“Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka pegang lah erat-erat.”
-- Umar bin Khattab --***
Beberapa hari telah berlalu. Ujian semester pun telah terlaksana. Laporan hasil belajar semester ini juga telah berada di tangan santri.
Aisyah melihat lapornya dengan bangga. Hasil perjuangan belajarnya terbayarkan sekarang. Ia menduduki peringkat pertama di kelasnya. Bahkan ia adalah pemilik dari nilai rata rata tertinggi di angkatannya. Ia lagi lagi bersyukur atas nikmat yang ia dapatkan.
Hari Sabtu ini, para santri sibuk bersiap untuk kembali kerumah mereka masing masing menikmati hari libur semester. Dari tadi pagi, sudah banyak orang tua yang datang ke pesantren untuk menjemput putra putri mereka. Alangkah bahagianya mereka karena bisa bertemu kembali dengan anggota keluarga setelah sekian lamanya.
Beberapa santri sudah pulang bersama keluarganya, dan beberapa lagi masih di pesantren karena orang tuanya datang besok pagi. Aisyah juga, ia masih di pesantren karena Marwan dan Nissa tidak bisa menjemput Aisyah sekarang. Katanya mereka ada urusan. Aisyah menerima. Toh besok ia juga akan pulang.
Teman teman Aisyah sudah banyak berpamitan. Ya, setelah kejadian itu, Aisyah mendapatkan banyak teman. Tapi sahabatnya tetap seorang yaitu Hafsyah. Hafsyah yang selalu menasehatinya, Hafsyah yang selalu mendukungnya, Hafsyah yang selalu memberinya kekuatan, dan Hafsyah yang selalu ada untuknya.
Hafsyah juga pulang besok pagi. Karena Hafsyah adalah orang Jakarta sama dengan Aisyah, orang tuanya memilih untuk menjemputnya besok pagi agar mereka bisa liburan dulu di Bandung.
Untuk mengisi waktu luang, Aisyah dan Hafsyah mengadakan sebuah challenge, yaitu Aisyah dan Hafsyah saling menantang. Aisyah menantang Hafsyah untuk menulis cerita, karena Aisyah tau Hafsyah paling tidak bisa mengarang. Hafsyah juga menantang Aisyah untuk menggambar, karena Hafsyah sang juara menggambar tau pasti Aisyah belum bisa menggambar karena ia terlalu fokus dengan karangan karangan dan prestasi prestasinya. Tantangan itu sangat bertolak belakang dengan bakat mereka masing masing. Tapi ini adalah kegiatan yang bermanfaat. Sekalian mereka bisa mempelajari sesuatu diluar kebiasaan mereka.
"Oke.....Kamu bikin sebuah gambar" Tantang Hafsyah.
"Okee, siapa takut. Gini gini juga aku pernah ikut lomba menggambar lho" Aisyah bangga.
"Kapan?? Palingan waktu tk. Itupun cuma jadi peserta, nggak menang. Iya kan??" Hafsyah menahan tertawa.
"Iya, ya kan paling nggak aku udah pernah ikut" Aisyah membalas.
" Kalau gitu, kamu bikin cerita. Kita impas" Aisyah tertawa sekarang. Aisyah benar benar tau Hafsyah paling tidak bisa mengarang. Nilai karangannya di sekolah selalu bertahan di C."hmm okee. Ayo mulai." Hafsyah memberi aba aba.
"Ini diary aku. Kamu bikin ceritanya disini. Harus. Nggak ada penolakan." Aisyah memberikan buku diary yang biasa menjadi wadah dari semua imajinasinya.
"Nggak mau. Nanti kalau aku salah aku suka coret coret. Kasian diary kamu." Hafsyah menolak.
"Nggak apa apa. Kan Aisyah udah bilang, NGGAK ADA PENOLAKAN" Aisyah tertawa.
"Ini, kamu juga. Gambar di buku gambar aku" Hafsyah menyerahkan buku gambarnya dan mengambil diary Aisyah.
"Okee" Aisyah menerimanya.
Mereka berdua mulai menjalankan tantangannya masing masing. Waktu untuk menyelesaikannya sampai nanti siapa yang selesai dahulu, berarti waktu habis. Memang peraturan yang dibuat buat.
Setelah setengah proses dijalani, Aisyah iseng melihat karangan Hafsyah karena ia terlihat sangat frustasi. Aisyah membacanya tanpa sepengatahuan Hafsyah.
"Hahaha.....kamu cerita tentang apa?? peri??" Aisyah tertawa meledek.
"Heh, biarin. Imajinasiku memberikan ide tentang peri. Ya terserah aku juga dong, kan aku yang bikin critanya" Hafsyah membela diri.
"Hahaha. Gambar kamu aneh banget. Masak gambar gunung pake rol. Aisyah Lathifah, dimana mana ni ya, nggak ada sejarahnya gunung runcing kayak gitu. Hahaha" Hafsyah menertawakan gambar Aisyah.
"Mbak Hafsyah Al Hanum, asal mbak tau ya. Gambar kayak gini pernah dapet nilai 90 dulu waktu sd. Sudah suatu kebanggaan aku bisa menggambarnya lagi" Aisyah menjelaskan dengan gaya yang cool.
"Hahaha. Itu......" Ledekan Hafsyah terhenti ketika suara Azan magrib terdengar.
"Alhamdulillah, yuk ke mesjid" Aisyah mengajak Hafsyah.
"yaudah yuk, Nanti siap Isya kita sambung lagi ya" Hanum menawarkan.
"Iyaa" Aisyah menerima. Mereka berdua pun berlalu dengan mukena sudah tepakai rapi. Santri lainnya pun juga sudah berangkat.
Setelah pulang dari mesjid, Hafsyah langsung meneruskan tugas karangannya. Ia sangat tertantang untuk membuat sebuah kisah yang layak dibaca. Walaupun masih banyak kekurangan, tapi setidaknya Hafsyah mau belajar. Aisyah juga memilih melanjutkan gambarnya.
Dikamar Khadijah 3, Kamar Aisyah dan Hafsyah, hanya tersisa beberapa orang lagi. Yang lain sudah pulang dengan keluarga mereka.
Setelah beberapa saat, akhirnya Hafsyah mengangkat tangannya.
"Aku siap" Ucap Hafsyah dengan bangga.
"Yaah, aku belum. Tapi aku udahan aja deh. Tak tau mau ngapain lagi sama ni gambar" Aisyah pasrah.
"Mana, coba liat" Hafsyah mencoba melihat gambar Aisyah secara keseluruhan. Dan kemudian dia tertawa.
"Hahaha, gambarnya bagus bangeet. Sama kayak gambar ponakan aku yang sekarang sedang kelas 1 sd" Hafsyah meledek.
"Syah, ini gunung nya nggak boleh pake rol, kamu gambar dengan tangan kosong aja, walaupun nggak rata, tapi itu lebih bagus dari pada ini" Hafsyah menjelaskan. Ia memang mahir dalam masalah menggambar.
"Aisyah, kayaknya kamu cocok di lettering deh. Bikin tulisan cantik gitu." Hafsyah menambahkan.
" Iya, nanti aku coba" Balas Aisyah.
"Oo iya, sini liat cerita kamu" Aisyah meminta cerita Hafsyah.
"Nih" Hafsyah sangat bangga dengan hasil karyanya.
"Hahaha. Bahasa kamu kaku banget. Kamu kayak author cerita ini deh, bahasanya sama sama kaku" Aisyah tertawa setelah membaca cerita yang dikarang langsung oleh Hafsyah.
"Tapi alurnya bagus lo" Hafsyah masih membanggakan.
"Iyaa, kamu ternyata hebat juga bikin cerita. Cuma gara gara bahasa nya aja yang sedikit melenceng. Saran aku sering sering baca ya, dari sana kamu bakal nemuin banyak banget kosa kata yang bisa kamu pake buat ngarang cerita. Kamu pasti bisa ngarang kok" Aisyah berlagat layaknya motivator.
"Okee buk bos" Hafsyah dan Aisyah tertawa.
Tidak sulit mencari kebahagian. Salah satunya ini, sahabat yang selalu bisa kita andalkan, yang selalu bisa membawa kita ke jalan yang lebih baik.
Seperti Aisyah dan Hafsyah, walaupun suka saling mengejek, tapi mereka tetap saling mendukung satu sama lain. Tetap saling mengingatkan jika salah satu dari mereka berbuat khilaf. Tetap saling mengajak ke jalan kebaikan. Dan itulah sahabat. Seseorang yang bisa mengingatkan kita kepada Allah jika kita bersamanya.
💞💞💞
Assalamu'alaikum teman.
Ini author upload lagi. Maaf telat lagi 😅. Dan ini Author bikin buru buru, soalnya author lupa kalau hari ini author harus up. Jadi mohon dimaklumi jika ceritanya nggak nyambung, jelek, berbelit belit atau sebagainya. Author minta maaf yaa 😊
And Thank you for Reading!!!
little_chickee
27 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesabaran Cinta Pesantren
Teen FictionAisyah Lathifah adalah anak kedua dari pasangan Marwan dan Nissa. Ia adalah perempuan cantik yang patuh kepada kedua orang tua dan juga pastinya kepada Allah. Dipertemukan dengan Ahmad Lutfi Al Hamid. Anak pertama dari Adam dan Hana. Kakak kelas Ais...