pacaran?

76 35 14
                                    


~ Kantin
Suasana kantin begitu ramai dipenuhi oleh para siswa yang sedang kelaparan, begitupun dengan cacing-cacing yang ada di perut Raina. Raina hampir menghabiskan 2porsi bakso dan 3 juz alpukat. Calista menelan ludah melihat satu teman nya ini yang sebelas dua belas seperti orang yg ga pernah makan.
"Panggilan kepada Calista Moretta kelas XI MIPA 1 dan Albert Magnotta kelas XII MIPA 3, harap menuju ke ruang kepala sekolah sekarang juga." Panggilan terdengar jelas di telinga Calista, ia hendak beranjak dari duduknya, namun rasa malas kian mulai mengelilingi tubuh Calista.
"Gw pergi dulu, bye." Setelah itu Calista pergi meninggalkan Raina yang sedang memasukkan bakso ke dalam mulutnya sendiri.
~Calista POV
Setelah mendengar pengumuman tadi, gw langsung menuju ruang kepsek, walau sebenarnya kaki gw males buat jalan. Pikiran tak menetap dalam semu, hati gelisah tak karuan, ditambah dengan keringat dingin yang bercucuran. Apa yang udah gw lakuin hari ini? Sampe-sampe gw dipanggil sama kepsek.
Satu langkah lagi gw sampe di depan pintu kepsek, rasa ragu untuk mengetuk pintu pun tengah terambang dalam kalbu. Karena tak ada pilihan lain, akhirnya gw beraniin diri ngetuk pintu itu pelan.
"Masuk," sahut seseorang dari dalam. Gw membuka pintu pelan dan terlihatlah wajah pak Handric dan punggung seorang lelaki yang sedang berhadapan dengan pak Handric. Gw duduk di bangku yang ada di samping kiri lelaki itu sembari mencoba untuk tenang.
"Ada perlu apa bapak manggil saya kesini?" Tanya gw dengan nada yang paling lembut.
"Jadi, adanya kalian berdua disini, yang pertama yaitu akan diikut sertakan dalam olimpiade sains fisika." Calista membelalakkan matanya setelah mendengar ucapan pak Handric.
"Bentar pak, kalo tentang fisika saya ngga setuju!" Gw langsung protes.
"Tenang dulu..., Saya tau kamu kurang dalam pelajaran fisika,ta-"
"Kalo bapak udah tau, kenapa harus saya yang disuruh buat ikut lomba sains fisika?" Solot gw memotong omongan pak Handric.
"Tenang dulu Cal, bapak sudah menyewa salah satu orang untuk menjadi guru fisika kamu," ujar pak Handric mencoba nenangin gw.
"Siapa orangnya?" Tanya gw heran sambil mengernyitkan keningnya.
"Tuh samping kamu," tunjuk pak Handric menggunakan isyarat mata.
Gw nengok ke kanan, mencoba melihat orang yang akan menjadi guru fisika gw nanti.
"Loh! Dia pak?" Tanya gw agak ngga percaya. Sialan banget gw ketemu ama nih cowo.
"Ya," jawab pak Handric.
"Gak! Pokoknya gw ga mau, kalo bapak tetep maksa gw buat ngikutin perlombaan ini, dihari itu juga gw ga akan dateng!" Ancam gw sampe berhasil membuat pak Handric memegang kepalanya karena pusing mendengar ocehan gw.
~Author POV
Albert yang tadi diam seribu kata, kini mulai angkat bicara karena tersulut oleh omongan Calista.
"Lo jadi manusia kaya ga ngotak banget. Harus nya lo mikir, kalo lo itu murid yang terkenal pinter di mata guru lainnya." Sewot Albert sampai mukanya berwarna merah padam.
"Di sekolah ini banyak kok yang pinter, bukan cuma gw doang!"
Ruangan kepsek kini dipenuhi oleh asap hitam, keduanya kini sampai pada puncak emosi. Calista lelah jika harus berdebat seperti ini, akhirnya Calista memilih untuk keluar dari ruangan kepsek. Namun, langkah nya terhenti karena Albert memegang tangan Calista.
"Don't touch me! I hate you." Calista menepis tangan Albert kencang kemudian keluar dari ruang kepsek. Niat Albert untuk mengejar Calista gagal, karena pak Handric mencegahnya.

Saat Calista keluar dari ruang kepsek, ia tak melihat satu orang pun di sana, sekolah tampak sepi, mungkin bel pulang sekolah sudah berbunyi dari tada tanpa disadari oleh Calista. Bahkan Raina pun tak ada. Calista bingung, biasanya ia pulang bersama Raina, namun sekarang Raina sudah pulang duluan. Jalan raya juga tak ada angkot yang lewat. Calista berfikir untuk pulang jalan kaki, namun itu tidak mungkin, rumah Calista cukup jauh untuk ditempuh. Alhasil Calista termenung di depan gerbang sekolah nya. Ia mencoba menghubungi Raina, namun hpnya sedang tidak aktif.

Suara motor yang sedang dipanaskan terdengar sampai ketelinga Calista. Namun Calista mengabaikannya, walau sebenarnya ada rasa ingin meminta tumpangan sampai akhirnya ia bisa sampai ke rumah. Calista termenung menatap jalan raya yang tak begitu menyenangkan, saait ia melamun, seseorang datang dihadapan Calista bersama motor ninjanya.

"naik," suruh lelaki itu. Calista tak merespon, ia tak mengenali orang tersebut karena mukanya tertutup oleh kaca helm yang dikenakan lelaki itu.

"ga! Siapa sih lo?! Sok kenal banget sama gw!" cibir Calista. Lelaki itu membuka helmnya dan merapihkan rambut yang sedikit berantakan. Dia adalah albert.

"udah cepetan naik! Ga usah jaim deh lo! Dasar, cewek," cibir balik Albert dan berhasil mendapatkan tatapan tajam dari Calista.

"gak."

"naik, atau kita jadian?" Albert memberi Calista pilihan dengan muka serius sembari menatap lekat mata Calista.

~ don't forget vote and comment....

CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang