Teriakan beberapa wanita memenuhi seisi cafe kopi, bahkan hampir semua pelanggan yang datang hari ini. Tidak henti mengambil foto secara diam-diam pada ketiga sosok rpia yang sedang melayani mereka dengan senyuman yang masih menghias, kecuali untuk Fighter yang hanya tersenyum tipis sesekali.
“Terima kasih, silahkan datang kembali~” ujar Tutor sambil memberikan kopi pada pelanggan wanita yang ikut tersenyum kearahnya.
Mata wanita itu berkedip, memberikan ciuman jauh pada Tutor yang masih memasang senyuman manisnya, “saat aku kembali lagi ..” wanita itu menatap penuh minat, “apa aku akan diberikan ciuman sebagai service pelayanan?” tanyanya dengan nada menggoda.
Tutor tertawa pelan mendengarnya, membuat hati wanita itu berdegup sangat kencang dari biasanya, “mungkin tidak..” Tutor menatap lekat kearahnya, “tapi.. bukankah anda bisa melihat kehadiran saya di sini?” tanya Tutor yang langsung di jawab anggukan cepat oleh wanita itu.
Wanita itu terus tersenyum tanpa henti dengan semburat merah emnghias wajahnya hingga keluar dari cafe, Tutor tersenyum melihatnya. Pekerjaannya terasa lancar di luar dugaan sebelumnya.
“Silahkan,” ujar Tutor sambil memberikan sekotak kue dan kopi dengan senyuman manis menghias wajahnya.
“Uhm.. P’..” panggilnya gugup, “bisakah aku berfoto denganmu?” tanya gadis itu menahan malunya.
Tutor mengangguk sebagai jawaban, lalu memposisikan dirinya untuk berfoto.
‘ckrek’
Suara jepretan kamera dan kilatan cahaya, menarik perhatian seseorang. Mengabaikan teriakan para gadis dan wanita yang tengah mengantri, rela menunggu lama hanya untuk di layani oleh Tutor yang terkenal hanya dalam hitungan detik.
‘krak’
Gelas yang ada di genggaman terlihat retak seketika, bahkan hampir saja hancur jika namanya tidak di panggil untuk peringati, “P’Fight! Kau bisa menghancurkan gelasnya!” pekik Ohm membuat Fighter tersadar dari sikapnya.
“Ah ..” Fighter bergumam pelan lalu menatap ke arah gelas yang tidak mungkin lagi bisa di pakai seperti biasanya, Fighter menghela napas pelan, ada perasaan kesal saat melihat interaksi Tutor dan para pelanggan.
“Ohm, aku akan ke belakang seben-“
“P’.. bisakah aku meminta id linemu?” tanya seorang gadis dengan senyuman menghias menatap malu-malu, kearah Tutor.
‘krak’
“P’Fight!!” teriak Ohm memanggil nama Fighter dengan terkejut, terlebih saat melihat darah yang keluar banyak dari tangan Fighter karna tergores oleh gelas yang pecah tepat di tangannya, karna mengenggam terlalu erat.
Tutor yang mendengar teriakan Ohm, menatap terkejut kearah Fighter yang justru masih terdiam menatap tangannya, “P’Fight?” panggil Tutor menatap terkejut.
“Shiaa! Ai Tutor! Bawa kakak tingkat bodohmu untuk ke belakang!” perintah Ohm yang dijawab anggukan oleh Tutor dan menarik tangan Fighter untuk ke belakang agar bisa mengobati tangannya.
Ohm menghela napas pelan sekaligus lelah saat melihat barisan antrian yang masih panjang dan belum berkurang.
“Aw.. P’.. dimana P’Tutor?” tanya seorang gadis menatap kecewa kearah Ohm, “aku sudah menunggu dari tadi agar bisa berbicara dengannya,” keluh gadis itu dengan tatapan kecewa.
“Apakah aku tidak tampan seperti Tutor?” tanya Ohm dengan mengangkat dagu gadis itu lalu memberikan senyuman menawannya, menaklukan hati gadis itu hanya dalam seperkian detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He?
FanfictionHidup keras, dan nasib yang selalu mempermainkannya. Sudah menjadi hal yang biasa bagi Tutor. Semenjak dirinya memutuskan kuliah dengan usahanya, dirinya berjanji untuk tidak lagi merepotkan orang lain. Tapi, ada satu yang selalu menjadi tujuan utam...