untuk mu yang kehilangan.

1.4K 135 20
                                    

Halo. Ini bukan lanjutan bab kemarin yaa, ini cuma selingan dari cerita nyatanya dan cuma buat melepas rindu aja ya karna sehabis ini aku hiatus lagi mwehehe.

Sebentar lagi naskah aku selesai di revisi kok jadi habis itu aku bakal aktif update lagi. Maaf banget nunggu dari bulan november sampe sekarang udah tahun baru dan aku cuma bisa kasih ini.

Akun sebelah aku alias akun Shuasgf bener-bener udah gak bisa dibuka. Jadi untuk semua pengumuman dan cerita on going aku di akun itu, bakal aku pindahin ke akun ini aja ya.

Btw, Happy new year guys! Semoga yang kalian semogakan bisa tersemogakan di tahun ini. Dan cororong juga bisa pergi jauh-jauh. Aaamiiin.

Gapapa ya telat xixixi.

-

Nayla percaya disetiap perjumpaan pasti akan ada yang namanya perpisahan. Terdengar cukup sedih dan cukup tragis, tapi memang begitu adanya. Your loved one, your support system, bahkan orang-orang terdekatmu, cepat atau lambat, mereka pasti akan pergi.

Dalam hidup ada begitu banyak hal yang tidak bisa kita atur, salah satunya ya itu, mereka yang datang dan pergi. Karna hidup dan takdir itu memang egois, tidak peduli siapa yang datang dan pergi, hidup takkan berhenti untuk siapapun. It will still contunues with or without anyone.

"Nayla hari ini kerja?"

"Enggak kak, hari ini aku mau ke rumah sakit."

"Ngapain?"

"Ini periksa bayi aku." Iya, Nayla meninggalkan keluarganya dengan keadaan berbadan dua. Nayla pun awalnya tidak menyadari hal ini. Beruntung sekali bayinya tidak kenapa-kenapa.

Kiara menatap Nayla dan perutnya yang sudah terlihat. Dia menatap Nayla sendu. "Mau sampai kapan kamu kabur kaya gini?" tanya nya

"Gak tahu sampai kapan. Aku juga cape sebenernya kaya gini tapi aku lebih cape ada disana. Aku mau istirahatin pikiran disini, jadi tolong banget kak jangan bahas masalah ku."

Kiara adalah orang yang menampung Nayla selama 3 bulan ini. Nayla sudah menceritakan semuanya pada Kiara, mereka bertemu sewaktu Nayla menawarkan diri untuk bekerja di cafe.

"Aku gak bermaksud bikin kamu kepikiran tapi ini udah 3 bulan, kamu gak kangen sama anakmu? Dia pasti kangen banget sama ibunya."

"Kangen, tapi aku- mmm kak aku ke rumah sakit dulu ya. Maaf suka ngerepotin."

"Enggak, aku gak keberatan direpotin kamu. Hati-hati perginya." Nayla mengangguk dan bergegas pergi dari dalam kontrakan itu. Sebenarnya Nayla sangat merindukan Azel tapi dia belum ingin pulang. Rasa ingin memeluk suaminya pun sangat menggebu-gebu, entah karna hormonnya yang sedang hamil atau memang karna dia merindukan Gio.

Tapi dia tidak mau pulang.

Nayla menyeberangi jalan setelah memastikan jalan yang akan dia lewati sepi. Jarak rumah sakit yang dekat membuatnya enggan menaiki taksi. "Awas!!!" Nayla mengangkat wajah nya saat mendengar pekikan itu. Ia di dorong seorang pria berjas hitam hingga terpental sedikit jauh.

Nayla melindungi perutnya agar bayi nya tidak kenapa-kenapa. Darah mulai merembes hingga mengenai telapak kakinya. Nayla gemetar. Dia mengusap perutnya yang terasa sangat sakit.

"Astaga berdarah, kamu lagi ha- NAYLA?!!"

"T-tolong.. bayi saya..." ujar Nayla terbata-bata. Pria itu segera membopong tubuh Nayla dan berlari masuk kedalam rumah sakit di sebrang jalan. "Tolong selamatkan anak dan istri saya!"

Iya. Itu Gio. Laki-laki yang menyelamatkan Nayla dari truk yang melaju kencang kearahnya. Dia sengaja datang ke kota ini untuk menjemput Nayla, Gio sudah tahu keberadaan Nayla disini sejak pertama kali dia melangkahkan kakinya di kota ini.

After WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang