Pertemuan

124 9 5
                                    

***

Mobil Pajero putih sedang melaju di jalan raya kota Bandung dengan kecepatan sedang. Marwan yang menyetir mobil membantingkan stir nya perlahan ke arah kiri dan menghentikan mobil di depan sebuah rumah makan Padang.

"Abi, kita makan disini??"

"Iya dek, kamu pasti belum pernah makan di rumah makan Padang kan?? Makanan disini enak enak lo dek, apalagi rendangnya itu, wuiiih....mantaap" Marwan seperti orang yang sedang tergiur bau yang enak dari sebuah makanan.

"Ayo, kita masuk" ajak Nissa.

Aisyah hanya mengangguk dan mengikuti kedua orang tuanya.

Setelah tiba di suatu meja kosong, Aisyah dan kedua orangtua duduk. Kemudian datanglah seseorang berbaju kaus hitam dengan celana jeans longgar selutut. Juga ada sebuah kain yang dililit pada pinggangnya (seperti lilitan sarung, tapi lebih pendek hanya sampai paha). Kepalanya memakai sebuah benda seperti topi bolong tetapi ada segitiga di tengan keningnya. Sebuah handuk kecil rapi tergantung di pundaknya. Ia mendekat kepada Marwan dan bertanya.

"Nio makan apo, da? (mau makan apa, bang?)" Aisyah heran mendengar kalimat yang di ucapkan orang itu.

"Makan 3, tambah teh es ciek, umi sama adek mau minum apa??" (makan 3 orang, teh es satu, umi sama adek mau minum apa??) Marwan beralih bertanya kepada Nissa dan Aisyah

"Kalau umi jus jeruk aja deh bi"

"Adek juga" Aisyah yang kebingungan cuma mengikuti uminya

"Oke baik lah" Abi paham

"Jadi tambah es limau 2, masih ado yang lain da?" (jadi nambah es jeruk 2, masih ada yang lain, bang?) ucap orang aneh itu lagi

"Indak, itu se nyo" (tidak, itu saja) Sekarang Aisyah juga berpikiran kalau abinya juga aneh

Aisyah tidak sabaran. Ia langsung bertanya kepada Nissa yang duduk di sebelahnya.

"Umi, kok abi bisa bahasa orang itu sih mi?"

"Abi kamu kan hebat" jawaban singkat yang penuh arti dari Nissa.

"Baiklah, ditunggu yo da" (baiklah, ditunggu ya bang) orang aneh itu pergi berlalu.

" Jadi gini dek, abi kamu tu cakupan bisnis nya luas buangett! Makanya abi bisa banyak bahasa daerah. Bahasa asing aja abi jago kan?" jelas Nissa yang di angguki Aisyah.

Memang, Marwan adalah salah seorang yang sangat digagumi Aisyah. Marwan adalah cinta pertamanya di dunia ini. Bohong jika Aisyah tidak memiliki cinta pertama, karena semenjak ia lahir, rasa cinta itu telah tumbuh dan berkembang bersamaan dengan bertambahnya umur Aisyah.

Tak lupa pula dengan Nissa, Nissa juga merupakan cinta pertamanya seperti cintanya kepada Marwan. Bahkan Nissa adalah panutan Aisyah selama masa perkembangannya. Walaupun ia lebih dekat dengan Marwan, tapi Aisyah selalu meniru segala sesuatu dari Nissa, seperti tingkah laku, cara berpakaian, hobi, dan hal hal lainnya.

Ia berkeinginan untuk tumbuh dewasa layaknya Nissa yang begitu anggun dan cantik, serta sholehah yang menambah nilai plus dari Uminya.

Setelah melakukan proses pengisian tenaga di rumah makan Padang dengan lauk rendang, mereka kembali menuju mobil dan melanjutkan perjalanan. Mobil pajero itu kembali melaju di jalan raya Bandung dan akhirnya mereka memasuki jalan satu arah yang mengantarkan mereka kepada tujuan awal; Pesantren As Syam.

Kesabaran Cinta PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang