04. Mendekat

204 18 2
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!

___________________________________________

Hari Senin adalah hari yang selalu dibenci dan dihindari oleh banyak murid. Karena di hari itu, mereka harus rela berjemur diri di lapangan karena mengikuti upacara.

Sama hal nya dengan Laura d.k.k, mereka mengikuti upacara dengan baik. Walaupun mereka sering terkena hukuman, tapi bukan berarti mereka tidak menghormati jasa para pahlawan.

Saat sedang mendengarkan pidato kepala sekolah, tiba-tiba Laura merasakan pusing di kepalanya. Pandangannya buram, dan beberapa saat mengelap, Laura pingsan.

Arkan sedang berdiri menghadap kepala sekolah, tapi tiba-tiba suara riuh muncul dari barisan kelas 11 IPA 2, yang mana itu adalah kelas Laura.

"Laura pingsan, tolong anak PMR!" teriak Bela yang emang sedari tadi berdiri di barisan samping Laura. Arkan yang mendengar itu pun keluar dari barisan menuju di mana Laura berada. Tanpa aba-aba dia mengendongnya tak menghiraukan pandangan semua murid yang terkejut, Bela ikut berjalan di belakang mereka.

Arkan membaringkan tubuh Laura di atas branker UKS.

"Di mana penjaga?" tanya Arkan, Bela yang mengerti pun langsung keluar UKS memanggil penjaga. Tak lama, dokter sekolah yang bernama Bu Rima tiba, lalu mengambil alih tempat duduk di samping Laura yang tadi diduduki Arkan.

"Dia hanya kepanasan saja, dan mungkin kelelahan. Pastikan Laura tidak terlalu mengemban banyak pikiran." Setelah itu Bu Rima memberi resep untuk dibeli.

"Apa tidak ada yang serius Bu?" tanya Bela, Arkan pun ikut menunggu jawaban dari Bu Rima.

"Tidak, cukup istirahat saja."

Entah kemana Arkan pergi, setelah mendapatkan resep itu dan penjelasan dari Bu Rima, dia keluar dari UKS. Bela pun kembali mengikuti upacara, sebenarnya dia enggan meninggalkan Laura, tapi Bu Rima mengatakan bahwa dia sendiri yang akan menemani Laura, jadi Bela tidak bisa melawan.

Laura mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk.
"Kamu sudah sadar?" Laura menoleh, ternyata Bu Rima duduk di sampingnya.

"Saya kenapa ya Bu?" tanya Laura.

"Tadi kamu pingsan, tadi ada Arkan yang membantu kamu ke sini." Ucapan Bu Rima membuat Laura terkejut.

"Arkan Bu?" tanya Laura memastikan, yang mendapat anggukan oleh Bu Rima.

"Temanmu bernama Bela tadi juga ada di sini," kalau itu Laura masih bisa menerima, tapi kalau Arkan? Itu masih tidak mungkin.

"Laura, sebenarnya tadi ibu menyuruh temanmu itu untuk kembali mengikuti upacara, dan ada alasannya," Bu Rima menghela napas sebentar, "tolong kamu cek kondisi kamu ke rumah sakit."

"Memang ada apa ya Bu?"

"Alasan saya menyuruh teman kamu meninggalkan UKS adalah, karena saya ingin bicara serius, dan ini masalah pribadi kamu. Jadi saya kira, teman kamu belum waktunya tau," ucapnya.

"Emang saya kenapa? Kenapa sampai ke rumah sakit?"

"Ibu tidak bisa menyimpulkan, karena ini hanya tebakan ibu, setelah ibu periksa keadaan kamu, jadi jika kamu mau tau yang lebih jelas, kamu bisa pergi ke rumah sakit." Setelah mendengar itu, Laura mengaggukkan kepalanya tanda mengerti.

Pintu UKS terbuka, melihatkan seorang Arkan dengan kantong plastik di tangan kanannya, dan nampan di tangan kirinya.

"Sepertinya ibu bisa pergi sekarang," pamit Bu Rima. Arkan berjalan mendekat ke arah Laura.

"Makan," ucap Arkan kepada Laura.

"Aku gak lapar,"

"Makan! Gue gak ada waktu," Arkan mengarahkan sendok yang berisi makanan ke depan mulut Laura.

"Ini yang buat gue suka sama lo Ar. Tanpa sadar, lo udah mengobrak-abrik hati gue. Terus bagaimana gue gak bisa gak tertarik sama lo, dua tahun lalu Lo juga ngelakuin hal yang sama. Dan saat itu muncul perasaan aneh ini, bukan salah gue kalau gue suka sama lo. Karena lo sendiri yang masuk ke dalam hidup gue. Itu yang gue rasain dua tahun yang lalu. Mungkin Tuhan memberi gue pertanda, bahwa belum saatnya gue nyerah buat dapetin Lo," batin Laura, kemudian membuka mulutnya agar tangan Arkan tidak terus melayang di udara.

Laura mengambil alih nampannya, setelah itu Arkan menyodorkan kantong plastik di tangannya. "Apa?" tanya Laura.

"Obat," Laura mengagguk.

"Makasih, nanti aku ganti,"

"Gak perlu, gue pergi," ujar Arkan meninggalkan Laura. Laura tersenyum melihat kepergian Arkan, dia meyakinkan dirinya untuk kembali mendekati Arkan kembali, setelah beberapa hari ini ia goyah.

"Jangan salahin gue, kalau gue cinta sama lo. Apa sebegitunya gue gak boleh bahagia? Tapi masa bodo, gue mau berjuang lagi walau nanti hasilnya sama. Kalau gue udah lelah, gue pasti akan pergi sendiri tanpa lo suruh," gumam Laura.

****

Laura kembali memasuki kelas, di sana ia mendapat interogasi oleh ketiga temannya.

"Gimana bisa lo pingsan Lau?" tanya Tari

"Orang pingsan ya karena sakit lah Tar, kamu ini gimana, masa iya orang pingsan karena suka teriak kayak kamu," perkataan Vina membuat seisi kelas menhan tawa.

"Gini nih Vina Anninda, maksud aku tuh pingsannya gara-gara apa? Kan bisa tu belum makan, atau kecapekan, begitu loh beb," jelas Tari gemes kepada Vina.

"Ouh gitu, bilang dari tadi dong,"

"Iya 'kan tadi udah bilang." Tari ingin menangis bila bicara dengan Vina. Bela dan Laura ikut terkekeh mendengarnya.

"Kata Bu Rima gue kecapekan, dan Arkan yang bawa gue ke UKS?" tanya Laura yang mendapat anggukan ketiganya.

"Gila sih, udah trending di akun lambe turah," saut Tari bersemangat.

"Kayaknya .... Gue bakalan berjuang lagi,"

"Maksud lo?" Bela bertanya, karena perkataan Laura sangat ambigu.

"Gue mau berjuang sampai dapat hati Arkan."

"WHAT!!" serempak mereka bertiga.

"Kamu sehat kan Lau?" Punggung tangan Vina menempel di dahi Laura, Laura menyingkirkan itu dan mengagguk.

"Gue sehat, kalau gue udah menyerah gue bakalan jauhi dia kok,"

"Kalau itu keputusan lo, kita mah cuma bisa dukung,"

"Makasih,"









Follow akun dan cerita ini ya semuanya, jangan lupa vote and komennya😌

Alone AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang