10.

1.2K 209 2
                                    

Jangan lupa vote..






















"Irene?"

"Ka-kaesa?!"

Kaesa berjalan mendekat ke arah Irene yang berada dikasurnya. Tangannya membawa beberapa bungkus MCD yang tadi dia beli sebelum ke apartement Irene. Terserahlah nanti dia mau dimarahin. Dianya udah kebal diomelin setiap hari setiap saat.

Dia masuk ke apartement mereka dulu. Suasana kamar Irene masih sama, penuh dengan sinar matahari namun sekarang tidak ada matahari karena gorden kamar ini ditutup oleh sang pemilik.

Password apartement ini juga masih sama. Gabungan tanggal lahur, bulan, dan tahun Irene dan Kaesa. Dulu alasan mereka memberikan password dengan waktu mereka lahir supata selalu ingat.

Diusapnya mata Irene yang membengkak, "Why you crying?" Tanya Kaesa lembut.

Irene menggeleng pelan, "Nothing.."

"Kamu berbohong~" Balas Kaesa acuh membuat Irene kesal.

Sudah tau dia tidak baik-baik saja masih saja ditanyakannya lagi. Mana membalas ucapan Irene dengan kata-kata Petrik dengan nada yang menyebalkan.

"Lebih baik kamu balik sana. Aku pingin sendiri" Balas Irene dingin.

Dia membalikkan badannya membelakangi Kaesa dan menutupi rubuhnya dengan selimut tebalnya. Membuat Kaesa melongo dan terkekeh.

"Hey.. Wake up sleepyhead.. Ayo makan" Ajak Kaesa sambil menggoyang-goyangkan tubuh Irene.

Tidak ada respon dari Irene membuat Kaesa menghela napasnya pelan. Di taruhnya bungkusan MCD di nakas sebelah kasur Irene dan ikut tidur dengannya.

Kedua tangan Kaesa merayap memeluk pinggang Irene memebuat Irene tersentak kaget. Apa lagi tangan Kaesa yang mengelus-elus perutnya di luar baju. Membuat hati Irene menghangat.

Rose memang belum memberi tahu Kaesa yang sebenarnya. Dia membiarkan Kaesa bertanya sendiri kepada Irene, membuat Kaesa greget dengan wanita yang memiliki hobi makan itu.

"What's wrong? Ada yang mengganggumu?" Tanua Kaesa lembut.

Tidak ada jawaban, bamun suara isakanlah yang terdengar. Membuat Kaesa kaget dan panik. Dengan cepat dia membalikkan tubuh Irene menghadapnya. Tertampanglah wajah Irene yang dipenuhi air mata.

"Ak-aku takut.." Cicit Irene.

Didekapnya tubuh Irene mendekat ke arahnya. Menepuk-nepuk punggung ringkih Irene dan sesekali mengusapnya. Berusaha membuat Irene tenang dengan apa yang dia lakukan ini.

"Semua akan baik-baik saja. Jangan takut.." Ujar Kaesa.

"Yuk bangun. Makan dulu" Ajak Kaesa.

Dia berdiri dan menyodorkan tangan kirinya menyuruh Irene untuk bangun. Namun siapa sangka kalau Irene malah kembali menariknya. Membuat wajah Irene tertampang jelas di depan wajah Kaesa.

"Ada apa?" Tanya Kaesa bingung. Dia juga gugup.

Meskipun 6 tahun tak bertemu, Kaesa tetaplah Kaesa yang masih menyimpan hatinya untuk seorang Irene Bae. Rasa lebih dari seorang sahabat meskipun dia sudah terikat suatu hubungan.

"Cium aku" Pinta Irene membuat Kaesa melotot.

"Ap-apaan sih?! Jangan aneh-aneh deh" Sahut Kaesa kesal.

Irene masih diam. Ditatapnya mata Kaesa debgan intens membuat pipi Kaesa menimbulkan rona merah.

"Plaesee.." Mohon Irene.

Lintang Rasa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang