"Hwahwa .. kenapa kau berbohong padanya?" Day menatap heran kearah gadis yang selama ini diam-diam ia sukai, karna Day tau jika selama ini hati gadis itu hanya tertuju pada Tutor- sahabat masa kecilnya.
"Bohong?" Hwahwa berkedip polos, "Hwahwa tidak berbohong .." Hwahwa tersenyum manis.
Jangan tergoda! Day membantin, mencoba mengkuatkan dirinya sendiri.
"Tentang seseorang yang selalu bersama Tutor sejak kecil .." Day mencoba mengingati, "kau bilang hanya dirimu yang ada bersamanya? Kau bohong kan? Jelas sekali di dalam foto ada 3 orang di sana- Tutor dirimu dan- .."
"Day!" senyum manis Hwahwa kini menghilang, tatapan ramah berubah menjadi tajam karna kesal, gadis cantik itu berubah menjadi marah pada Day yang kembali mengungkit perihal foto yang ingin sekali gadis itu bakar habis, "hanya Hwahwa yang selalu ada di sisi Tutor!"
Day menghela napas pelan, tidak ingin gadis itu menjadi posesif pada satu orang- baik memang hanya mencintai satu orang dalam sekali kehidupan, tapi Day tidak ingin melihat gadis yang di pujanya terluka, saat mengetahui fakta jika Hwahwa dan Tutor tidak bisa lebih dari sebuah sahabat.
"Hwahwa .."
"Day- .." Hwahwa kini menatap sendu dengan garis senyum tipis, "apa Day tidak percaya pada Hwahwa?" gadis itu mencoba memainkan perannya dengan baik, berbohong kali ini ia paksakan, tidak ingin ada orang lain yang kembali mengungkit perihal foto, terlebih di depan Tutor, tidak untuk saat ini.
"A- Apa ..?" Day bingung ingin menjawab apa, di satu sisi ia ingin sekali percaya sepenuhnya dengan sang gadis pujaan hati, di sisi satunya ia tidak bisa percaya, mengingat gadis itu sangat menyukai Tutor.
"Hwahwa .. aku tau jika kau sangat menyukainya .. tapi Tutor harus tahu perihal masa lalunya!" Day memilih egonya yang berjalan, meminta Hwahwa menceritakan sejujurnya pada Tutor, dan Tutor akan lebih fokus untuk mencari masa lalunya.
Lalu melupakan gadis itu.
"Lalu membuat dia terluka kembali?!" suara Hwahwa meninggi, ruangan yang hanya diisi mereka berdua seketika menjadi panas dan engap dalam sekali teriakan gadis cantik itu, "memberitahu sejujurnya dan membuat dia terluka! Lebih baik Hwahwa saja yang sakit dibanding harus lihat Tutor yang menangis dan tersiksa!"
Kedua manik gadis cantik itu memerah, berkaca-kaca, tanda ingin menangis. Wajah yang memerah bukan karna malu, tapi karna marah yang sedang ia luapkan tak lagi dapat dibendung seperti sebelumnya.
Hwahwa sangat marah pada Day.
"Apa?- .. aku tidak ingin melihatmu yang menderita!" Day sejujurnya iri- pada Tutor yang mendapatkan perhatian gadis itu tanpa di minta, yang akan selalu ditemani gadis itu tanpa berharap
Day ingin berada di posisi Tutor di saat yang sama.
"Itu gila! Jangan samakan dirimu dengan Tutor .." Day menatap sendu, jatungnya terus berdegup kencang bukan karna rasa suka, melainkan rasa sakit yang mendominasi hingga menjadi sesak.
"Hwahwa menyukai Tutor ..." gadis itu mengepalkan kedua tangannya kuat, menggigit bibir bawahnya kuat hingga berdarah, tidak ingin menangis dan kembali membuat Tutor cemas saat melihat keadaannya nanti.
Tutor, Saifah dan Zon akan kembali dengan cepat.
"Day pasti akan mengerti suatu saat nanti .." Hwahwa kini menatap kearah Day lekat, tersenyum sendu, "bagaimana mengorbankan segala hal agar orang yang kita cintai tetap bahagia .. meskipun merelakan kebahagiaan kita .."
Day terdiam .. hatinya kembali berdenyut saat kembali membayangkan mustahil mendapatkan gadis cantik yang ia puja selama ini, Day menyesali pertemuan dirinya dengan Hwahwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He?
FanfictionHidup keras, dan nasib yang selalu mempermainkannya. Sudah menjadi hal yang biasa bagi Tutor. Semenjak dirinya memutuskan kuliah dengan usahanya, dirinya berjanji untuk tidak lagi merepotkan orang lain. Tapi, ada satu yang selalu menjadi tujuan utam...