"Kau-.. Tutor?" polisi tersebut menatap terkejut, dengan cepat polisi tersebut emnarik tangan Tutor untuk keluar dari kantor polisi.
Sontak membuat beberapa anggota polisi menatap terkejut dan seketika langsung berbisik pelan.
"Siapa?"
"Apa dia keluarga senior?"
"Apa? Kau gila?! Senior sudah lama kehilangan istri dan anaknya karna kejadian beberapa tahun lalu!"
"Tutor?" Hwahwa menatap Tutor terkejut saat melihat Tutor kembali keluar dari kantor polisi, "hei! Jangan menarik tangan Tutor!"
"Hwahwa .." Tutor memanggil lembut, Hwahwa sontak terdiam dan tidak lagi membantah.
"Jadi .. kenapa anda membawa Tutor keluar?" Day memilih bertanya.
"Kalian- .. "Polisi tersebut menghela napas pelan, "cepat pergi dari sini!" perintah polisi tersebut lalu mendorong tubuh Tutor cukup kuat.
"Apa?!- tidak! aku harus mencari tau apa yang terjadi!" Tutor menahan tangan polisi kuat, "aku mohon.. anda pasti tau apa yang sebenanrnya terjadi pada peristiwa itu!"
"Tutor!" Saifah memanggil dengan nada tidak suka, tidak ingin melihat sahabatnya memohon pada orang asing yang bahkan terlihat enggan untuk membantu, "jangan seperti ini! Lebih baik kita pergi!" saran Saifah.
Tutor menggeleng pelan, keras kepala adalah sifat yang sangat di kenal baik oleh sahabat Tutor. Tapi di saat seperti ini? Bagi mereka sangat merepotkan.
"Benar kata Saifah ... bagaimana jika kita mencari cara lain," Zon ikut memberi saran.
Tutor kembali menggeleng, Day menahan diri untuk tidak mengangkat tubuh Tutor lalu meninggalkan halaman kantor polisi, "anda pasti tau apa yang terjadi saat itu! Tolong beritau aku!"
"Tutor!"
"Nak .. kau tidak dengar saran dari ketiga sahabatmu?" polisi tersebut menatap kearah Tutor yang lagi-lagi menggeleng.
"Anda adalah kunci saat peristiwa itu terjadi! Anda pasti tau apa yang terjadi pada peristiwa kebakaran itu! Anda pasti tau apa yang terjadi dengan keluargaku!" nada suara Tutor kini meninggi.
Day, Zon dan Saifah hanya terdiam tidak lagi membantah seperti sebelumnya.
"Tuan .. kenapa anda tidak ingin membantu kami? Tidak ingin membantu Tuto-"
"Masa lalu seharusnya memang sudah di lupakan. Terlebih itu adalah masa lalu yang sangat buruk. Kenapa harus membahas masa lalu yang bisa membuatmu terluka? Sebaiknya membahas masa depan yang tidak dapat di tebak," polisi tersebut memotong perkataan Hwahwa.
"Apa?" Tutor menatap terkejut.
"Tutor .."
"Jadi .. maksud anda.. masa lalu sebaiknya di lupakan saja?" Tutor menatap marah kearah polisi, "jadi .. aku harus melupakan bagaimana orang tuaku mati saat itu?! Bagaimana keluargaku hancur hanya dalam semalam?! Bagaimana aku bisa melupakan sebagian ingatanku di masa lalu?! Itu yang terbaik? Tanpa mengetahui apa yang sebenarnya tejadi?!"
"Tutor!" Day memanggil. Sebagai tanda peringatan untuk tidak melewati batas.
"Aku pikir jika saat itu hanya kecelakaan biasa yang menewaskan mereka, semua polisi juga berkata demikian ... tapi saat aku tau orang tuaku meninggal karna kebakaran yang tidak jelas, bagaimana bisa aku tenang! Arwah orang tuaku pun tidak tenang!" Tutor berteriak, menangis.
"Tutor! Berhenti!" Saifah menatap sekitar cemas, mereka kini menjadi pusat perhatian benyak orang.
"Aku sangat yakin ada yang merencanakan hal ini! Aku sangat yakin tuan!" Tutor menatap marah kearah polisi, kedua maniknya berkilat tajam, "bahkan perusahaan orang tuaku di rebut paksa dengan pemalsuan keuangan! Tidak cukup dengan itu- mereka membunuh orang tuaku?! Apa salah orang tuaku-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He?
FanfictionHidup keras, dan nasib yang selalu mempermainkannya. Sudah menjadi hal yang biasa bagi Tutor. Semenjak dirinya memutuskan kuliah dengan usahanya, dirinya berjanji untuk tidak lagi merepotkan orang lain. Tapi, ada satu yang selalu menjadi tujuan utam...