Cadar

65 5 0
                                    

***

"Adeeek!!" teriak Naufal dari ruangan depan menuju tempat Aisyah saat ini.

"Apaan sih Bang! APA? Ngapain teriak-teriak? Masih pagi juga!" Aisyah merasa terganggu dengan kedatangan Naufal.

"Dek, kapan kue nya selesai? Perut Abang udah mulai demo nih." Naufal bertanya sambil memegangi perutnya.

"Ya, bentar lagi ya Abangku sayang. Ini Adek lagi nungguin ovennya bunyi." Aisyah mencoba mengintip kue yang sedari tadi ia tunggu. "Bentar lagi mateng, InsyaAllah. Sabar yaa Abang."

"Oo ya Dek, malam ini temenin Abang keluar ya." Naufal bertanya sambil menunggu oven itu.

"Kemana bang?" tanya Aisyah heran.

"Keliling taman, jalan-jalan doang sih. Abang kangen liat-liat daerah sini." Naufal menjelaskan.

Belum sempat Aisyah menjawab, oven berbunyi.

Ting!

Spontan, keduanya berfokus pada oven itu. Aisyah mengambil sarung tangan tahan panas untuk mengeluarkan kue dari dalam oven. Sedangkan Naufal sudah tidak sabar mencoba kue buatan Aisyah.

Semenjak Naufal mondok di sekolahnya, Aisyah jadi cepat bosan karena tidak punya teman di rumah. Akhirnya, ketika bosan melanda, biasanya ia akan memanggil Nissa untuk mengajarinya memasak. Salah satunya memasak kue. Jadi saat ini, Aisyah sudah handal dalam masalah kue ataupun memasak.

Naufal juga telah mendapatkan informasi dari Nissa uminya bahwa Aisyah sangat berbakat dalam urusan dapur. Bahkan kue buatan Aisyah lebih enak dari buatan Uminya sendiri. Oleh karena itulah, Naufal tidak sabar untuk mencobanya.

"Eits, tunggu dulu Abang. Ini masih panas, Ya Allah. Sabar dikit ngapa Bang?" Aisyah menepuk tangan Naufal yang terjulur ingin mengambil salah satu dari kue tersebut.

"Yaah Dek, satu aja. Tangan abang kebal dari rasa panas kok." Naufal berusaha membujuk tapi tak digubris oleh Aisyah.

"Baunya enak banget Dek, ini beneran kamu yang bikin?" Naufal sudah terlena dengan aroma kue bolu buatan Aisyah.

"Nggak Bang, bukan Aisyah yang bikin. Tapi mixer sama oven." Aisyah menjawab sambil memindahkan kue bolu itu ke atas sebuah piring datar yang memang digunakan untuk menghidangkan kue atau cemilan.

Kue bolu itu berbentuk persegi panjang. Agar mudah untuk menyantapnya, Aisyah memotong kue bolu itu menjadi ukuran kecil. Dari potongan kue-kue itu, keluar asap yang menandakan bahwa kuenya memang baru saja matang. Bau coklat dicampur pandan menyeruak di seluruh sudut dapur. Memang sangat enak jika kita sendiri yang merasakannya.

Setelah menata potongan kue di atas piring, Aisyah beranjak membersihkan alat-alat yang tadi ia gunakan untuk membuat kue tersebut. Naufal yang tidak sabaran langsung mengambil satu potong kue.

"Dek, Abang coba ya."

"Iya abang. Jangan lupa Bismillah. Dan kalau makan itu duduk Bang." Aisyah menjawab dengan tangan dan pandangannya tertuju pada tumpukan piring di atas wastafel. Ya, ia membersihkan semuanya.

"Masyaallah, Ini enak banget Dek!" Naufal kegirangan setelah mencoba potongan kue tersebut.

"Lembut banget! kok bisa Dek?" tanya Naufal.

"Ada deeh." Aisyah tertawa.

"Kalau gini, kamu bisa bikin toko kue sendiri nih." Naufal kembali mecomot kue yang masih tersisa di tangannya.

"Iya juga ya Bang, hahaha. Setidaknya Adek bisa bikin buat keluarga itu udah cukup Bang." Aisyah tertawa pelan.

"Masyaallah, ini enak banget. Nggak tau lagi deh, Abang langsung jatuh cinta sama kue kamu."

Kesabaran Cinta PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang