Tidak Percaya

78 8 0
                                    


"Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang sabar.
(Q.S. Al-Baqarah: 155)


***

Shalat Ashar berjalan khitmat. Bahkan bagi Aisyah yang memiliki masalah sekalipun. Ia ikhlas Allah mengujinya. Abi pernah berkata bahwa Allah memberikan ujian kepada hambanya untuk menguji kesetiaan hamba. Apakah setelah mendapatkan ujian, hamba itu akan lebih dekat dengan Allah atau malahan menjauh dari Allah.

Kini, Aisyah berada lagi di rumah Adam. Bukan untuk berkunjung, tetapi untuk di sidang. Bukan hanya Aisyah disana. Banyak kakak kelas yang juga tertangkap. Ada sekitar 7 orang disana. 3 dari tingkatan Aisyah dan selebihnya dari kakak kelas. Mereka masih menunggu santri putra yang juga tertangkap dan akan dicarikan pasangannya masing masing.

Beberapa menit kemudian, datang seorang ustadz yang namanya Arif. Ia membawa 8 orang santri bersamanya. Salah satunya Lutfi. Masak iya Lutfi juga ikut ikutan. Ternyata Lutfi hanya kebetulan datang bersama gerombolan itu ketika ia tiba di rumah nya. Bukan karena ia juga terlibat masalah.

Adam keluar dengan wajah yang menggambarkan ketidaksukaan. Ia mensidang semua pasangan itu. Semua nya hanya menjawab jujur setiap pertanyaan yang dilontarkan Adam. Tidak ada yang berani berbohong ketika melihat wajah garang Adam sekarang. Termasuk Aisyah.

Aisyah disidang paling terakhir. Seperti yang ditakatannya kepada Welly, Aisyah juga mengatakan hal yang serupa kepada Adam. Dia tidak akan mengakui sesuatu yang tidak diperbuatnya.

Adam hampir kehabisan akal menghadapi anak sahabatnya itu. Betapa keras kepalanya Aisyah. 'Anakmu sama saja denganmu Marwan, sama sama keras kepala' pikir Adam.

"Ust, Aisyah sudah bilang. Aisyah nggak tau dengan surat itu. Apalagi dengan pengirimnya. Aisyah hanya mengenal Kak Lutfi dan Fikri disini ust. Aisyah juga nggak akan melakukan hal unfaedah seperti itu!" Aisyah melakukan pembelaan. Aisyah berbicara tanpa ada tangisan atau ketakukan. Ia ingat kata kata umi.

"Kalau adek nggak salah, jangat takut jika di tuduh orang. Lakukan pembelaan, jangan sampai adek menangis dalam pembelaan itu. Semakin yakin kita bahwa kita nggak bersalah, maka semakin kuat pembuktian kita. Jangan jadi perempuan yang lemah. Seorang muslim harus kuat kan??"

Adam beralih ke santri putra yang mengaku sebagai pengirim surat kepada Aisyah.

"Apa benar surat ini kamu yang mengirim" Adam bertanya kepada lawan bicaranya yang bernama Risky.

"Iya ust, Saya sudah lama berkirim surat dengan dia. Ini surat yang dia kirimkan kepada saya sebelum surat itu saya berikan ust" Ia menyodorkan surat itu kepada Adam. Aisyah hanya memandang tidak percaya. Sejak kapan dia mengirim surat sedangkan kenal saja tidak.

Adam membaca isinya, dan memang benar isinya merujuk kepada surat yang dimiliki Aisyah.

"Aisyah, jawab ust dengan jujur. Apa kamu yang mengirimkan surat ini??" Adam kembali bertanya kepada Aisyah. Dan tentunya masih dengan wajah garangnya.

"Ust, sudah berapa kali Aisyah katakan. Aisyah nggak pernah bikin surat, apalagi mengirimkannya kepada santri putra. Dan satu lagi, ini bukan tulisan Aisyah ust!" Aisyah mulai kesal dengan pernyataan laki laki itu.

"Aisyah saja tidak tau nama santri itu, bagaimana Aisyah akan mengirimkannya surat!" Aisyah beristighfar ketika ia sudah mulai di kuasai emosi.

"Tetapi Risky bilang ia sudah lama berhubungan dengan kamu" Adam menambahkan

Kesabaran Cinta PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang