"Tutor .. kau sama sekali tidak mengingatku?" tanya Fighter dengan nada penuh harap, dalam benaknya ia terus merapal doa jika Tutor mengingat dirinya, berharap penuh jika Tutor mengingat kenangan tentang mereka dulu.
"Kenapa kau selalu bertanya pertanyaan yang sama? P'Fight," tanya Tutor heran, ingin menatap ekspresi Fighter, namun gagal karna Fighter masih memeluknya erat dan enggan melepaskannya, membuat tutor jengah seketika.
"Sama sepertimu, kenapa kau selalu mengatakan tidak mengingatku seperti pertemuan kita dulu. Tutor," Fighter masih menahan tubuh Tutor yang mulai kembali berontak minta di lepaskan.
"P'Fight! Lepas!" Tutor memerintah untuk kesekian kalinya, namun lagi-lagi Fighter mengabaikan. Fighter masih ingin mencari tau, mencari jawaban kenapa Tutor sama sekali tidak dapat mengingat dirinya.
"Tutor.. aku serius-"
"Apa aku bercanda?!" jawab Tutor kini bernada tinggi, dirinya sama sekali tidak mengerti mengapa semua orang kini bertindak egois, dan dirinya sama sekali tidak bisa bertindak egois seperti mereka.
Tutor ingin berteriak, nelampiaskan seluruh rasa kesalnya pada orang-orang yang bertindak egois, lalu mengatakan dengan lantang pada mereka, jika bukan hanya mereka yang tersakiti, tapi dirinya juga merasa sakit setiap saat.
"Tutor .."
"P'Fight! Lepas!" Tutor kembali memerintah.
"Kenapa? Aku hanya bertanya apa kau mengingatku atau tidak! Karna kau masih mengingat rumahmu yang-"
"Tidak! Tidak! Dan Tidak! AKU SAMA SEKALI TIDAK MENGINGATNYA!" teriak Tutor akhirnya marah dengan tangis yang mulai pecah.
Fighter tersentak kecil, tubuhnya menegang seketika saat mendengar suara tangis dan teriakan Tutor.
"Aku tidak ingat.. bukankah aku sudah mengatakannya berulang kali padamu? P'Fight" tanya Tutor dengan tangis yang sebisa mungkin ia tahan namun gagal.
Fighter sangat tau, jika Tutor adalah sosok yang selalu terlihat kuat. Bagaimana kedua sahabatnya selalu bercerita dan Hwahwa selalu mengaguminya setiap bercerita dengan kedua mata yang berbinar.
Namun, tidak untuk kali ini. Dalam pelukannya, Fighter sangat tau. Jika Tutor sedang merasa sakit, luka yang tidak terlihat berdarah, dan Fighter merasa Tutor akan hancur jika ia melepasnya saat ini.
"Aku ingin mengingatnya.. tapi tidak bisa!" pekik Tutor kini memukul-mukul tubuh Fighter sekuat mungkin, merasa kesal pada dirinya sendiri karna gagal pada satu hal, Tutor tidak bisa mengingat masa lalunya.
"Kau kejam! Aku membencimu! Bukankah saat itu aku baru bertemu denganmu? Kenapa kau selalu bertanya hal yang sama? Kenapa kau selalu memintaku untuk mengingat masa lalu yang bahkan aku tidak mengingatnya?!" tanya Tutor dengan teriakan yang tertahan.
Fighter menelan salivanya sulit, kini terjawab mengapa Tutor selalu menatap benci padanya, mengapa Tutor selalu menatap tidak suka padanya, dan mengapa selalu berusaha untuk menghindari dirinya.
Satu hal yang tidak pernah dirinya ketahui selama ini, Tutor tidak bisa mengingat masa lalu yang dimilikinya, Fighter menghela napas pelan lalu menatap ke arah langit. Mengapa takdir sangat menyukai untuk mempermainkan kehidupan seseorang? Batinnya getir.
"Aku ingin ingat kembali .." Fighter kini mengusap punggung itu lembut, "aku ingin mengingat kenangan tentang kedua orang tuaku .. " Fighter mengangguk mengerti bagaimana rasanya, "ada banyak potongan gambar dalam mimpiku, aku ingin melihat siapa saja mereka, tapi mereka hanya berwajah buram karna aku tidak mengingatnya!" Tutor menangis.
Fighter kembali ingat pertemuan mereka kembali untuk sekian lamanya, saat Tutor mendaftar di tempat kampus yang sama dengan dirinya,
"P' Kau salah menulis nama," Tutor memberi tau, tapi Fighter hanya mengabaikan tanpa membetulkan nama sosok yang saat ini menatapnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He?
FanfictionHidup keras, dan nasib yang selalu mempermainkannya. Sudah menjadi hal yang biasa bagi Tutor. Semenjak dirinya memutuskan kuliah dengan usahanya, dirinya berjanji untuk tidak lagi merepotkan orang lain. Tapi, ada satu yang selalu menjadi tujuan utam...