41 - Dihantam Benda Tumpul

42 8 4
                                    

Keadaan markas EM benar-benar buruk. Ada bagian yang usang, hancur, rusak, dan terbakar. Mode over dari Green Hearth Syauqiya perlahan hilang. Suasana peperangannya dengan orang-orang TZ sudah dimenangkan oleh Syauqiya seorang. Musuh-musuh terbengkalai dipenuhi darah yang bersimbah.

Semua itu nampak jelas, setelah kabut-kabut asap yang semulanya menjadi rencana TZ agar tidak ada agen yang selamat dari serangan mereka—walaupun akhirnya kebalikan dari itu—hilang.

Energi Syauqiya yang baru saja berumur sepuluh tahun tepat di hari itu, terkuras habis. Sehingga, setelah perang selesai, ia pun tak sadarkan diri dan segera di opname di ruang medis.

Saat matanya terbuka, langkah gadis kecil berbaju hijau itu begitu cepat menuju ke arahnya, setelah berhasil melewati halangan dari orang-orang, ia pun berteriak, "Kamu pembunuh! Kamu pembunuh! Kamu pembunuh!" Jika tidak ada yang menahannya, mungkin anak itu sudah memukul-mukul Syauqiya.

"El ... a-aku itu mode over. Musuh ma-ti."

"Bukan itu! Kamu telah membunuh Yumna! Sahabat yang sangat aku sayangi. Kamu jahat, Qi! Kamu jahat!"

Syauqiya sontak saja tercengang. Ia tidak menyangka dalam kabut asap peperangan, serangannya bukan hanya mengenai lawan, tetapi juga mengenai kawannya sendiri.

"Y-Yumna ...." Air matanya mengalir deras setelah ia merasakan penyesalan yang teramat dalam. Ia benar-benar merasa berdosa sekali telah melenyapkan nyawa putri bungsu Sulthan, dan juga adiknya Haidar.

Alimah datang tergesa-gesa bersama Khalil, ia lekas memegang kedua bahu Eliza dan menggeleng pelan. Alimah meminta, agar Eliza tidak mengatakan hal itu kepada putri semata wayangnya.

"Mah, Pah, aku pembunuh?" tanya Syauqiya.

"Tidak sayang, kamu bukan pembunuh," jawab Khalil.

"Syauqiya ... bangun," tegur Eliza sambil menepuk-nepuk pipinya.

Syauqiya yang terisak dalam tidurnya pun mulai melenguh. Beberapa detik kemudian, ia baru menyadari bahwa kenangan masa lalunya menghampirinya kembali. Dadanya sesak mengingat kejadian itu, setelah sekian lama hilang dari ingatannya.

Namun, setelah sekian detik ia merenungkan mimpinya tadi, ia merasa ada sesuatu yang berbeda di sekitarnya. Suara orang yang membangunkannya tadi, seperti suara Eliza. Apakah ia sudah diselamatkan oleh EM?

Syauqiya lekas bangun, mendudukkan tubuhnya dan melihat orang-orang di dalam ruangan sepetak itu. "Eliza, Halim, dan ...." Ia menatap tajam sosok Axel di depan matanya. Mulutnya pun tidak berminat untuk mengucapkan namanya.

"Iya, kami di sini, Qi," balas Halim sambil menunjukkan tangannya yang diborgol, diikuti Axel dan juga Eliza.

"Kok bisa? Dan ... mengapa pengkhianat ini ada di sini juga?" tanya Syauqiya sambil menatap sinis Axel.

"Tega kamu, Qi. Anggap saya pengkhianat," Axel menatap kecewa dan menghela napasnya berat, "Padahal, saya udah susah-susah bantuin kamu sampai saya diusir sama keluarga sendiri," sindir Axel sambil membuang muka dari tatapan Syauqiya.

Halim dapat menebak sebelumnya, kalau sikap Syauqiya pada Axel pasti akan berubah buruk. Karena ia sudah dapat memperkirakan, kalau keluarga Axel akan memfitnah Axel di hadapan Syauqiya. Beruntung, Halim cermat menentukan orang-orang yang ikut dengannya dalam menyelamatkan Syauqiya, jadinya mereka bisa berkumpul dan berbincang di sini.

Halim pun meluruskan kesalah pahaman Syauqiya kepada Axel. Setelah mendengar penjelasan dari Halim, Syauqiya langsung menangis dan meminta maaf kepada Axel dengan setulus hatinya. Kesalahpahaman di antara mereka pun akhirnya usai, persahabatan mereka membaik kembali.

Eroi Musulmani [Revisi Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang