Fighter menatap Tutor yang tengah tertidur tenang dengan napas yang teratur, setelah lelah menangis, kini Tutor jatuh tertidur di mobil milknya, wajah tenang, tanpa kerutan penuh amarah yang biasa Fighter lihat setiap saatnya. Sebuah pandangan langka yang jarang sekali terlihat.
'ckrek'
Fighter mengambil foto diam-diam, berhasil. Karna Tutor tidak terbangun dan masih berada di alam mimpi, sama sekali tidak ada tanda-tanda akan bangun dan meminta untuk turun dan pulang berjalan kaki atau menaiki mobil taxi.
Fighter mengusap surai itu lembut, ada banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Tutor namun kembali di urungkan, kembali mengingat bagaimana Tutor bereaksi dengan menagis keras karna tidak bisa mengingat masa lalunya.
Fighter tidak ingin lagi melihat Tutor dalam keadaan seperti beberapa saat lalu, dan dirinya menyesal karna dirinyalah penyebab Tutor menangis keras dan mencoba mengingat masa lalunya yang selalu gagal.
"Aku akan menjagamu," janji Fighter lalu kembali memperhatikan jalan, menuju appartemen milik Tutor yang masih cukup jauh dari sini, Fighter sempat terheran karna Tutor bisa sampai di sini dengan cepat.
"Ugh .." Tutor melenguh pelan, mengedipkan kedua matanya beberapa kali, lalu tersadar jika dirinya belum sampai dan masih berada di dalam mobil, kembali mengingat jika dirinya menyetujui untuk Fighter antar pulang.
"Kau sudah bangun?' tanya Fighter sambil memberikan sebotol air minum pada Tutor yang masih menatapnya dengan tatapan bingung, "kau tidak bisa minum jika hanya menatapnya," peringan Fighter.
Tutor tersadar lalu mengambil botol air minum itu dengan malas, "apa susahnya mengatakan ini untukku? P'Fight sama sekali tidak berubah dari dulu," Tutor menggerutu pelan, kesal. Tapi, tetap meminumnya.
"Tapi, kau berubah Tutor," Fighter membalas pelan, setengah berbisik hampir tidak terdengar. Dan Tutor mendengarnya tidak jelas.
"Kau berkata sesuatu? P'Fight," tanya Tuto bingung, karna dirinya tidak bisa membedakan, kaka tingkatnya sedang bergumam berbicara dengannya atau sedang berkumur-kumur untuk membersihkan giginya.
"Tidak ada," Fighter membalas, menatap ke arah Tutor sebentar, lalu kembali menatap ke arah jalan raya yang terlihat ramai dan macet karna lampu merah.
"Aneh," balas Tutor bergumam malas, lalu kembali melihat ke arah langit yang mulai gelap karna matahari yang hampir tenggelam sepenuhnya.
"Ah .." Tutor mulai teringat sesuatu, lalu kembali menghela napas kesal.
"Ada apa?" Fighter bertanya bingung, "menyesal karna diantar pulang olehku?" tanya Fighter heran lalu tertawa pelan karna Tutor hanya menatap kesal dengan kedua tangan yang terlipat, bahkan kedua pipinya di kembungkan.
"Aku bertengkar dengan Day," ujar Tutor lalu mengalihkan pandangannya, enggan melihat ke arah Fighter yang kini tengah tertawa pelan. "P'Fight!" panggil Tutor kesal karna Fighter tidak kunjung berhenti mentertawakannya.
"Kau benar-benar menyebalkan seperti Day!" pekik Tutor kesal menatap tajam tidak terima, lalu memukul tangan Fighter, menyuruh pria itu untuk berhenti tertawa.
"Ai Tor! Berhenti memukul! Kita bisa kecelakaan jika seperti ini," peringan Fighter mencoba menahan tangan Tutor dengan satu tangannya.
Tutor menatap Fighter kesal, menjulurkan lidahnya tanda menolak perintah dari Fighter yang memintanya untuk berhenti.
"Ai Tor!" panggil Fighter memperingati, lalu ide jahil terbesit dalam benaknya, "apa kau ingin di cium dulu baru akan berhenti?" tanya Fighter dengan nada menggoda.
Tutor mematung seketika, kembali mengingat saat Fighter mencium dirinya di ruang ganti baju, memundurkan dirinya perlahan, mencoba menjauhkan diri dengan memojokkan tubuhnya pada pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He?
FanfictionHidup keras, dan nasib yang selalu mempermainkannya. Sudah menjadi hal yang biasa bagi Tutor. Semenjak dirinya memutuskan kuliah dengan usahanya, dirinya berjanji untuk tidak lagi merepotkan orang lain. Tapi, ada satu yang selalu menjadi tujuan utam...