Sesekali Saifah akan menatap kearah Day yang hanya terdiam dengan kepala yang tertunduk, mereka berdua tertangkap basah oleh Tutor karna mengacaukan kamarnya tanpa sebuah alasan. Bahkan saat Tutor bertanya, mereka enggan menjawab dan memilih untuk terdiam.
Saifah mencubit pinggang Day kesal, yang dibalas dengan tatapan tajam oleh Day. Teman satunya, sama sekali tidak melihat situasi yang ada, dan justru meminta bantuannya, sementara dirinya juga sedang kesulitan mencari alasan yang tepat untuk diberikan pada Tutor.
"Jadi?" tanya Tutor untuk yang kesekian kalinya, namun mereka berdua tetap enggan menjawab, dan hanya saling lempar pandang. Mencoba untuk menghindari tatapan penuh selidik yang diberikan oleh Tutor.
"Ai Tor!" panggil Day tiba-tiba mencoba mengalihkan perhatian, "bukankah kau seharusnya masih di tempat kerja?" tanya Day, namun Tutor hanya dapat menghela napas lelahnya enggan untuk menjawab.
Terlebih, saat Tutor kembali mengingat kejadian di ruang ganti. Saat kakak tingkatnya justru mencium dirinya entah apa alasannya, yang bahkan dirinya sendiri juga enggan untuk mengetahuinya.
Kakak tingkat yang sejak awal tidak di sukainya, terlebih mereka juga sering kali bertengkar. Entah dirinya yang memulai lebih dulu, atau kakak tingkat itu yang mengibarkan bendera perang lebih dulu.
Namun, kejadian beberapa saat lalu membuat banyak pertanyaan yang bersarang dalam benak Tutor, kenapa P'Fighter menciumnya? Pertanyaan itu terus berulang tanpa henti membuat Tutor merasa sakit kepala tiba-tiba.
"Tor?" kini Saifah yang memanggil karna Tutor juga tidak menjawab, dan memilih terdiam, namun sesekali akan mendesis kesal lalu mengacak rambutnya kuat, dan berakhir menggeleng cepat.
Dari sana, mereka berdua sangat tau, sahabat mereka- Tutor. Sama sekali tidak baik-baik saja, terlebih mengingat jika pemilik tempat kerja Tutor yang sekarang adalah Fighter, kakak tingkat yang selalu membuat mereka bertengkar hanya dengan masalah kecil.
"Kau sepertinya harus beristirahat.." sarah Day khawatir dengan keadaan sahabatnya yang justru kini melamun.
"Apa dia masih bernapas?" tanya Saifah polos.
'Plak'
Sontak Day memukul kepalanya kuat, "kau kira Tutor sudah mati?!" tanya Day gemas dengan pertanyaan Saifah, bahkan dirinya masih tidak mengerti kenapa mereka berdua bisa menjadi sepasang sahabat.
"Aww.. aku hanya bertanya. Kau tidak bisa membedakan petanyaan dan pernyataan?" tanya Saifah menatap Day kesal dengan pandangan tidak terima sambil mengusap kepalanya lembut berulang kali untuk mengurangi rasa sakitnya.
Day dan Saifah berakhir saling lempar tatapan kesal, dan sesekali mereka akan memukul kepala lalu menendang. Membuat beberapa barang Tutor yang memang sudah mereka letakkan di lantai, kini terjatuh semua.
Tutor menghela napas pelan, "keluar!" perintah Tutor dengan nada suara penuh penekanan tapi masih terdengar pelan sehingga Day dan Saifah tidak mendengarnya secara jelas.
"Ada apa?" tanya mereka secara bersamaan.
"Keluar!" perintah Tutor dengan berteriak pada akhirnya karna kedua sahabatnya sama sekali tidak mendengarkan dirinya.
Dalam hitungan menit, pintu kamar Tutor sudah tertutup rapat. Saifah dan Day sudah meninggalkan Tutor seorang diri di kamar.
Tutor menatap kesekeliling kamarnya, satu kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan kamarnya saat ini, "Berantakan" persis seperti pemikiran dan hatinya saat ini, berantakan. Sangat berantakan, sampai Tutor tidak tau harus berhadapan dengan Fighter nantinya.
"Aku bisa gila jika seperti ini!" pekik Tutor mengusap wajahnya kasar.
why are You Directors film By Kittiphat Jumba, Thanamin Wongskulphat
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He?
FanfictionHidup keras, dan nasib yang selalu mempermainkannya. Sudah menjadi hal yang biasa bagi Tutor. Semenjak dirinya memutuskan kuliah dengan usahanya, dirinya berjanji untuk tidak lagi merepotkan orang lain. Tapi, ada satu yang selalu menjadi tujuan utam...