Dalam hidupnya, Tutor tidak pernah menyangka akan seperti menjadi tokoh utama seperti cerita-cerita dongeng pengantar tidur yang sering kali di ceritakan oleh ibunya sewaktu kecil sebelum tidur.
Sekalipun juga, Tutor tidak berharap jika hidupnya akan sama persis dengan kehidupan tokoh utama yang ada di dalam cerita. Sosok pangeran kecil yang selalu sendiri dan terjebak di istana tanpa seorang teman.
Di dalam cerita yang ia baca, sosok pangeran kecil itu hanya menghabiskan waktunya di dalam istana dengan buku-buku menjadi teman hidupnya, orang tuanya tidak mengizinkan dirinya untuk keluar istana mengingat keselamatan pangeran sebagai pewaris tahta satu-satunya.
Sang pangeran kecil yang kesepian, selalu berharap untuk bisa keluar dan bermain dengan teman lainnya, ataupun melihat rakyatnya yang ada di luar sana. Namun sekali lagi, Raja dan Ratu melarang keras permintaan pangeran.
Tutor terdiam, dirinya terlalu fokus dan meresapi apa yang saat ini dirinya baca. Sosok pangeran kecil yang memiliki nasib sama seperti hiudpnya, walaupun keadaan mereka berbeda, karna sosok pangeran kecil di culik oleh penyihir jahat.
Sedangkan Tutor harus kehilangan keluarganya dalam kecelakaan yang mengenaskan.
Tutor menghela napas pelan, dirinya tidak menyukai akhir dari sebuah cerita yang menyedihkan, baginya sebuah cerita haruslah memiliki akhir sebuah kebahagiaan hingga tokoh utama menghembuskan napas terakhirnya.
Bukan seperti tokoh utama yang memiliki akhir tragis tanpa menemukan kebahagiaan seperti orang-orang di sekitarnya. Tutor tidak menyukai akhir cerita dari buku yang saat ini dibacanya. Dirinya berjanji akan mengadu pada ayahnya nanti.
"Buku dongeng? Kau memang sangat cocok membacanya."
Tutor menatap kearah sosok yang menyebalkan dan selalu menganggunya, namun Tutor sama sekali tidak keberatan saat sosok tersebut menganggu dirinya, bahkan dirinya akan sesekali tertawa dibuatnya.
Tutor tidak dapat membenci sosok yang lebih tua di hadapannya, bagaimanapun juga sosok tersebut adalah sosok yang selalu menemani dirinya di kala dirinya akan membaca senidrian di taman.
Entah sejak kapan, sosok tersebut selalu hadir di kala Tutor membutuhkannya, seperti saat ini. Tutor baru saja mendengar jika orang tuanya akan bertugas ke luar kota, dan tak buruh waktu lama, sosok tersebut hadir dan bersiap menemani Tutor untuk kedepannya.
Tutor tersenyum mengingatnya, dirinya selalu bisa mengandalkan sosok yang lebih tuda di hadapannya di bandingkan siapapun.
"P' Kau telat hari ini," ujar tutor sambil mengembungkan kedua pipinya kesal.
"Benarkah?" tanya sosok tersebut sambil mencubit kedua pipi Tutor gemas.
"P'!" panggil Tutor kesal saat kedua pipinya terasa sakit akibat cubitan yang diberikan oleh sosok di hadapannya.
"Baiklah.. baiklah .. aku salah. Maafkan aku ya? Hm .." ujar sosok tersebut sambil mengusap kedua pipi Tutor lembut, "bagaimana jika kita memakan es krim? Sebagai permintaan maaf P'?" tawar sosok tersebut sambil mengusap surai Tutor lembut.
Lihat bukan? Bagaimana bisa Tutor marah bahkan benci pada sosok di hadapannya.
Tutor mengangguk lalu tersenyum senang, dirinya seketika bangkit berdiri dan menarik tangan sosok yang lebih tua di bandingkan dirinya. "Ayo! Aku ingin es krim yang banyak!" seru Tutor senang.
"Hei! Kau tidak bisa memakan sebanyak itu!" peringat sosok tersebut namun, hanya dapat di balas tawa oleh Tutor.
"Baik. Baik. Aku akan menjadi anak baik! P' Fi.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He?
FanfictionHidup keras, dan nasib yang selalu mempermainkannya. Sudah menjadi hal yang biasa bagi Tutor. Semenjak dirinya memutuskan kuliah dengan usahanya, dirinya berjanji untuk tidak lagi merepotkan orang lain. Tapi, ada satu yang selalu menjadi tujuan utam...