Hari ini, masa skorsing Laura telah habis. Dirinya masih belum berkeinginan untuk membeberkan bukti kebenaran atas kejahatan yang bukan dirinya lakukan itu.
Dengan santainya Laura berjalan menelusuri koridor sekolah. Banyak sekali pasang mata menatapnya takut, benci dan mengagumi. Untung saja Laura menganggap semua itu angin lewat, sehingga dirinya tidak merasa terganggu. Sebut saja dirinya sudah kebal akan semua hal itu.
Laura berhenti melangkah saat pandangannya tak sengaja melihat adegan yang membuat dirinya sesak.
Di mana terlihat Arkan yang baru saja datang bersama dengan seorang wanita tak lain adalah Dina.Tapi ini sudah menjadi keputusannya, seharusnya dia merasa bahagia karena Arkan memilih wanita yang benar. Namun, tetap saja perasaan tidak bisa dengan mudah dibohongi.
"Kenapa sakit sih, Lo harus sadar Lau," ucap Laura lirih.
Laura meremas tali tasnya lalu beranjak dari sana. Mungkin hari ini adalah hari terakhir Laura untuk memperjuangkan Arkan,
"Lo kenapa Lau?" tanya Bela yang baru saja memasuki kelas.
"Gue gak pa-pa."
"Kita mah juga perempuan kali Lau, dan tau arti kalimat 'gak pa-pa' yang Lo maksud."
"Gue nyerah," kata Laura.
"Maksud kamu?" tanya Vina.
"Lo ih, ngomong pakek irit segala," ucap Tari
"Hari ini hari terakhir gue perjuangin Arkan, gue tunggu kalau Arkan sendiri yang bilang ke gue buat berhenti kejar dia," lirih Laura.
"Lo yakin?" tanya Bella dijawab anggukan oleh Laura.
"Bagus itu, kamu harus move on sama Arkan," dukung Vina.
"Gue sih setuju sama Vina," sarkas Tari.
"Kalau itu buat diri Lo sendiri tersiksa, mandingan jangan!" Bella mengatakannya dengan pandangan serius.
"Gue yakin," putus Laura.
"Lo aneh deh Bel, malahan kalau Laura stay dia lebih tersiksa kali," timpal Tari.
"Benar yang dikatakan Tari."
Bela menghembuskan napas kasar,
"Gue selalu dukung Lo Lau, dan gue harap ini keputusan terakhir Lo." Perkataan Bela lagi dan lagi mendapat anggukan Laura."Kantin kuy," ajak Tari.
"Emang gak ada guru?" tanya Laura.
"Lo lihat ada gak?"
"Gue cuma nanya," dingin Laura yang mendapatkan jawaban berupa pertanyaan dari Tari.
"Widih! ngegas Bund."
Laura memutar bola matanya jengah.
"Kata ketua kelas pelajaran Free," jelas Vina."Okey, yuk ke kantin,"
Sesampainya di kantin, Laura dan sahabatnya mencari tempat duduk seperti biasanya. Setelah mendapatkannya, mereka pun duduk berbincang sambil menunggu pesanan mereka datang. Tak selang lama, suara gaduh menghiasi keadaan kantin.
Tanpa melihat pun, semua pasti tahu apa penyebab keadaan ini terjadi. Bagaimana tidak, dengan kedatangan Arkan d.k.k membuat seisi kantin dibanjiri teriakan kaum hawa yang memuja-muja mereka.
"Apaan sih lebay banget," sinis Bela.
"Gantengan bias gue kali dari pada mereka," sergah Tari.
"Emang bias kamu siapa sih Tar? Perasaan aku gak pernah lihat kamu fangirling deh," heran Vina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone Again
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Selamat Tinggal Dunia Laura mungkin jahat dan Laura pantas untuk dibenci. Tapi, akankah kalian memahami Laura? melihat Laura dari sisi dalamnya, bukan hanya dari sisi luarnya. Dia tak mau berharap lebih dari kalian, karena...