Story 9. Nanashi

1K 42 4
                                    

“Kau mengatakan bahwa seseorang dengan rambut berwarna merah darah dan memakai banyak anting-anting dan gelang naga mengebom sekolah kalian dan kau, Hikari, dan Izumi menyerangnya?” Earl mengulangi laporan Raichi.

“Yap,” jawab Raichi ditambah dengan anggukkan kecilnya.

Earl berdiri dari kursinya dan mulai berjalan modar-mandir sambil  di belakang meja kerjanya. Tangan kanannya memegang dagunya dan terkadang dia menggigit jempol tangan kananya sedangkan tangan kirinya ia kaitkan di lengan kanannya. Terlihat jelas bahwa Earl sedang berpikir.

“Rambut merah..., bom..., anting-anting...” Earl terus menggumamkan kata-kata itu sampai-sampai membuat Raichi, Hikari, dan Izumi menguap karena bosan.

“AH!!” suara Earl yang tiba-tiba bertambah keras membuat tiga orang ang tadinya melamun terlonjak kaget.

“Kenapa?” tanya Izumi.

“Aku hanya pernah mendengar ceritanya saja, tapi aku pikir dia orang yang sama walaupun dia seharusnya berambut coklat..., mungkin dia mengecat rambutnya..., dan dia harusnya membawa tabung berisi emas cair bukan memakai anting-anting...―”

“Cukup beritahu kami siapa dia!” Raichi memotong penjelasan Earl yang tidak berguna itu.

“Ah ya... Namanya Ryu. Dia adalah salah pengikut dia.

Dia?” Tanya Hikari.

“Untuk sementara kita akan menyebutnya nanashi/名無し(tanpa nama).”

“Hee?” Hikari, Izumi, dan Raichi berseru bersamaan.

“Kenapa?” tanya Izumi.

“Karena aku tidak tahu namanya...,” jawab Earl dengan ekspersi yang tidak bisa ditebak.

“Dan...” Earl dengan cepat mengubah ekspresinya menjadi serius, “tujuan dari kelompok neemu nashi masih belum jelas. Karena itu kita tidak bisa apa-apa selain berjaga-jaga dan menunggu pergerakan mereka selanjutnya...”

***

Di tengah-tengah kerindangan hutan, terlihat dua bayangan orang yang sedang berjalan berdampingan. Salah satunya terlihat lebih tinggi daripada yang lain.

“Kau payah!” ejek orang yang lebih pendek pada orang yang lebih tinggi.

“Itu karena dia hanya cloneku, tapi aku tidak menyangka mereka bisa mengalahkannya secepat itu,” balas orang yang lebih tinggi.

“Tetap saja kau payah! Bagaimana kalau mereka menyadari kalau itu hanya clone?”

“Berisik! Mereka tidak mungkin tahu itu clone. Aku sudah sangat berhati-hati agar clone itu terlihat seperti manusia. Lagipula clone itu sudah cukup mengalihkan perhatian mereka dan memberiku waktu untuk menjemputmu.”

“Lebih tepatnya ‘menculik’ kan? Kau seenaknya masuk ke sekolah dan membawaku yang sedang pingsan.”

“Terserah kau saja...” orang yang lebih tinggi terdengar sudah menyerah meladeninya.

“Hehe...” Orang yang lebih pendek terlihat sangat puas setelah mengalahkan orang yang lebih tinggi.

Orang yang lebih tinggi tetap diam selama perjalanan mereka sementara orang yang lebih pendek terus menerus bersiul dengan nada sumbang. Setelah sepuluh menit berjalan, mereka sampai di tepi danau.

“Jadi di sini tempatnya?” tanya orang yang lebih pendek.

“Ya,”jawab orang yang lebih tinggi.

Shinjitsu And The Lost Memory [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang