Story 11. Battle (2)

874 36 9
                                    

Peluru-peluru emas dari pistol Ryu melesat menuju jantung Shiki. Dengan santai, Shiki menghindar dari peluru-peluru itu seakan-akan dia sudah berpengalaman bertarung melawan orang yang memakai senjata api.

“Kau tidak akan bisa lari begitu saja...,”kata Ryu.

Peluru emas yang harusnya sudah berhasil dihindari Shiki berbelok dan mengenai lengan Shiki.

“Kau lupa? Aku bisa mengendalikan semua jenis emas.”

“Lupa? Entahlah... mungkin kau yang melupakan ini...”

Shiki menjentikkan jarinya dan aliran listrik terlihat mengalir ke kepala Ryu, membuat Ryu memegang kepalanya kesakitan.

“Kau –” Ryu berteriak sambil memancarkan aura membunuh yang bisa membuat bulu kuduk berdiri.   

“Apa kau lupa dengan teknik ini? Padahal kau sendiri pernah merasakannya pada malam terakhir itu....” balas Shiki seakan-akan tidak terpengaruh dengan death glare ataupun aura membunuh yang dipancarkan Ryu.

“Aku takkan melupakannya sialan! Apalagi saat malam itu...”

***

Dua tahun yang lalu di ruang tamu sebuah rumah, seorang pria berbadan kekar dengan tangan kanannya yang sudah tidak ada di tempatnya memanggil kedua orang temannya yang sedang berjalan ke luar rumah.

“Misa, Shiki sudah mau pergi?” tanya pria itu pada seorang wanita dan Shiki.

“Memangnya kenapa, Jeff?” tanya Shiki.

“Tidak... hanya saja anak itu..., menyebalkan..., dan ada sesuatu yang aneh dengannya..., ” jawab pria berbadan kekar yang dipanggil Jeff lalu memalingkan wajahnya dari Misa dan Shiki untuk menyembunyikan ekspresinya.

“Kau bohong Jeff..., kau marah karena tanganmu kan?” tanya Misa sambil melihat lengan kanan Jeff yang putus.

“Lenganku? Aku memang marah karena karena dia memutuskan lenganku, tapi bukan itu penyebabnya..., lagipula lenganku akan beregrenerasi dan dalam waktu seminggu akan kembali seperti semua.”

“Yah, terserah kau saja..., kalau kau tidak ingin menyampaikan apa-apa lagi, kami akan pergi sekarang,” kata Shiki sambil membalikkan badan.

“Baiklah, sana pergi,” balas Jeff disertai dengan gerakan tangan mengusir.

Shiki dan Misa pergi ke suatu tempat yang jaraknya berkilo-kilo meter dari tempat itu. Tempat yang lumayan kumuh, kompleks perumahan bekas kebakaran lima tahun lalu. Di sana sangat hening karena rumah-rumah yang terbakar tidak diperbaiki dan dibiarkan begitu saja sampai-sampai kompleks itu disebut ‘daerah terbuang’ oleh penduduk sekitar.

Mereka berjalan menelusuri gang-gang kecil yang kumuh itu. Masih terlihat bekas-bekas kebakaran di tembok gang itu dan juga sering kali terlihat tikus-tikus dan kecoak yang merayap di bawah kaki mereka. Di pojok gang itu terlihat sebuah rumah yang sudah setengah terbakar.

“Ini rumahnya ya?” tanya Misa sambil memandang rumah yang setengah terbakar itu.

“Tampaknya begitu, ayo masuk Misa.”

Mereka masuk melewati pagar yang sudah roboh dan juga pintu yang lepas dari salah satu engselnya. Mereka berjalan menaiki tangga menelusuri lorong menuju kamar yang terletak di lantai atas.

Di kamar itu terlihat seorang anak laki-laki kurus berambut pirang kecoklatan dan memakai baju yang sudah compang-camping sedang duduk di pinggiran tempat tidurnya dengan punggung menghadap ke Shiki dan Misa sambil melihat keluar jendela yang sudah retak.

“Ryu, ikutlah dengan kami...,” ajak Shiki.

“Aku tidak mau! Sudah kubilang berulang kali pada kalian! Sekarang pergi dari rumahku!” teriak Ryu kesal.

Shinjitsu And The Lost Memory [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang