27 - Rencana Gagal

31 7 1
                                    

Melelapkan penat dalam pejaman mata merupakan suatu hal yang begitu nyaman di siang hari ini, bagi mereka yang telah menjalani aktivitas berat. Namun, seberat dan selelah apa pun Syauqiya hari ini, ia tidak akan ikut terlelap ke alam mimpi seperti teman-temannya. Rasa penasaran yang ia miliki seolah-olah menjadi stamina tambahan, agar ia tetap terjaga dan melanjutkan misi yang ingin ia gapai.

Ia memakai jubah penghilang, agar jejaknya dalam mencari kebenaran, tidak mudah ditemukan. Kemudian, ia pun keluar dari ruang istirahat agen perempuan yang mirip kamar asrama dengan tiga kasur tingkat itu.

Sebelumnya, ia telah mengecek lokasi-lokasi yang ada di markas EM melalui peta di surel yang pernah dikirimkan Riqqah kala itu. Di gedung canggih ini, terdapat sebuah sel tahanan. Itu menunjukkan, bahwa ada pemberontak dan juga penjahat di sana. Hal itu diperkuat dengan data-data penjahat yang ia temukan di Green Hearth pencarian.

Satu hal yang membuatnya penasaran pada satu penjahat ini, ia ditangkap sepuluh tahun lalu. Data memaparkan, bahwa satu-satunya penjahat yang tersisa pada insiden perang tersebut merupakan mata-mata Tecno Zen. Yang artinya, dia berasal dari bumi. Itu juga menandakan, kalau keamanan tidak terawasi dengan baik sampai terbobol oleh musuh.

Rasa penasaran yang membawanya menginjakkan ruangan di sel tahanan, bukan tanpa sebab. Atha, saat merawatnya, pernah menyatakan sebuah keterangan yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

"Semua itu terjadi karena kamu ... memiliki trauma."

Syauqiya lantas mengernyit. "Trauma? Trauma apa? Saya gak pernah trauma sama apa pun."

Atha tersenyum tipis mendengar jawaban Syauqiya. "Kalau menurut apa yang saya dapat dari penelitian, kamu itu pernah mengalami trauma berat yang mengakibatkan ingatan masa lalu kamu hilang."

"Hah?"

Ucapan Atha seakan-akan lelucon yang tidak pernah ia dengar sebelumnya. Dokter baru yang merawatnya ini tiba-tiba memvonisnya pernah lupa ingatan, di saat dokter-dokter lain tidak pernah mengatakannya? Apakah dokter ini memiliki suatu tujuan tertentu?

"Jangan anggap saya bercanda, coba ingat kejadian saat masih SD. Bagaimana keadaan kamu di masa-masa sekolah itu?"

Syauqiya menurut. Ia memfokuskan ingatannya untuk mengingat masa lalu. Namun, ia tidak mengingat banyak hal soal masa kanak-kanaknya di SD. Rasanya, banyak potongan puzzle yang belum lengkap di kepalanya.

Dari sanalah, Syauqiya berpikir, Eliza bisa saja benar. Axel pun bisa saja benar. Bisa saja, dulu ia dan orang tuanya adalah keluarga agen. Mungkin, ada sesuatu yang terjadi di masa kecilnya, yang membuatnya harus kehilangan ingatannya itu. Mungkin, ada sesuatu di masa kecilnya yang membuat Eliza sangat terpukul.

Asumsiku benar atau salah, akan kubuktikan setelah bertemu dengan Mr. Arsen. Batin Syauqiya sambil menekan tombol lift.

"Mau ke mana kamu Syauqiya?"

Pertanyaan itu sontak saja membuat langkah Syauqiya terhenti. Ia berpikir, bagaimana mungkin ada orang yang mengetahui keberadaan dirinya yang memakai jubah penghilang?

Ia membalikkan badannya, menatap orang yang baru saja memergokinya.

"Hearth adalah GPS. Agen tahu keberadaan agen lainnya, dengan benda itu. Aku tahu di mana kamu berada," ucap Haidar sambil bersidekap.

Ini bukan saat yang tepat. Syauqiya lekas membuka jubahnya, sehingga ia dapat terlihat secara kasat mata. "Ada apa?"

"Lift ini mengarah ke sel tahanan, kamu mau ke mana? Membuat persekongkolan dengan penjahat?" tanyanya penuh curiga.

"Hah? Tidak ... tidak. Serius, Hai, aku gak ada niat begitu." Syauqiya kemudian menatap kaca jendela yang bersih dan menyuguhkan pemandangan indah di luar sana. Ide yang tepat untuknya berkilah, "Tadi aku liat pemandangan laut, langit dan pepohonan dari sini, indah banget. Aku kira lift ini mengarah ke lantai dasar, ternyata bukan, ya?"

"Iya kah? Mengapa sampai memakai jubah penghilang segala?" Haidar masih menunjukkan kecurigaannya.

"Karena menghilang dari pandangan mata, membuat suasana menjadi sepi dan sunyi. Itu seakan memberikan efek ketenangan bagiku."

"Hm?" Haidar mengangkat satu alisnya. "Baiklah, sebaiknya kamu segera pergi dari sini. Masih banyak pemandangan indah yang bisa di dapat di tempat lain."

Syauqiya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Haidar masih belum pergi, ia menatap penuh selidik. "Nunggu apa? Silakan pergi lebih dulu."

Susah sekali mendapatkan celah untuk mencari informasi. Apalagi, Hearth ini membuat para agen mudah menemukanku.

Mau tak mau, rencananya kali ini harus gagal. Ia harus membuat rencana lain yang lebih aman, logis dan yang terpenting, jejaknya jangan sampai ditemukan. Ia harus memikirkan cara itu matang-matang.

"Baiklah, Haidar."

Syauqiya pun pergi lebih dulu, sedangkan Haidar masih tetap berdiri di sana.

Haidar mengklik kontak Sulthan di jam tangannya dan mendekatkan mulutnya ke sana. "Lapor! Saya baru saja menemukan Syauqiya yang akan menuju lift sel tahanan. Saya rasa, dia mencurigai sesuatu, Pah."

***

Eroi Musulmani [Revisi Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang