Bagian 15

240 24 2
                                    

Ini sudah 2 minggu, setelah dirinya pergi ke kantor polisi untuk mencari petunjuk tentang kematian keluarganya yang ternyata melibatkan keuangan perusahannya- 2 minggu juga tanpa hasil yang ia inginkan.

Polisi menolak, masa lalu memang buruk- banyak yang pergi saat kejadian itu. Pergi dan meninggalkan luka dalam bagi orang-orang yang ditinggalkan, Tutor menatap kearah kertas-kertas dokumen yang sempat dibawanya.

Ada yang janggal, rasanya aneh.

Keuangan perusahaan semua baik-baik saja, awalnya. Tapi tidak di beberapa bulan sebelum kejadian, ada yang sengaja memanipulasi keuangan perusahaan sehingga kondisi perusahaan menjadi kacau dan perusahaan bangkrut dengan meninggalkan banyak hutang.

Rumah yang harus di jual dan aset yang harus di sita demi membayar hutang- Tutor sejujurnya tidak peduli, ia tidak terlalu mementingkan barang mewah karna ia bisa mendapatkannya sendiri dengan uang dari kerja kerasnya.

Tutor hanya ingin, pelaku cepat di temukan sesegera mungkin. Tutor sendiri yakin jika orang tuanya akan tenang di alam sana jika pelaku sudah ditemukan dan berterima kasih padanya di alam sana.

"Kau bisa tua jika mengerutkan kening seperti itu terus. kau tau?"

Tanpa diundang, tanpa diminta- Fighter kini datang kembali ke hadapannya. Duduk di sebrang tanpa izin, menatap polos sambil meminum miliknya setelah meletakkan sekotak susu di atas meja yang di dekatkan pada Tutor.

"P'Fight?" Tutor menatap sebentar- senior yang selalu mengganggunya selalu saja mencari kesempatan untuk mengusik hidupnya- atau tepatnya mencari celah untuk masuk ke dalam kehidupan Tutor dan mencari tau.

"Kenapa? Kau seperti melihat hantu," Fighter mengangkat salah satu alisnya bingung, heran Tutor hanya menatapnya dan tidak berteriak marah seperti biasa. Seingatnya, Tutor sangat membencinya, bahkan setiap kali bertemu, Fighter yakin jika Tutor selalu memakinya.

"Kau memang hantu," Tutor kembali menatap kearah dokumen yang dibacanya, "datang tak diundang, mengangguk kehidupan orang," kini Tutor menatap Fighter sinis, "persis seperti hantu negara tetangga,"

Fighter membuka mulutnya, terkejut jika Tutor menyamakan dirinya benar dengan hantu. Bahkan dengan hantu negara tetangga yang sama sekali tidak diketahuinya, "Oi!" suaranya berhasil keluar saat melihat Tutor yang tengah bersiap meninggalkan tempat.

Memilih meninggalkan Fighter demi kenyamanan hidup dan kesehatannya, Tutor tidak ingin memiliki penyakit naik darah hanya dengan bersama Fighter, "P' bisa memiliki tempat ini. aku akan pergi,"

Tutor bangkit, berniat pergi. Enggan terlalu lama berada di sisi Fighter yang bisa membuatnya meledak kapanpun, Merapihkan buku dengan cepat, memasukkannya bersama dalam tas. Tutor berniat pergi ke perpustakaan.

Mungkin saja masih tersimpan koran lama.

"Ai Tor!" Fighter menahan tangan itu, "apa sikapmu selalu seperti ini pada yang lebih tua? kau bahkan tidak memberi wai padaku! sekarang kau meningkanku beg-"

"Aku hanya melakukannya pada seseorang yang memang aku hormati! Tapi jika hal itu memang bisa membuat P' puas dan membiarkanku pergi .." Tutor memberikan wai pada Fighter dengan menatap marah, "akan aku lakukan! sampai jumpa," Tutor pergi dengan emosi yang meledak.

"Ai Tor!!" 

Tutor mengabaikan, terus berjalan. Menuju sebuah tempat dimana tidak ada FIghter di sana.

Fighter mengusap wajahnya kasar, jelas frustasi. Tidak mengerti dengan dikap Tutor sejak awal mereka bertemu, entah dendam apa yang dimiliki Tutor padanya, Fighter tidak mengerti. Tutor selalu menatap marah dan akan meledak setiap kali ia paksa dekati.

Who is He?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang