa menyesakkan. Dia tidak bisa bergerak, kedua tangan dan kakinya diikat, apa lagi ruangan yang dia tempati dilalap api. Menoleh ke samping kanan, terlihatlah Fero juga tak jauh berbeda.

“Kak ... uhuk ... Kakak baik-baik aja? Mana Elang?” tanya Dande khawatir karena tidak menemukan temannya itu.

Fero menyerngit, siapa  Elang? Apakah ada kejadian dia lewatkan?

“Bukan itu yang terpenting sekarang.. uhuk … kita harus pergi dari sini.”

Mereka sama-sama berusaha melepaskan diri, beruntunglah ikatan tali Dande tidak terlalu kuat sehingga dia mudah melepaskannya, lalu  menolong Fero.

Api semakin membesar, banyak alat-alat pabrik yang ditinggalkan berjatuhan. Mereka harus ekstra hati-hati, salah saja melangkah nyawa taruhannya. Tiba-tiba alat berat berada di atas langit-langit genteng jatuh tepat di bawah Fero.

Dande yang menyadarinya, tanpa pikir panjang mendorong jauh kakaknya. Namun kakinya tersendung, tidak sempat menghindar dan dialah tertimpa alat berat itu.

“Aaaarg!” Dande mengerang kesakitan, kedua kakinya dihantam keras hingga suara patah dapat didengar.

Fero terkejut melihat Dande terhimpit, sekuat tenaga mengangkat alat besar dan berat itu walaupun sia-sia yang dia dapat.

“Kak udah, kakak pergi sekarang sebelum api bertambah besar,” ucap Dande, memperhatikan kobaran mulai mengambil alih jalan keluar.

Fero menggeleng keras. “Lo bodoh! Gue udah jahat sama lo, kenapa lo tetap mau nyalemetin gue?!”

“KARENA KITA KELUARGA! Aku nggak akan sanggup membiarkan salah satu keluargaku terluka.” Dande mengucap lantang perkataan yang selama ini dia tahan.

Dinding keegoisan Fero runtuh, memeluk Dande begitu erat menyuarakan isak lirih penyesalan. Dia begitu bodoh, kenapa baru menyadari ketulusan Dande, wajar Kembarannya Faro sangat menyayangi Dande.

“Maafin Kakak Dek … hiks.”

Dande bahagia Fero memeluk dan memanggilnya Adek untuk pertama kali.

“Kakak nggak salah, aku yang salah lahir di tengah kalian.“ Dande melepaskan pelukan Fero, menghapus air mata kakaknya.

“Sekarang Kakak cepat pergi! Sebelum apinya menutupi jalan keluar.” Dande mendorong tubuh Fero.

“Gue nggak akan ninggalin lo, Dek!" tolak Fero.

“Kak, pikirin Ayah, Bunda dan Kak Faro. Nanti mereka sedih kalau kakak seperti ini, hanya Kakak sumber kebahagiaan mereka. Mereka nggak akan peduli kalaupun aku mati, sebaiknya Kakak pergi sekarang!”

“Nggak! Lo itu Adek gue, gue tetap bersama lo, Dek,” bantah Fero.

“Jangan kayak gini kak ... hiks.” Lirih Dande.

Fero menghapus air mata Dande, menangis bersama menikmati detik-detik kehidupan mereka. Sayup-sayup Dande mendengar  seseorang memanggil namanya.

“Kami disini, tolong kami!”Dande berteriak semampunya, Fero yang sudah lemas sedari tadi hanya diam.

Suara itu semakin dekat, Dande tersenyum haru ternyata Elang datang menolong mereka. Dande pikir Elang kenapa-kenapa, sekarang temannya itu kembali membantunya lagi.

Elang  mendekati Dande, mengangkat benda besar yang menghimpit kedua kaki Dande di bantu Fero. Namun tetap saja tidak bisa diangkat. Papi-nya memang gila mau membunuh dua orang yang tak berdosa, butuh perjuangan bisa kabur. 

“Kalian cuma buang-buang waktu, Tolong bawa kakak gue, Lang.” Dande Memohon kepada Elang

“Lo ngomong apa sih, Dek?! Kakak nggak akan pergi kalau lo nggak pergi," bantah Fero

“Benar kata kakak lo, lo juga harus pergi bersama kita,” timpal Elang.

BRUK


Fero jatuh tak sadarkan diri tak kuat menahan tubuhnya yang lemas, membuat mereka khawatir terutama Dande. Kakaknya baru sebulan lalu menjalani operasi transplatasi paru-paru, pasti tidak baik terlalu lama di tengah kebakaran.

“Gue mohon.” Dande menatap Elang  memohon.

“Baiklah, tapi lo harus bertahan. Gue akan cari pertolongan secepatnya.”  Dande mengangguk walaupun tidak yakin bisa selamat.

Dengan berat hati Elang menggendong Fero keluar dari pabrik.

Dande tersenyum memandang punggung Elang tertelan asap, tinggal dirinya seorang diri. Dia tidak menyesali keputusannya, setidaknya  sudah melakukan hal yang berguna bagi keluarganya.

Air mata Dande semakin deras mengingat semua kenangan bersama Kakak sulungnya, sebentar lagi kebahagiaan Kakak Faro terwujud.

Kak aku pergi,” batin Dande bersamaan matanya tertutup erat

🌼🌼🌼

Fahri dan Dimas  sampai di sebuah pabrik terbengkalai. Berkat bodyguard-nya Dimas, mereka dapat melacak keberadaan Fero. Mereka kaget dengan sambutan kepulan asap api membakar bangunan tua itu dan tidak sengaja melihat Tama berlari ke arah kebakaran, Dimas langsung memerintahkan bodyguard-nya untuk menangkap Tama.

“Lepasin gue brengsek!” Tama memberontak, pergerakkannya di kunci. Dia dibawa menghadap kepada orang yang paling dia benci.

Elang anaknya dalam bahaya. Tama ceroboh tidak mengetahui anaknya kabur menyelamatkan Fero dan Dande. Sekarang dia malah dihadang oleh musuh.

“Mana anak gue?! Jangan bilang ada disana.” Tunjuk Fahri ke arah kebakaran.

“YA! Dan sekarang anak gue juga di dalam. Lepasin gue, Ri, terserah lo mau ngapain setelah ini. Anak gue dalam bahaya, cuma dia satu-satunya keluarga gue.”

Spontan Kaki Fahri melangkah cepat ke arah kebakaran. Dimas juga ikut berlari Membiarkan bodyguard-nya mengamankan Tama. Belum sampai mereka masuk bangunan itu,  Elang yang sedang menggendong Fero keluar dalam keadaan lemas.

“Fero!” Fahri mengambil alih tubuh anaknya

“OM! Tolong bantu saya ... hiks ...te ... teman saya ... Dande masih di dalam …di ... dia terpimpit alat berat ... hiks.” Elang menangis di hadapan dua pria dewasa yang tampak asing, berharap mau membantu menyelamatkan Dande.

Fahri dan Dimas yang fokus memeriksa keadaan Fero, terkejut bukan main.

Apa katanya?

Dande di dalam kebakaran?

Terhimpit?

DUAR

TBC

siap menuju Ending?

Salam Manis Popon

Dandelion [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang