Dandelion come back 🙃
Jangan lupa tinggalkan jejak ya jika kalian suka 😊
Happy reading
Disinilah mereka berada, di ruangan serba putih bau khas obat-obatan. Dande menggenggam erat tangan Faro yang sudah mendingan sejak masuk ruangan itu.
Faro tahu, Dande tegang dan ketakutan. Membalas genggaman tangannya adeknya. Dingin ia rasakan.
“Om dengar, kemarin kambuh lagi.” Dande tadinya menunduk langsung mendongak, melihat lekat orang di depannya.
“ Nggak apa-apa om, cuma kecapekan aja,” ucap Dande, berusaha untuk tenang.
“Jangan menganggap sepele penyakit kamu Dek, hasil check up kemarin aja buruk. ” Reza menghembuskan napasnya lelah.
“Ayo baring di brangkar.”
Dande menuruti perkataan Reza, dan melakukan serangkaian check up.
Setengah jam berlalu, Dande kembali duduk di tempatnya semula.
“Gimana Om?” Tanya Faro was-was.
“Buruk 'kan?” timpal Dande gugup.
“Hasilnya lebih buruk dari kemarin.” Air mata Dande jatuh. Perkiraannya benar, penyakitnya bertambah parah.
Faro yang disampingnya langsung memeluk adek bungsunya.Hening setelah itu, memberi jeda setiap waktu yang terlewat, meninggalkan tangis perlahan menghilang. Reza berdiri, mendekati dua keponakannya masih berpelukan.
“Om pasti akan menemukan pendonor yang cocok.” Reza mengusap sayang surai Dande, memberi kenyamanan disaat ketakutan mengambil alih.
Dande melepaskan pelukan Faro menatap Reza sambil tersenyum.
“Om nggak perlu repot-repot cari pendonor. Adek Lelah, ingin ikut oma opa aja.” Mata Reza memanas, inilah yang membuatnya begitu marah akan takdir.“Om mohon, Adek harus bertahan, harus semangat untuk sembuh.” Reza menghapus air mata Dande, anak itu terisak menumpahkan semua luka.
Faro hanya diam mendengar keluh kesah Dande, hatinya tersayat-sayat teringat penderitaan silih berganti menghampiri sosok rapuh Adeknya.
“Adek nggak bisa janji, tapi Adek berusaha bertahan. Udah 'kan om? Adek mau pulang.”
“Nggak sabaran banget sih, emang mau kemana cepat-cepat?” tanya Reza menggoda keponakan bungsunya, mengalihkan suasana.
“Ya nggak kemana-kemana, ingin rebahan aja di kamar. Capek tau seharian sekolah.”
“Ya Eleh, kecapekan kakak Dek. Itu belum seberapa dengan tugas skripsi Kakak,” cibir Faro.
“Itu sih derita Kakak.” Faro mengusap dada, memang berdebat dengan Adeknya pasti akan kalah.
“Udah-udah, jangan bawa-bawa urusan Rumah tangga disini.”
Faro dan Dande memandang sengit Reza.
“Apaan sih om, GAJE banget,” ucap Dande dengan kesal,
Reza menahan tawanya. “Sensi amat Dek. Ya udah, nih resep obatnya, tebus nanti di apotek sebelum pergi. Juga jangan lupa pesan om tadi. Kalau kamu bandel, siap-siap aja om kurung disini.”
Dande bergidik ngeri membayangkan harus mendekam di ruangan serba putih. “Iya-iya. Ayok Kak kita pulang.” Dande menarik tangannya Faro.
“Sabar atuh Dek. Om, kami permisi dulu.” Dande dan Faro pergi dari ruangan, meninggalkan Reza menatap sendu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [OPEN PO]
Novela JuvenilBahagia Satu kata berjuta makna, salah satunya mendapatkan kasih sayang keluarga. Mungkin itu terlihat sederhana tapi tidak untuk dirinya. Disaat seorang anak lahir disambut bahagia namun berbeda untuknya. Dia ada tapi tak dianggap, dia ada tapi tak...