01. Awal

336 29 1
                                    

FOLLOW DAN VOTE SEBELUM BACA!!
___________________________________________

Seorang gadis telah siap dengan seragam sekolahnya. Menuruni satu demi satu anak tangga. Lalu berhenti di akhir anak tangga, dilihatnya seorang paruh baya, tuan Arendra, Papanya itu sedang berada di meja makan bersama keluarga kecilnya, tanpa menghiraukan keberadaannya. Gadis itu tak lain adalah Laura. Dirinya menatap sendu ke arah keluarga kecil yang bahagia tanpanya itu.

Hatinya sesak melihat pemandangan itu,  cairan bening di sudut matanya tak bisa di tahan untuk keluar. Untuk melihat senyum Papa dan Mama nya lagi tak apa jika dirinya harus berkorban. Dengan menegarkan hatinya, tanpa menoleh Laura melewati keluarga kecil itu.

"Kak, kakak gak sarapan?" tanya seorang gadis yang duduk di antara Papa dan Mama Laura.

Laura sempat melirik keberadaan Papa dan Mamanya, namun kelihatannya mereka tidak ingin dirinya berada dalam satu meja dengannya. Laura tersenyum miris, bahkan mereka enggan untuk menatapnya sebentar.

"Gak usah sok dekat," ucap Laura dingin lalu melanjutkan langkahnya. Lesya menatap sedih ke arah punggung kakaknya yang menjauh.

"Dasar anak gak tau diri," ucap Mama Laura sambil menyendok makanannya ke dalam mulutnya lagi yang sempat tertunda.Setelah itu tak ada lagi percakapan di antara mereka. Tanpa mereka tau, Laura masih bisa mendengar ucapan Mamanya itu, hatinya sakit.

****

Laura meletakkan tas sekolahnya di atas meja. Keadaan kelas saat ini masih sepi, hanya beberapa murid yang rajin berlalu lalang di koridor sekolah.

Mengeluarkan satu demi satu bukunya,lalu memfokuskan perhatiannya ke kegiatannya seperti biasa. Laura memang salah satu murid yang pintar, namun juga sering bar-bar. Bar-bar dengan kata lain sering melakukan bully-an kepada murid yang mengusiknya.

Karena fokus dalam kegiatan, sampai tak menyadari bahwa kini kelas sudah dipenuhi teman-temannya.

Tiga gadis berjalan ke arahnya.
"Laura!" teriak salah satunya. Laura hanya memutar bola matanya karena mengenali siapa yang meneriaki namanya itu. Siapa lagi kalau bukan salah satu sahabatnya.

"Buset Tar, lo itu sekali aja gak teriak emang gak bisa ya?" tanya Bela sambil menutup telinganya.

"Bener itu, kamu itu selalu kayak gitu deh Tari," si polos Vina ikut berseru.

Yah mereka bertiga adalah sahabat Laura, awal mereka bersahabat itu sangat abstrak. Awalnya Laura tidak berniat memiliki sahabat bahkan teman. Namun dengan seenaknya, mereka bertiga memaksanya dengan alasan ini dan itu. Tapi akhirnya Laura mencoba untuk berteman terlebih dahulu, hingga kini, kata teman sudah sampai pada titik yang namanya sahabat.

"Ye, mulut mulut gue kenapa ente yang sewot," jawab tak terima Tari.

"Apa?" tanya Laura.

"Gue tadi lihat, Arkan berangkat bareng sama Dina," lapor Tari, yang mendapat anggukan singkat oleh Laura.

"Lau, lo gak pa-pa?" Bela menatap Laura intens sambil menaruh kedua tangannya di atas meja.

"Gue gak apa-apa." Perlu kalian catat, di balik kata gak apa-apa yang selalu dilontarkan cewek itu memiliki arti kebalikannya.

"Lah, bukannya kamu suka ya sam--" Ucapan Vina terhenti kala Tari membekap mulutnya itu, udah tau Lau lagi galau, eh, mahal di jelasin sejelas-jelasnya.

"Gue emang suka sama dia, tapi bukan berarti gue posesif, dia berhak kok dekat sama cewek lain, toh gue bukan siapa-siapanya. Gue hanya gadis bodoh yang suka sama dia." Mereka bertiga terkejut akan ungkapan yang keluar dari mulut Laura.

"Lau, Lo ada masalah?" Walaupun sahabat-sahabatnya itu bar-bar tak jauh dari nya. Tapi mereka yang selalu ada di saat dirinya dalam ke adaan seperti ini.

Jujur saja dia sangat sedih, atas ucapan Mamanya tadi ditambah kabar Arkan. Tapi bukan Laura kalau dia tidak pura-pura kuat.

"Gue gak ada masalah, gue gak mood aja." Mereka bertiga mengagguk paham. Percakapan mereka terhenti karena seorang guru sudah memasuki kelas.

****

Laura dan sahabatnya telah sampai di kantin sekolah, mereka sedikit awal mendapat jam istirahat karena guru yang mengajar sedang ada acara. Sebenarnya guru itu memberi tugas terlebih dahulu sebelum meninggalkan kelas, tapi karena mereka berempat anak yang rajin, disuruh memilih melanjutkan pelajaran atau kantin. Tentu saja murid yang serajin mereka memilih kantin.

Vina memesan minuman dan Bela memesan makanan, itulah jadwal gilirannya. Sedangkan Laura dan Tari mencari tempat duduk yang kosong.

"Eh lo, pindah gih," usir Tari kepada adik kelasnya yang duduk menyantap makanan masing-masing. Tanpa pikir panjang mereka mematuhi perintah Tari, karena tak mau mendapat masalah.

Tak lama, Vina dan Bela kembali dengan nampan dimasing-masing tangannya. Mereka bercanda tawa, sampai rasa dingin dirasakan oleh Laura.

"Maaf Kak, aku tadi gak sengaja," ucap gadis yang menumpahkan jus alpukat ke seragam Laura. Laura refleks berdiri sambil memandangi seragamnya yang sekarang kotor.

"Kalau jalan itu selain kaki, mata juga di pakai bitch," geram Laura

Semua pandang mata mengarah kepada mereka. Menatap iba ke arah target kemarahan Laura dkk.

"Kasih hadiah aja Lau, gedeg gue sama nih cewek," ucap Tari.

"Ma--af k--ak," ujarnya terbata-bata. Laura menjambak rambut Dina. Yah, gadis itu adalah Dina. Gadis yang di cintai Arkan.

Tak lama, rasa dingin Laura rasakan kembali, ternyata Arkan menyiram kepalanya dengan minumannya.
"Lain kali, kalau siram jangan tanggung-tanggung," Laura membelalakkan matanya dan melepaskan tangannya dari rambut Dina.

Laura memegang kepalanya, sebuah ingatan kembali. Ingatan dirinya saat di siram air dingin oleh Papanya.

"Lo gila?" Tanya Bela marah.

"Bukan gue, dia yang gila." Setelah mengatakan itu, Arkan menarik tangan Dina menjauh dari sana.

Bela, Tari dan Vina menatap khawatir ke arah Laura, mereka tau apa yang sekarang dipikirkan oleh Laura. Dengan cepat Vina mengambil tisu dalam saku seragamnya untuk membantu Laura.







HALLO SEMUANYA, INI CERITA BARU AKU HIHIHI, YUK IKUTIN TERUS CERITANYA. BAKALAN SERU LOH 😌😌

CUS GESER KE PART SELANJUTNYA

Alone AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang