Mansion Erlangga sedang sibuk mempersiapkan menyambut kedatangan Si Bungsu kesayangan mereka, setelah berbulan-bulan mendekam di rumah sakit semenjak kelahirannya.
Semua dekorasi khas anak-anak dipersiapkan sedimikian rupa, makanan dan minuman tertata rapi di meja makan yang dapat menampung puluhan orang.
Satu-persatu keluarga besar Erlangga mulai berdatangan ikut bersuka cita menyambut kedatangan sibungsu, rombongan perempuan dewasa sibuk mondar-mandir memantau semua persiapan, sedangkan yang laki-lakinya hanya duduk di sofa ruang tamu bersantai menyesap kopi panas hitam pekat membincangkan tentang bisnis yang mereka geluti. Anak-anak turut meramaikan suasana, Faro dan Fero bersama sepupu-sepupunya asyik bermain dikamarnya agar tidak mengganggu pekerjaan.
Mereka sebenarnya ingin bersama-bersama membawa pulang Si Bungsu, tapi Diana dan Fahri menolak halus alhasil mereka mengalah dan memutuskan membuat acara semeriah mungkin untuk menyambut kedatangan Si Bungsu keluarga Erlangga.
Sedangkan orang yang mereka tunggu-tunggu masih di rumah sakit. Diana tak pernah bosan melihat Si Bungsu, wajah anaknya itu perpaduan antara dirinya dengan Fahri suaminya.
Anaknya begitu sempurnah bila dilihat dari luar, namun anaknya begitu rapuh. Mereka kembali diuji, Dokter memvonis Anak bungsunya mempunyai imun yang lemah.
Dunia Diana seakan runtuh, kenapa dia begitu bodoh mengambil keputusan berdampak besar bagi putra bungsunya. Tak pernah sekalipun Diana tidur nyenyak, memikirkan kondisi Putra bungsunya bisa kapan saja bisa drop.
Diana menimang-nimang anak bungsunya, menunggu suaminya menyelesaikan biaya administrasi sebelum pulang.
'CKLEK
Fahri berjalan mendekati Istrinya yang sedang menggendong bungsu kesayangan mereka, hatinya menghangat bagaimana istrinya berubah menjadi ibu yang baik, Berbeda sewaktu hamil.
"Mas, udah siap semuanya?" Tanya Diana
"Udah, sekarang kita pulang."Fahri mencium kening sibungsu, mengusap lembut pipi tembam menggemaskan.
Dalam perjalanan pulang, mereka begitu bahagia membayangkan hari-hari yang dulunya suram kembali berwarna, mereka begitu larut dalam suasana sampai tak menyadari sebuah mobil mengikuti mereka.
"Lakukan sekarang, jangan sampai gagal!" ucap orang misterius pada aerphone bluetooth yang terpasang ditelinganya.
Diana begitu senang mengajak putra bungsunya berbicara walaupun hanya tatapan polos sebagai jawaban, Fahri terkekeh dibuatnya.
"Anak Bunda, kita sekarang mau pulang. Nanti Adek ketemu Oma, Opa, Grandma, Grandpa, Daddy Alex, Mommy Rista, Kakak Faro, Kakak Fero, Abang bagas, Abang Wiliam, Abang mahen, siapa lagi ya....." ucap Diana panjang lebar, bingung sendiri banyak anggota keluarga besarnya.
"Papa Reza sama Mama Fitri. Masa Adik kandung dan Adik ipar sendiri sampai lupa," sambung Fahri.
"Oh iya, Bunda lupa saking banyaknya keluarga kita." Diana mencium ceruk leher Dande kecil, membuat anak itu tersenyum kegelian.
Fahri yang memperhatikan tingkah istrinya yang tak bisa diam mengoceh kepada sibungsu hanya bisa geleng-geleng kepala, namun kehangatan mereka tidak bertahan lama. Sebuah mini bus melawan arus lalu lintas dari kejahuan, dan jalanan mereka lalui adalah area lengang yang hanya beberapa mobil melewatinya. Fahri yang terlena dengan keadaan tidak begitu fokus menyetir, dia terkejut saat mini bus melaju kencang kearah mobilnya. Fahri panik langsung memutar stirnya cepat dan........
'BRAK'
'DUAR'
Asap hitam mengepul di udara, Api menggerogoti mobil mewah yang sudah tak berbentuk lagi. Darah segar berceceran dimana-dimana, korban-korban kecelakaan tergeletak begitu saja tanpa ada yang datang membantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [OPEN PO]
Teen FictionBahagia Satu kata berjuta makna, salah satunya mendapatkan kasih sayang keluarga. Mungkin itu terlihat sederhana tapi tidak untuk dirinya. Disaat seorang anak lahir disambut bahagia namun berbeda untuknya. Dia ada tapi tak dianggap, dia ada tapi tak...