Story 12. Piece of Memory (part 2)

1K 40 4
                                    

“Di mana ini?” tanya Hikari.

“Di celah hatimu,” desisnya, “Yak, cukup basa-basinya. Sekarang aku akan memperlihatkanmu beberapa kenangan penting.”

“Kenangan? Kenapa kau bisa tahu kenanganku?”

“Karena aku adalah masa lalu dan masa depanmu,” jawab Vi sambil menyeringai, “dan...” Vi menyentuh dahi Hikari dengan telunjuknya.

“Ukh...,” Hikari merasakan ada sesuatu yang terlepas dari tubuhnya.

Hikari melihat kepingan-kepingan ingatan terlintas di dalam kepalanya. Dia melihat seorang pria pergi meninggalkannya. Pria yang sangat penting baginya.

“Siapa dia?” tanya Hikari.

“Pria itu baru saja kau temui, pria yang menculik teman dan pacarmu,” desis Vi.

“Kozuki?!” Hikari terpekik kaget, “tunggu, Raichi bukan pacarku lagi!” Hikari menyangkal.

“Terserah kau saja,” desis Vi sambil tertawa kecil, “sekarang ayo kita pergi menjelajahi ingatanmu,” Vi memegang tangan Hikari.

Hikari merasakan sentakkan di sekitar dadanya dan dia melihat kenangan-kenangannya melintas di depan matanya seperti kaset rusak. Hikari melihat dirinya sedang bermain dengan seseorang di sekitar Pohon Sakura.

“Nii-chan, hayaku!” Hikari kecil meneriaki seorang anak laki-laki di belakangnya.

“Kau terlalu cepat, Hikari...,” kata anak laki-laki itu.

“Apa itu..., Kozuki?” tanya Hikari.

“Ya, tentu saja,” desis Vi.

“Kalau dia benar-benar kakakku kenapa dia menculik Rui dan membuar Raichi menjadi aneh?” gumam Hikari.

“Ayo ke tempat selanjutnya,” desis Vi.

Hikari dan Vi berpindah tempat ke suatu rumah sakit. Rumah sakit tempat Hikari dan Izumi dilahirkan.

“Apa itu aku dan Izumi?” tanya Hikari sambil melihat dua bayi kembar yang tidur bersebelahan di samping seorang wanita di kamar rumah sakit.

“Ya, tapi kau harus lihat apa yang terjadi setelah ini,” desis Vi.

Salah satu bayi membiru dan mati. Sesuatu yang terlihat seperti gumpalan hitam keluar dari mulut bayi itu dan masuk ke mulut bayi di sebelahnya.

“A, apa itu?” tanya Hikari sambil mengerutkan dahinya karena jijik.

“Bayi yang mati adalah Izumi dan gumpalan hitam itu adalah aku. Aku adalah hewan legenda Izumi, Chimera. Tubuh Izumi tidak bisa menahan kekuatanku karena itulah dia mati. Setelah Izumi mati, aku pindah ke makhluk hidup terdekat yaitu kau,” jelas Vi, “ayo kita ke tempat selanjutnya, masih banyak rahasia yang harus kau ketahui,” desis Vi sebelum Hikari sempat berkata apa-apa.

Mereka berpindah ke suatu tempat yang tampak seperti laboratorium. Di laboratorium itu terlihat ayah Hikari mengamati sesuatu di dalam sebuah tabung kaca transparan berukuran besar berisi cairan.

“Apa yang ayah amati?” tanya Hikari.

“Itu klon,” jawab Vi singkat dan puas saat melihat sedikit ekspresi terkejut dari Hikari.

“Jangan-jangan klon itu... Izumi?” tanya Hikari tak percaya.

“Benar sekali. Ayahmu sudah mencoba berbagai cara untuk mengeluarkan aku dari dalam tubuhmu, tapi semua usahanya gagal. Dia hanya bisa mengambil sedikit kekuatanku. Dari situlah muncul ide gila yang mungkin dipengaruhi kesedihannya karena kehilangan salah satu anaknya untuk membuat klon manusia dengan menggunakan kekuatanku. Singkatnya, itu adalah klon dirimu dengan sedikit dari kekuatanku,” jelas Vi.

“Sebenarnya apa kekuatanmu?” tanya Hikari setelah terdiam sesaat.

Vi menyeringaidan menjawab, “kekuatanku adalah ‘kekuatan’. Karena itulah klon Izumi bisa bertahan sampai sekarang.”

“Dan karena kekuatanmu juga Izumi mempunyai kekuatan di atas rata-rata kan?”

“Yap. Sekarang kita akan melihat kenangan selanjutnya.”

Mereka masih berada di laboratorium yang sama. Hanya saja tidak ada lagi tabung, sebagai gantinya ada kursi dengan Hikari kecil duduk di atasnya. Tangan Hikari terikat di lengan kursi dan mulutnya tertutup lakban hitam. Matanya melebar ketakutan saat ayahnya menyuntikkan sesuatu ke lengan kirinya.

“Apa yang ayah suntikkan padaku?” tanya Hikari.

“Serum X. Ayahmu yang mengetahui kekuatanku berusaha untuk menarik semua kekuatanku keluar untuk percobaan gila lainnya dengan bantuan serum yang dibuatnya, serum X. Akan tetapi seperti yang kau lihat sekarang, kau menjadi tak terkendali dan mengancurkan lab ayahmu,” Vi berhenti sebentar untuk melihat Hikari kecil yang mengamuk, “ayahmu segera memberimu obat bius dengan dosis tinggi yang membuatmu pingsan selama seminggu. Sisa serum X yang dibuat ayahmu terkontaminasi oleh kekuatanku dan membuat gumpalan kejahatan dan kebencian, Kagayami,” jelas Vi.

Hikari hanya terdiam mendengar penjelasan Vi dan juga melihat pemandangan yang ada di depannya sekarang.

“Oke, sudah cukup melihat-lihatnya. Sekarang ayo pergi ke tempat selanjutnya,” desis Vi.

Mereka berpindah tempat. Sekarang mereka berada di bawah pohon sakura. Kozuki memberi Hikari sebuah topeng dengan motif yang sangat aneh.

“Topeng apa itu?” tanya Hikari.

“Topeng itu dibuat khusus dengan campuran serum X yang kakakmu kembangkan. Tindakan kakakmu yang bodoh itu juga berakibat sama dengan yang ayahmu lakukan. Kekuatan kakakmu lenyap. Butuh bertahun-tahun untuk bisa memulihkan kekuatannya,” jawab Vi, “kita tidak punya banyak waktu lagi, ayo pindah ke kenangan terakhir,” desis Vi sebelum Hikari sempat berbicara.

Mereka berpindah ke sebuah taman bunga. Di sana, Hikari dan Kozuki sedang berdiri berhadap-hadapan.

“Apa yang dia lakukan?” tanya Hikari.

“Lihat saja,” jawab Vi sambil menyeringai.

Kozuki mengucapkan sesuatu setelah itu, dia mengulurkan tangannya menembus tubuh Hikari lalu mengeluarkannya lagi.

“Kakakmu memasukkan kristal yang dalam tubuhmu yang masih berumur empat tahun. Kristal itu menyegel enam puluh persen kekuatanku. Mungkin sekarang setelah dia mendapatkan kekuatannya kembali, dia akan mengambil kristal itu,” kata Vi.

“Untuk apa dia mengambilnya? Dia tidak bisa mengendalikannya kan,” Hikari terdiam sebentar, “jangan-jangan dia sudah menemukan cara untuk mengendalikannya?”

“Mungkin saja...”

“Tapi itu sangat berbahaya kan? Bagaimana kalau dia gagal?”

“Karena itu kau harus menghentikannya. Pertama-tama, kau harus keluar dari maze ini. Aku akan meminjamkan kekuatanku,” desis Vi.

Hikari membuka matanya dan dia berada dalam kegelapan lagi, tapi dia merasakan sesuatu yang berbeda. Dia merasakan kekuatan yang sangat besar mengalir dalam tubuhnya.

“Pukul dinding maze ini dengan sekuat tenaga,” desis Vi.

“Baiklah...”

Hikari berdiri dan melakukan apa yang dikatakan Vi. Semua dinding maze dan langit-langit hancur digantikan oleh cahaya yang menyilaukan. Saat Hikari membuka matanya, dia kembali.

Shinjitsu And The Lost Memory [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang