fans brengsek

145 40 43
                                    

Pagi yang indah menyinari kota Jakarta. Memulai hari yang baru bersama Calista Moreta. Anak kelahiran Negeri Paman Sam, yang sedang mencari pengalaman baru di Jakarta. Calista adalah salah satu penulis novel yang terkenal di rumahnya, ia banyak menghabiskan waktu tidurnya untuk fokus mencari alur cerita yang akan diterbitkan selanjut nya.

Bertemu sang idola itu pasti hal yang sangat menyenangkan. Ditambah lagi, Calista masih menduduki bangku kelas XI di SMA yang bernama Gold Studen School International. Banyak sekali siswa yang mengidolakan Calista. Bukan karena seorang penulis novel saja, tetapi paras cantik dan kemampuan untuk menghitungnya pun tak diragukan lagi kehebatannya. Namun sayang, sifat Calista yang dingin, membuat para fans nya sulit untuk mendapatkan perhatian darinya. Kecuali Rainetha Duggan, seseorang yang mampu mencairkan sifat dingin Calista dengan sangat mudah.

~~~

~ In the Class

Jam pelajaran pertama belum juga dimulai, namun Calista sudah terlelap dalam mimpi indah nya.

"Lis, bangun..., bentar lagi guru matematika masuk!!!" gerutu raina sembari menepak dan menggoyang-goyangkan pundak Calista kencang.

"apaan si? Ngantuk tau!" Bentak Calista sambil menidurkan kembali kepalanya diatas lengannya mencoba untuk kembali tidur.

"good morning semua," sapa guru matematika ketika memasuki kelas.

"morning juga pak," sapa balik murid di kelas dengan serentak.

selama jam pelajaran dimulai, tidak ada suara yang terdengar, kecuali suara pak Jeams yang sedang materi dipapan tulis, sekaligus memberi tugas setiap kali pertemuannya.

Pak Jeams ialah salah satu guru terkiller di sekolah ini. Jika ada murid yang melakukan kesalahan di depan matanya, pasti murid itu langsung terkena hukuman. walau kesalahan itu sebesar biji sawi. Pak Jeams tak tanggung-tanggung untuk segera menghukumnya.

Tak lama kemudian pasti Calista terkena hukuman karena tidak memperhatikan pak Jeams selama jam pelajaran berlangsung. Raina menyenggol sikut Calista berniat untuk membangunkannya sebelum ketahuan oleh pak Jeams. sudah berkali-kali Raina membangunkannya, namun hasilnya nihil, Calista tak kunjung bangun dari tidurnya. Pak Jeams pun menghampiri tempat duduk Calista sembari membawa rotan yang ada di tangannya. Raina menunduk, karena takut dengan mata melotot pak jeams itu.

BRAK!

Satu pukulan rotan akhirnya melayang dimeja Calista. Sontak Calista terbangun dengan posisi badan tegak, mata merah yang terbuka lebar menghadap pak Jeams. Jantung Calista berdegup sangat kencang karena tersentak kaget kala pak Jeams memukul meja itu menggunakan rotan.

"kerjakan soal yang ada dipapan tulis! Ini adalah hukuman untuk kamu karena telah tidur di jam pelajaran saya!" suruh pak jeams dengan nada tinggi. Calista melirik papan tulis sekejap lalu kembali menatap pak Jeams dengan muka datar.

"ok, jika semua soal yang saya kerjakan itu benar semua, apa yang akan bapak berikan untuk saya?" ujar Calista dengan nada menantang.

"saya akan memberikan semua yang kamu inginkan," ujar pak Jeams.

"saya hanya ingin keluar dari pelajaran bapak bersama Raina," jawab Calista dan diangguki oleh pak Jeams.

Calista maju ke depan mengerjakan soal yang ada di papan tulis. Hasil dari Calista tidur pun tak membawa kerugian sama sekali. semua soal yang ia kerjakan di papan tulis itu benar semua. menurut teman kelasnya, ini adalah hal yang wajar, karena Calista memang anak yang sangat pintar.

"bagaimana pak? saya boleh keluar kan?" tanya Calista dengan alis terangkat satu.

"silakan."
Calista dan Raina keluar dari kelas dan pergi ke taman belakang sekolah.
"Ra, gw mau ke loker, mau ikut gk lo?" Tawar calista
"Ga, mager gw. Enak juga tidur di atas rumput ini," jawab Raina.

Setelah mendengar jawaban dari Raina, Calista pergi meninggalkan Raina sendiri.
"Lista! Sekalian beliin gw nasgor!" Teriak Raina ketika Calista sudah agak jauh. Calista mendengar ucapan Raina, tapi ia pura-pura tidak mendengar dan melanjutkan langkahnya.

~Calista POV

Suasana begitu sepi, mungkin cuma gw yang ada di luar kelas saat ini, berjalan dengan tenang tanpa ada satu fans yang meminta tanda tangan gw.

Berjalan menyusuri koridor kelas yang teramat sepi. Gw berdiri didepan loker berniat untuk mengambil laptop yang gw bawa dari rumah. Perlahan gw memutar kunci loker, pintu loker pun terbuka bersama dengan buku-buku yang berjatuhan. Ini sudah menjadi kebiasaan gw setiap kali membuka loker. Setangkai bunga mawar merah yang terpampang di pintu loker disertai dengan ucapan 'i love you' tertempel jelas di area loker gw.

Membuat perut gw mual melihat ini semua. Gw melepas satu persatu surat yang terambang di pintu loker, sekalian dengan bunga mawar nya juga. Kini area koridor sangat berserakan karena ulah gw sendiri.
"Loh, kok dibuang semua? Lo bego ya? Ini kan dari para fans lo," kata seorang lelaki yang lewat di depan gw.
"Bukan urusan lo!" Jawab gw ketus.

Author POV

Calista pergi meninggalkan lelaki itu sendiri. Seorang lelaki berambut hitam pekat, berkulit putih, hidungnya yang mancung, dan berasal dari keluarga tajir. Ia lahir di kota New York. Sejak kecil, ia sangat ingin pergi ke Indonesia, namun harapan nya baru saja terwujud ketika ia menaiki kelas 1 SMA. Dia juga sangat pintar mengenai pelajaran fisika dan matematika. Oleh karena kepintarannya, ia mendapatkan beasiswa sebagai pertukaran pelajar yang diadakan di sekolahnya semasa dulu. Lelaki itu bernama Albet Magnotta, biasa disapa Albert oleh teman-temannya.

Setelah membereskan koridor, ia menemukan satu buku diary berwarna baby blue yang menceritakan tentang anak broken home. Albert pikir, mungkin itu adalah buku Calista yang terjatuh tadi, Albert pun membawa buku itu pergi.

❤️❤️❤️

Calista dan Raina masih anteng duduk di taman belakang sekolah, Calista yang sibuk membuat cerita dan Raina yang jenuh karena menunggu Calista menyelesaikan ceritanya. Cacing-cacing yang berada di perut Raina berbunyi, sontak membuat Calista menengok ke arah Raina.

"Laper?" Tanya Calista sembari mengangkat satu alisnya.

"Auah, ga peka!" Jawab Raina merajuk sambil memajukan bibirnya.

"Ya udah kuy,ke kantin," ujar Calista.

"Nah, dari tadi kek,"ujar Raina di dalam hati.

Mereka berdua berjalan ditengah teriknya sinar matahari. Menjadi pusat perhatian para siswa Golden Student School International. Namun mereka berdua tetap percaya diri.

"Ka Lista!" Teriak seorang dari arah kejauhan. Suara hentakan kaki yang sedang berlari terdengar di telinga Calista. Calista tetap melanjutkan langkah kakinya. Seseorang itu tak berhenti mengejar Calista, sampai akhirnya dia berjalan tepat di samping Calista.

"Eemmhh, ka gw mau minta tanda tangan," ujar orang itu dengan sangat polos. Calista tak menghiraukan nya, hingga akhirnya seseorang itu berhenti di depan Calista. Dengan terpaksa Calista menghentikan langkahnya.

"Minggir," ujar Calista dingin.
"Gw ga akan pergi sebelum ka Lista tanda tangan di atas novel kakak, yang udah gw beli,"paksa gadis perempuan tadi sembari membuka lembaran pertama novel itu dan menyodorkan ke arah Calista.

Calista tersenyum miring, baru pertama kalinya Calista bertemu oleh fans yang seperti ini, yang berhasil membuat dirinya benci setengah mati. Calista mengambil buku yang ada di atas tangan fans nya itu, kemudian dia merobek satu persatu lembaran kertas dihadapan gadis itu.

"Kalo cuma mengharap tanda tangan dari gw, mendingan ga usah beli," ujar Calista. Calista dan Raina melanjutkan perjalanannya menuju kantin.

~jangan lupa vote and comment👍🏻

       

CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang