Story 3. Special Power

1.9K 64 2
                                    

Malam itu Hikari tidak bisa konsentrasi bekerja sehingga dia pulang lebih cepat. Rasanya jalanan kecil menuju Deliora Street menjadi lebih menyeramkan karena mimpi itu dan juga Hikari merasa mendengar ada langkah-langkah kaki yang mendekat. Tanpa aba-aba, seseorang menyambar pinggangnya dan membawanya. Hikari meronta-ronta, tetapi semakin dia meronta semakin kuat pegangan orang yang menculiknya yang membuat pinggang Hikari terasa sakit. Akhirnya Hikari berhenti meronta.

Jalanan itu sangat gelap sehingga Hikari tidak bisa melihat wajah orang yang membawanya, tapi orang itu membawa Hikari ke rumahnya sendiri. Hikari sangat terkejut begitu melihat wajah orang itu. Dia adalah mantan pacarnya, Raichi.

“Sedang apa kau!?” tanya Hikari sewot.

“Aku terlibat sedikit masalah yang melibatkanmu... jadi seseorang berusaha untuk... umm... yah, katakan saja menculikmu. Jadi... sebaiknya kau sembunyi sekarang,” kata Raichi yang melihat dahi Hikari sedikit berkerut dan death glare yang dipancarkannya.

Hikari menatap mata Raichi lurus-lurus menilai apakah Raichi berbohong atau tidak.

“Baiklah, aku percaya padamu,” kata Hikari meskipun masih terlihat sedikit ragu.

Setelah berkata begitu, Hikari menarik tangan Raichi menuju gudang yang terletak di pojok lantai satu. Raichi terlihat sedikit kebingungan tetapi dia menurut saja. Gudang berisi tumpukan lilin, pematik, dan beberapa perabot lama. Hikari meraba-raba lantai di bawahnya sampai dia menemukan pintu yang menuju ruang bawah tanah.

Pintu itu melekat sempurna dengan lantai di sekelilingnya sehingga tidak mungkin kelihatan kecuali oleh orang yang sudah tahu kalau pintu itu ada di sana. Hikari tidak sengaja menemukannya saat dia masih kecil. Dia mengambil lilin, menyalakannya dan menaruhnya di piring kecil

“Waktu kecil aku sering bermain sendiri di rumah dan aku sudah menjelajahi seluruh rumah ini kecuali ruangan terkunci di atas. Ayo masuk, mereka tidak akan menemukan kita di sini,” jelas Hikari.

“Kau saja yang masuk, aku akan menahan mereka meng---”

Tapi Hikari memotong perkataan Rachi dengan death glare yang membuat bulu kuduknya berdiri seakan berkata ‘ikut atau kubunuh kau’ sehingga Raichi mengikuti Hikari.

Hikari dan Raichi perlahan menuruni tangga yang membawa mereka ke ruang bawah tanah. Di sini terlihat seperti tiruan dari gudang yang berada di atas mereka, semua dekorasinya terlihat sama dan mungkin luasnya pun sama. Yang membuatnya berbeda adalah, di sini terdapat meja kerja, deretan rak yang dipenuhi buku-buku dan persediaan lilin, sofa putih panjang, meja kayu pendek di depannya, dan kipas angin disisi ruangan

“Ruangan apa ini?” tanya Raichi.

“Tidak tahu,” jawab Hikari ketus.

Setelah itu yang terdengar hanyalah bunyi dobrakan pintu, derapan kaki, bentakan orang, dan kaca yang pecah. Hikari dan Raichi hanya memasang telinga mereka baik-baik untuk mendengar apakah mereka sudah pergi atau belum.

Lima menit... empat belas menit.... tiga puluh menit... satu jam... dua setengah jam... tiga jam.... keadaan di atas menjadi sunyi total, tidak ada suara sama sekali,

 “Aku akan naik. Kau jangan naik sampai aku kembali,” kata Raichi sambil berjalan menuju tangga.

Hikari berniat mengikuti Raichi, tetapi dia akhirnya mengangguk tanda setuju. Raichi mendorong pintu sedikit dan memeriksa keadaan, setelah yakin tidak ada orang di gudang. Raichi mendorong pintu hinga terbuka lebih lebar dan berusaha naik tanpa membuat suara.

Tiga puluh menit kemudian Raichi kembali ke gudang dan menyuruh Hikari naik. Mereka berjalan dalam diam, tak ada satupun yang berniat memulai percakapan sampai akhirnya mereka tiba di depan pintu keluar yang terbuka lebar. Hikari membuka mulut berniat bertanya soal ‘masalah kecil’ yang dikatakan oleh Raichi tetapi seakan sudah tahu apa yang akan ditanyakan Hikari, Raichi langsung menjawab.

Shinjitsu And The Lost Memory [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang