05. Cemburu

206 22 0
                                    

Sekolah tampak ramai, Laura berjalan ke arah kelas Arkan. Membawa kotak berisi nasi goreng yang ia buat dengan bahagia.

"Permisi, bisa panggil Arkan?" ucap Laura bertanya kepada salah satu murid kelas tersebut.

"Kayaknya ada deh, bentar ya." Laura mengagguk.

Tak lama, seorang yang ia cari muncul dari dalam kelas.

"Mau apa?" tanya Arkan dingin. Walaupun begitu Laura tetap tersenyum.

"Nih, dimakan ya," ujar Laura menyodorkan makanannya ke arah Arkan.

"Gak, bawa balik,"

"Gak ada penolakan." Laura menarik tangan kanan Arkan, lalu menaruh kotak makan tersebut di atasnya. Setelah itu dirinya pergi dari sana. Arkan menatap kepergian Laura jijik. Melihat ada tempat sampah di sampingnya, tanpa pikir panjang kotak makan itu ia lempar ke dalamnya.

****

Saat ini semua murid SMA Bakti sedang berkumpul di lapangan basket, karena tim basket putra SMA sebelah dan SMA Bakti melakukan latihan gabungan. Mereka tak akan menyia-nyiakan itu. Bagaimana tidak, banyak cogan yang bisa mereka pandangi sepuasnya. Kedua tim terdiri dari most wanted boy SMA masing-masing.

Namun untuk Laura saat ini hanya fokus ke arah Arkan berada. Laura d.k.k duduk di tribun yang agak jauh dari pertandingan dilaksanakan, karena jumlah murid yang menonton sangat banyak. Teriakan kaum hawa membuat kuping Laura panas saja.

"Ganteng," ucap Laura refleks, mengundang deheman para sahabatnya itu.

"Ehem ... Ehem ... Vin kenapa tenggorokan gue seret ya?" tanya Tari ke Vina.

"Ya minum lah Tar, gimana sih kamu," mendapat jawaban Vina yang tidak seperti ekspektasi nya membuat Tari menjatuhkan rahangnya lalu menepuk jidatnya.

"Kenapa lo bisa jadi sahabat gue sih Vin," geram Tari. Mengundang tawa ketiganya.

Pertandingan selesai, tentu saja dimenangkan oleh SMA Bakti.

"Samperin gih," suruh Bela saat Laura ragu memberi Arkan minum atau tidak. Laura mengagguk lalu berdiri.

Tepat kurang sepuluh langkah dari Arkan, langkah Laura terhenti karena Dina berlari lebih dulu ke arah Arkan dan memberinya minum. Senyum Laura pudar, dia ingin marah namun siapa dirinya. Dia hanya gadis bodoh yang mengharapkan cinta dari seorang Arkan.

Laura melempar botol minuman itu ke arah Edo, Edo dengan sigap menangkapnya.
"Buat Lo," ucap Laura berbalik badan meninggalkan mereka. Arkan melirik sekilas ke arah Laura.

"Wih, makasih Lau, tau aja gue haus," saat ingin membuka tutupnya, tangan seseorang terlebih dahulu mengambil botol tersebut.

"Wih, anjir bos. Itu punya gue," ucap Edo tidak terima.

"Gue haus," beo Arkan meminum kandas air yang ada di botol pemberian Laura tersebut.

"Gila, tadi kayaknya lo udah minum minuman dari Dina deh," heran Gery

"Gak cukup." Setelahnya Arkan beranjak dari sana.

****

"Gimana? diterima?" tanya Bela, Laura tersenyum miris dan menggelengkan kepalanya.

"Sabar, pasti bisa kok." Laura mengagguk

Saat berjalan di koridor yang melewati gudang, Laura dan Bela tak sengaja mendengar beberapa orang tengah berbincang-bincang. Karena sifat keduanya memang sama keponya. Keduanya pun menguping pembicaraan beberapa orang tersebut.

"Jangan sok deket lo sama Arkan, Bitch," seorang gadis menjambak rambut gadis yang terduduk di atas lantai.

"Ka--kak, sas--sakit," ucap Dina terbata-bata. Sebuah tamparan mendarat di pipi Dina. Pelaku pembullyan kali ini bukan Laura d.k.k melainkan Rosa dan teman-temannya.

Kini tamparan kembali di dapat Dina, membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.

"Lain kali, jangan macam-macam sama kita. Jauhi Arkan, jangan sok suci di depan mereka," ucap Sasa mengguyur tubuh Dina dengan air bekas pel.

"Curang banget yah Bel," ucap Laura dari balik pintu yang sekarang memandangi Rosa d.k.k

"Lah, lo baru tau seberapa busuknya dia?" Kini Bela ikut menambahi.

"Apa-apaan lo, sini HP lo," ucap Dona berusaha merebut HP Bela yang sedari tadi merekam aksi mereka bertiga.

"Masa kucing garong mainnya gak seimbang sih," perkataan Bela membuat ketiganya marah.

"Siapa yang lo bilang kucing garong hah?" Rosa yang sekarang maju mendorong tubuh Bela. Tapi Bela berhasil menyeimbangkan tubuhnya.

"Ngaca dong, lo juga gak beda sama kita," ucap Rosa.

Tangan Laura menyentuh bahu Rosa agar mundur. "Santai dong, kalau Lo gak merasa ya gak usah marah,"

"Lo!!"

"Emang kita itu juga suka bully, cuma sorry sorry aja ya, kita bully dia karena ngusik kita, dan lo? Dia aja gak pernah nyentuh lo, gimana bisa dia ngusik lo. Oh atau jangan-jangan karena dia lebih dipilih Arkan dari pada milih lo?" Bela menyela.

"Lo pergi atau video itu ke sebar di grub guru?" ancam Laura. Mereka bertiga berdecak sebal lalu pergi dari sana.

Saat ingin membantu Dina berdiri, tangannya di sentak oleh seseorang.
Arkan memberikan jaketnya kepada Dina yang terduduk lemas di atas lantai. Lalu beralih ke arah Laura berdiri sekarang.

"Lo apain Dina! hah?" Arkan datang dengan teman-temannya. Arkan mendorong tubuh Laura hingga dahinya terbentur sudut kursi bekas.

"Santai bro dia cewek," ucap Edo.

Darah segar keluar dari sana, Laura meraba dahinya yang terasa perih. Lalu bangkit berhadapan langsung dengan Arkan.

"Gue gak peduli,"

"Aku gak apa-apain Dina," ujar Laura jujur.

"Terus kenapa dia kayak gini?" tanya Edo kepada Laura.

Laura diam membiarkan mereka bertanya dan menyimpulkan kejadian ini terlebih dahulu.









Jangan lupa vote dan komen ya, juga follow akun author.😘

Alone AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang