15.

1.9K 207 7
                                    

Jangan lupa vote..




















Dengan keringat dingin yang mengalir di dahi dan telapak tangan Kaesa, dia berlari dari pintu kedatangan dan menghampiri Lee Seokmin atau lebih akrab di panggil Dokyeom oleh Kaesa. Teman dekat Kaeda di Korea dan juga serketarisnya.

Kaesa mencengkram bahu Dokyeom kencang, "Katakan berita itu tidak benar Dokyeom!"

Dokyeom memeluk erat tubuh bergetas Kaesa, "Mianhae Kaesa-yaa.. Mianhae.."

Kaesa memukul punggung Dokyeom keras, "Letha ngga mungkin kan?"

Dokyeom tidak menjawab, melainkan hanya diam memeluk tubuh Kaesa. Air matanya juga mengalir deras saat kembali mendengar isakan tangis Kaesa yang menggema di telinganya.

Cuaca dingin di bandara Incheon ini tidak membuat Kaesa kedinginan. Musim gugur kesukaannya saat ini tidak berpengaruh untuk kesedihan Kaesa saat ini. Kemarin pagi dia mendengar kalau Letha menghembuskan napas terakhirnya di meja operasi.

Irene, Taruna, Kaisar, Chandra, Lisa, Rose, Dio, dan Baekhyun hanya mematung diam di belakang Kaesa. Tidak ada niatan menganggu Kaesa dan Dokyeom yang saling memeluk erat itu. Kaisar, Chandra, Lisa, Rose, Dio, dan Baekhyun tau kedekatan mereka berdua.

Sedangkan Irene? Disaat menegangkan dan sedih ini, dia sedikit cumburu ketika pria yang tidak dia ketahui namanya itu memeluk erat pemilik hatinya. Dia sedikit tidak rela..

"Dokyeom!! Katakan sesuatu! Yang Jisoo unnie katakan itu tidak benarkan?!" Tanya Kaesa lagi.

Dia mengguncang-guncang pundak tegap pria dihadapannya saat ini. Air matanya masih setia mengalir deras di pipi chubby Kaesa. Dokyeom menatap Kaesa dengan tatapan sendunya.

Dokyeom menghela napasnya, "Lebih baik kau lihat sendiri kebenarannya Kaesa.."

****

BRUK

"Ini tidak mungkin.." Gumam Kaesa gemetar.

Saat ini mereka berada di rumah sakut tempat Aletha di rawat. Badan Kaesa gemetar hebat saat melihat wajah pucat dan kaku Aletha. Kaesa menggeleng-gelengkan kepalanya cepat sesekali merancau keras seakan tidak percaya semua ini terjadi begitu cepat.

Alea mendekati mamanya, "Mama? Mama bangun.. Tante Ailin, kenapa badan mama dinin? Padahal cuaca dilual yang dingin, disini hangat"

Irene tidak menjawab melainkan memeluk tubuh kecil Alea. Air matanya tidak dapat dia tahan saat melihat tubuh kaku dan wajah pucat milik Aletha di bangsal rumah sakit.

Sedangkankan Jisoo yang berdiri tepat disebelah Kaesa hanya diam mematung. Dia tidak berani menoleh kearah Kaesa yang temgah menangis kencang itu. Seakan dia mempunyai rasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan nyawa Aletha.

"ALETHAAAA?!!" Seruan itu berasal dari mama Aletha yang Dokyeom hubungi.

Keluarga Aletha berbondong-bondong masuk kedalam kamar yang Aletha gunakan. Mama, papa, dan kakak laki-laki Aletha menangis keras. Bahkan sampai menggema keluar ruangan.

Dokyeom menunduk dan memeluk erat Kaesa yang masih duduk diam memeluk lututnya. Tangisannya masih bisa terdengar dan badannya bergetar hebat.

"Bangun Nara-yaa.. Ironayo" Ujar Dokyeom sambil membantu Kaesa bangun.

Mama Aletha menatap tajam Kaesa. Dia berjalan dari bangsal Aletha menuju pojok ruangan tempat Kaesa berdiri bersama Dokyeom, Jisoo, dan Jennie.

PLAK

Lintang Rasa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang