Hi, Dandelion come back
Jangan lupa tinggalkan jejak ya jika kalian suka 😊
Happy reading
Canda tawa sekelompok orang berseragam olahraga, dibawah sengatan matahari. Terhitung setengah jam mereka dengan lihai memperebutkan bola yang dipantulkan.
Aktivitas mereka terhenti, tidak sengaja netra mata mereka terarah ke salah satu sahabat mereka duduk termenung di bawah pohon yang rindang. Mereka khawatir dengan perubahan sikap sahabatnya itu.
"Kalian ngerasa aneh nggak, sih?" tanya Kenzie kepada dua sahabatnya.
"Iya Zie. Heran gue, Dande banyak diam, nggak kayak biasanya," jawab Putra.
Sementara Hendra berjalan keluar lapangan, meninggalkan kedua sahabatnya.
Kenzie dan Putra berdecak kesal, menyusul Hendra yang sudah dekat dimana Dande berada.
Mereka duduk di samping Dande, menghela napas melihat guratan kesedihan Dande.
"Dan ..." Putra menyentuh bahu kanan Dande.
Dande tersadar dari lamunannya. Ketiga sahabatnya sudah berada disampingnya. Kembali menatap kedepan.
"Lo kenapa melamun terus?" tanya Putra.
"Nggak apa-apa," jawab Dande singkat.
"Ck, kayak cewek lagi galau aja lo Dan. Cerita aja sama kita, kami siap kok dengerin masalah lo," kesal Hendra.
Dande tersenyum, seakan-akan tidak terjadi masalah.
"Gue belum siap. Nanti kalau gue udah siap, gue cerita sama kalian."
Mereka terhenyak melihat senyum palsu Dande. Ada rasa sedih di hati mereka, tidak bisa mengurangi beban sahabatnya ini.
Dande terlalu tertutup soal masalah pribadi, walaupun dia mempunyai sahabat yang siap kapan saja mendengar keluh kesahnya.
Dande tidak pernah menyinggung soal keluarganya. Jika mereka menanyakan tentang keluarganya, ia akan mengalihkan pembicaraan.
Mereka juga ingin tahu siapa keluarga Dande. kalaupun pun salah satu dari mereka mengantarnya pulang, Dande bersikeras minta turun di persimpangan kompleks perumahan.
"Ya nggak apa-apa," ucap Hendra
"Kita masuk kelas. Jam olahraga udah habis." Ketiga sahabatnya mangut-mangut.
Akhirnya mereka pergi ke kelas, bersiap menunggu jam pelajaran selanjutnya.
🌼🌼🌼
Dande sibuk membersihkan mansion sejak pulang sekolah. Peluh bercucuran membasahi tubuh kurusnya, belum lagi dada sebelah kirinya berdenyut sakit serta sesak membuatnya lambat menyelesaikan pekerjaan.
Mansion sekarang sepi, karena Fahri dan Diana menemani Fero check up rutin setiap minggu. Sedangkan Faro belum pulang dari kampus.
Setelah setengah jam bergelut dengan pekerjaan yang melelahkan. Dande langsung pergi ke kamarnya, mengambil botol yang berisikan obat-obatan di nakas.
Dande menelan beberapa butir pil obat tanpa bantuan air, tidak kuat lagi menahan nyeri dan sakit di dadanya.
Dande terbiasa merasakan sensasi pahit pil obat itu yang menemaninya sejak kecil sampai sekarang.
🌼🌼🌼
Faro mengernyit bingung saat memasuki mansion. Tumben sepi, tidak seperti biasanya. Langkah tungkai kakinya berhenti tepat di depan kamar Dande yang sedikit terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [OPEN PO]
أدب المراهقينBahagia Satu kata berjuta makna, salah satunya mendapatkan kasih sayang keluarga. Mungkin itu terlihat sederhana tapi tidak untuk dirinya. Disaat seorang anak lahir disambut bahagia namun berbeda untuknya. Dia ada tapi tak dianggap, dia ada tapi tak...