2/5

419 104 77
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*potret si korban, si pengkhianat, dan si penyelamat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*potret si korban, si pengkhianat, dan si penyelamat.




B a g i a n

D u a





Pertarungan sengitnya dengan Galang pagi tadi masih membekas di kepala Ditya. Bukan tentang seberapa brutal Galang—ini sih, sudah biasa. Ini tentang Inne. Susah lupa kalau sudah bawa-bawa cinta pertama.

Yang Galang bilang enggak sepenuhnya omong kosong, kalau Ditya ditanya, "Memangnya betulan kamu jatuh hati sama Inne sejak playgroup?" Ditya juga agak bingung jawabnya, soalnya Ditya memang mengagumi Inne sejak itu. Tapi, ya Tuhan, masa' dia sudah jadi bucin sedini itu?

Kisah keduanya bermula di bawah atap gedung Taman Kanak-kanak Harapan Bunda. Ditya yang cengeng keukeuh enggak mau sekolah, dan berencana kabur pulang ke rumahnya yang hanya dua belokan dari sekolahnya, tepat saat Bu Siti—guru mereka—lengah. 

Namun, memang karma is real, baru di belokan pertama, sepeda famili roda tiga yang dikendarai Ditya oleng, Ditya—juga sepedanya—terguling dan mendarat dengan pasrah di selokan terdekat. Sudah bernasib mengenaskan begitu, Ditya yang cengeng bisa apa selain menangis meraung-raung? 

Untungnya, Inne yang sama-sama berniat kabur menangkap penampakan Ditya. Awalnya gadis yang baru genap empat tahun itu dilema, kalau ia minta tolong Bu Siti supaya menolong Ditya, artinya ia harus mengurungkan rencana kaburnya. Tapi, kalau ia enggak minta tolong Bu Siti, duh, kasihan.

Setelah pertimbangan panjang, Inne pilih berlari mendekati Ditya, dan mengulurkan tangannya. Sekuat tenaga Inne menarik tangan Ditya hingga bocah laki-laki itu berhasil menapakkan kakinya di luar selokan, yang sebetulnya, untuk ukuran anak perempuan yang baru genap empat tahun, tenaga Inne luar biasa sampai bisa menarik Ditya keluar begitu.

Ditya yang sudah takut akan dilaporkan ke Bu Siti oleh Inne sudah ambil ancang-ancang untuk menangis lagi. Namun di luar dugaannya, sekalimat yang diucapkan Inne meruntuhkan segala ketakutannya. Sambil menggamit tangan Ditya yang bau selokan, Inne bilang,

contact name 
✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang