03. Ajakan

220 25 0
                                    

HARAP VOTE DAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!

__________________________________________

Sudah hampir satu jam Laura berdiri di halte bus dekat sekolahnya. Tapi sampai kini jam menunjukan pukul setengah lima tak ada tanda-tanda bus akan lewat. Laura menatap cemas ke arah jam tangannya, jika dirinya telat mungkin Papa Mama nya akan memarahinya.

Sebenarnya Laura punya mobil, mobil yang dibelikan oleh neneknya. Tapi ia jarang memakainya, paling dia akan memakainya kalau saat berangkat sekolah hujan turun dan berpergian jauh.

Tak selang lama, sebuah mobil berhenti di depannya. Laura tau dan hafal siapa pemilik mobil itu.

"Masuk," ucap Arkan dari dalam mobil. Hatinya menghangat saat Arkan memberi perhatian kepadanya. Tak pikir panjang, Laura memasuki mobil tersebut. Karena dia sebelumnya menatap langit yang mendung.

"Ar, makas--" ucapan Laura terpotong saat Arkan lebih dulu berbicara.
"Gak usah GR,"ucap Arkan yang sukses membuat Laura diam, memang seharusnya dia tidak mengharapkan perhatian dari Arkan. Semua orang bahkan tak memperdulikannya. Hanya sahabatnya lah yang tau kehidupannya.

Laura mengagguk, lalu membuang pandangannya ke luar kaca mobil.
Setelah itu tak ada lagi percakapan yang mendominasi.

Mobil Arkan sampai di rumah Laura, setelah Laura memberi tahu alamatnya.
Dia keluar dari mobil Arkan, lalu menutup pintunya. Saat hendak berterima kasih, mobil Arkan telah duluan melaju dengan cepat. Laura hanya tersenyum miris, bahkan dia tidak bisa merasakan bagaimana rasa dicintai. Tapi itu semua tidak membuatnya haus akan rasa cinta, malah belajar hidup tanpa cinta.

****

Memasuki rumah, Laura disuguhkan akan pemandangan yang membuatnya sesak. Orang taunya dan adiknya terlihat bahagia, lalu bagaimana dengan dirinya? Pernah Laura berpikir bahwa dia bukan dari keluarga ini. Laura melewati mereka dengan perasaan yang sulit dijabarkan.

"Bagus, pulang jam segini," ucap Mirna dingin. Laura berhenti sebentar lalu melanjutkan langkahnya, dia kira Mamanya itu akan menanyakan keadaannya, apakah dia sudah makan? Dari mana kok baru pulang? atau menghawatirkan nya , tapi itu hanya sebuah harapan dan harapan lagi.

Membanting tubuhnya di atas tempat tidur sambil berharap bahwa dia ingin tiada saja jika besok tiba, jangan tanya seberapa capeknya Laura terus menerus bersikap biasa saja. Tak lama kemudian ia terlelap.

"Ara, Lan mau berenang, Ara mau ikut?" tanya anak laki-laki tersebut.

"Lan, kolamnya dalam, aku takut," ucap anak perempuan yang bernama Ara.

"Tenang, ada Lan di sini,"

Ara memegang lengan Lan ingin menghentikannya.
"Tap--" Sebelum menyelesaikan perkataannya, anak laki-laki bernama Lan tersebut meloncat terlebih dahulu. Karena tak tau seberapa dalamnya kolam, anak itu tenggelam. Kepalanya terbentur lantai kolam.

Byur ...
Suara air terdengar, semua anggota keluarga datang karena penasaran. Betapa terkejutnya mereka semua karena Lan tenggelam dengan air yang sebagian berubah warna menjadi merah.

"LANDO!!!" teriak semua keluarga, Arendra berenang menyelamatkan Lan yang tak sadarkan diri.

"Ara apa yang kau lakukan!!" bentak Aditama, kakek Ara.

"Apa kau ingin mencelakai kakakmu sendiri? Hah!!!" Kini Mirna yang marah.

Tubuh Lan dibawa oleh pamannya ke rumah sakit, Arendra menatap Ara kecewa.

"Bukan Ara Mah yang dorong Lan," suara gadis kecil itu terdengar serak, memegang lengan paruh baya yang kemudian dihempaskan.

"Jangan sentuh saya, kamu ini anak gak tau diri!"

"Mah bukan Ara yang dorong Lan, percaya sama Ara Mah," dengan keadaan yang berlutut, "Pah, bukan Ara Pah, tolong percaya sama Ara," sambungnya.

Pria paruh baya itu melengang pergi tanpa menatap gadis itu.

"Bukan Ara yang dorong Lan, bukan ... Pa ... Ma ... BUKAN!!" teriak Laura di akhir kalimat yang tak sadar ia ucapkan.

"Hanya mimpi," gumam Laura mengambil segelas air yang berada di atas nakas.

"Lan, kapan kamu kembali, semua jahat ... hiks ... Gak ada yang percaya sama Ara." Cairan bening keluar dari sudut mata Laura. Memandangi sebuah foto empat anak yang saling merangkul. Dan di sebelahnya foto anak laki-laki dan perempuan yang tersenyum bahagia.

Lando Kesna Aditama adalah nama dari kembaran Laura. Yah, dirinya memiliki kembaran. Kembar tak identik. Lando adalah kakak laki-laki kedua Laura.

"Lan, Ara ingin sekali bertemu dia, tapi Ara tidak ingin Lan yang ketemu dia dulu, jadi cepat sembuh dan jangan tinggalin Ara," ucap lirih Laura. Laura mengecek jam dinding di kamarnya, ternyata masih jam empat subuh, dirinya bergegas mandi dan berangkat sekolah lebih pagi lagi. Mungkin hari ini dia akan memakai mobil saja.

Setelah selesai dengan ritual mandinya, Laura menyempatkan diri ke dapur untuk membuat sarapannya, mumpung semua orang belum bangun, jadi dia tidak akan merusak mood semua orang.

"Loh, mbak Ara udah siap aja jam segini," ucap Bi Ina selaku pembantu rumah tangga di rumahnya.

"Iya Bi, Ara mau berangkat lebih awal, biar nanti bisa belajar di kelas. Soalnya hari ini Ara ada ujian, dan tadi malam belum sempat belajar," ucapnya sambil mengoles roti nya dengan selai coklat.

"Oh gitu, ya udah, Bi Ina buatin susu dulu ya." Laura mengagguk dan berterima kasih kepada Bi Ina. Setelahnya ia beranjak dan berangkat sekolah.











FOLLOW AKUN INI AGAR TIDAK KETINGGIAN CERITANYA YA GUYS😄

Alone AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang