Entah untuk kesekian kalinya Tutor menghela napas pelan saat mengingat kejadian di kantin beberapa saat lalu, awalnya dia hanya ingin menanggapi pertanyaan kaka tingkatnya dengan nada seperti biasa.
Namun, entah kenapa pertanyaan kakak tingkatnya membuat dirinya merasa kesal hingga ia mengeluarkan nada ketus yang bahkan tidak pernah ia keluarkan setiap kali bersama orang lain, hanya pada kakak tingkatnya itu dirinya akan selalu bernada ketuas.
"Tutor," panggil Day melihat cemas kearah sahabatnya yang tengah memikirkan sesuatu, terlihat dari kening Tutor yang mengkerut dan sama sekali enggan untuk bercerita padanya. Tutor lebih suka memendam masalahnya sendiri.
"Day," panggil Tutor akhirnya setelah terdiam cukup lama, "Hwahwa .." ucapan Tutor berhenti tidak berniat untuk melanjutkan kalimatnya membuat Day lagi-lagi menghela napasnya pelan.
"Kau khawatir akan gadis itu?" tanya Day menebak yang di balas dengan anggukan tidak pasti oleh Tutor.
Lihat. Tutor sellau menyangkal keras jika dirinya hanya memiliki perasaan suka sebagai kakak ke gadis itu, tapi Tutor selalu mencemaskan gadis itu layaknya seorang kekasih.
"P'Fighter pasti menjaganya," jawab Day namun Tutor tidak puas akan jawaban Day, mengingat pertanyaan kakak tingkatnya saat di kantin, membuat Tutor kembali berpikiran jika kakak tingkatnya hanya main-main dengan sahabat baiknya.
Tutor menghela napas untuk yang kesekian kalinya, lalu menatap ke arah Day yang menatapnya dengan tatapan berharap. Tutor tidak menyangka jika salah satu sahabatnya akan berpihak pada kakak tingkatnya di bandingkan dirinya yang lebih lama bersama dengannya.
"Day-"
"Ayolah! Tutor .." panggilnya dengan nada berharap, "kalian sudah lama saling bertengkar dan mengibarkan bendera perang setiap kali bertemu bahkan sebelum berbicara satu sama lain," peringat Day, "mau sampai kapan kalian seperti ini?" tanya Day lelah.
Benar. Dirinya lelah akan pertengkaran Tutor dan Fighter yang sama sekali tidak ia ketahui penyebabnya, dan Day kembali menyangkal jika Tutor membenci kakak tingkatnya bukan hanya karna kesalahan tulisan nama yang di lakukan oleh kakak tingkatnya di awal mereka masuk.
"Dia salah menulis namaku," ungkap Tutor kesal penuh dendam, Day melotot mendengarnya, "bahkan tidak ingin mengubahnya untuk membetulkannya!" sambung Tutor kesal menatap Day berapi-api.
"Shiaa! Jadi benar?!" tanya Day menatap kearah Tutor dengan tatapan tidak percaya jika Tutor akan mudah marah hanya karna kesalahan kecil seperti apa yang di lakukan oleh kakak tingkatnya waktu awal mereka masuk.
"Tidak!" balas Tutor kembali membuat Day diam-diam menghela napasnya lega. Day memang sudah menduga sejak awal jika Tutor bukanlah tipe pria yang seperti itu, beda lagi ceritanya jika saat itu adalah Zon.
"Apa kau sudah mengucapkan terima kasih?" tanya Day pelan dengan nada ragu. Diam-diam dirinya cukup takut jika Tutor akan marah padanya dan suasana hatinya kembali buruk jika ia bertanya.
"Terima kasih?" beo Tutor menatap ke arah Day bingung, seingatnya dirinya sama sekali tidak mempunyai hutang budi pada seseorang.
"Benar!" Day berseru cepat dengan nada gemas karna Tutor justru tidak mengingat apapun, "P'Fighter yang sudah membantumu saat-"
"Tidak!" balas Tutor memotong perkataan Day yang tiba-tiba membuatnya kesal karna mengingat kejadian beberapa hari lalu saat kakak tingkatnya bersusah payah untuk merawatnya di saat dirinya sedang sakit, "aku tidak meminta dirinya untuk merawatku!" ujar Tutor kesal.
Day menghela napas untuk yang kesekian kalinya, percuma saja berbicara dengan sahabatnya. Mengingat sahabatnya memiliki keras kepala melebihi Zon. Day tidak bisa memaksa Tutor lebih jauh walaupun dirinya masih berharap jika mereka berdua dapat berbaikan suatu hari nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He?
FanfictionHidup keras, dan nasib yang selalu mempermainkannya. Sudah menjadi hal yang biasa bagi Tutor. Semenjak dirinya memutuskan kuliah dengan usahanya, dirinya berjanji untuk tidak lagi merepotkan orang lain. Tapi, ada satu yang selalu menjadi tujuan utam...