Dandelion kembali 🙃
Jangan lupa tinggalkan jejak jika kalian suka 😊
Happy reading
Fero keluar dari restoran langganannya, menenteng beberapa paper bag sehabis berbelanja di mall. Langkahnya semakin dekat area parkiran mobil, tidak menyadari seseorang mengikutinya. Sewaktu Fero mau membuka pintu mobilnya, tiba-tiba seseorang membekapnya menggunakan sapu tangan. Perlahan matanya memberat akibat aroma bius di benda itu.
“Kau akan ikut permainanku nak,” ucap orang misterius itu sebelum Fero hilang kesadaran.
🌼🌼🌼
Matahari meninggi membuat cucuran keringat membasahi tubuh kurus Dande. Sudah banyak tokoh dia jalani, sampai sekarang belum ada yang mau mempekerjakannya. Entah berapa kilo jauh berjalan, kakinya mati rasa dan dadanya terasa nyeri akibat terlalu lama memforsir tubuhnya.
Langkah Dande terhenti tak sengaja melihat Fero keluar restoran seberang jalan. Kakaknya itu tampak sehat sedia kala, sesuai harapannya.
Kelegaan di hati Dande digantikan ketakutan dan cemas. Melihat seseorang menggunakan masker, membekap Fero sampai pingsan.
Dande panik, mengejar orang yang membawa kakaknya masuk ke sebuah mobil sedan. Tidak memperdulikan Jantungnya memberontak. Namun dia terlambat, mobil itu terlebih dulu tancap gas. Dande tak kehilangan akal, memberhentikan ojek kebetulan yang lewat, mengikuti kemana perginya mobil itu.
Setengah jam Dande mengikutinya, hingga mobil itu masuk area pedesaan. Jarang ada rumah penduduk di sana. Berhenti di sebuah bangunan pabrik terbengkalai.
Dande berhenti agak jauh, memberikan uang dua puluh ribu kepada mang ojek. Bersembunyi di sebalik semak-semak menjulang tinggi, memperhatikan penculik itu membawa Fero masuk kedalam.
Dande mengendap-mengendap mengikutinya. Pandangannya was-was takut ketahuan.
Penculik itu menempatkan Fero di sudut ruangan yang dilengkapi kasur, lalu membaringkannya.
“Cantik juga wajahmu nak. Pasti pelanggan ku suka.” Penculik itu melepaskan masker yang menutupi wajahnya. Dia Tama, papinya Elang.
Dande tak percaya apa yang dilihat, ternyata ini maksud kriteria yang dibicarakan Tama waktu itu. Belum usai keterkejutannya, beberapa orang berpakaian serba hitam berjalan santai mendekati Tama. Tama membungkuk hormat kepada salah satu mereka, mungkin ketuanya pikir Dande.
“Selamat datang, Tuan.” Hormat Tama sopan.
Pria yang disambut fokus meneliti jengkal tubuh Fero, Mengabaikan Tama menyambutnya.
“Apakah anak manis ini yang kau maksud?” Pria itu menatap penuh nafsu, melangkah maju menyentuh wajah dan bibir Fero.
Tama mengangguk. "Sesuai selera yang Tuan ingin kan."
“Kau memang pandai mencari mangsa Tama, tak sia-sia saya menerima tawaranmu.”
Pria itu memberi kode bodyguard-nya menyerahkan koper yang berisikan tumpukan uang kepada Tama. kembali melihat Fero sambil membuka pakaiannya. Tidak memperdulikan orang-orang disekitarnya.
Tama tersenyum puas, apa yang direncanakan berjalan mulus.
Dande tak terima kakaknya diperlakukan layaknya barang pemuas, keluar dari persembunyian. tetapi, seseorang mencegatnya. Dande menoleh kebelakang, ternyata Elang.
“Jangan gegabah. Lo bisa mati ditangan mereka,” bisik Elang.
Elang beberapa hari belakangan mencurigai gelagat Tama. rupanya benar, papinya belum berubah. Elang juga merasa aneh, kenapa Dande mau mengambil resiko menyelamatkan orang yang dibawa papinya? Apakah Dande punya hubungan dengan orang itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [OPEN PO]
Teen FictionBahagia Satu kata berjuta makna, salah satunya mendapatkan kasih sayang keluarga. Mungkin itu terlihat sederhana tapi tidak untuk dirinya. Disaat seorang anak lahir disambut bahagia namun berbeda untuknya. Dia ada tapi tak dianggap, dia ada tapi tak...