why are You Directors film By Kittiphat Jumba, Thanamin Wongskulphat
Who is He? By RamaLina
Zon dan Saifah saling pandang, ia masih mencerna kalimat yang baru saja di dengar 5 menit lalu oleh Tutor yang saat ini masih tersenyum tengah membayangkan sesuatu,
Mereka ingin membantah, membalas dan mengatakan sejujurnya. Tapi, melihat respon Tutor yang hanya dipenuhi dengan dunia dan pemikirannya sendiri, membuat mereka berdua mengurungkan niatnya.
"Mungkin ia hanya asal bicara?"
'Tak'
Zon menginjak kaki Saifah, menatap tajam, marah. Memberi kode melalui tatapan mata untuk tidak menganggu Tutor saat ini, berbanding balik dengan Saifah yang membalas dengan bisikan berupa umpatan.
"Kenapa?" Tutor menatap bingung, merasa sedikit curiga dengan tingkah laku kedua temannya yang terlihat aneh sejak ia menceritakan kisahnya kemarin.
"Itu-"
"Bukan apa-apa!" Zon memotong cepat, "Sai bilang dia mendengarkan asal bicara wartawan dari berita film!" Zon mengangguk cepat mencoba meyakinkan, "dia mengatakan jika wartawan bilang ular bisa bertelur! bukankah aneh?" Zon tertawa- canggung.
Saifah menatap kearah Zon dengan salah satu alis yang terangkat, menatap aneh kearah Zon yang masih tertawa dengan nada terpaksa.
Tutor menatap kearah Zon yang masih tertawa, "memang bertelur.."
Suara tawa Zon tak lama kian memudar, saat terhenti sepenuhnya Zon mengalihkan pandangannya dan menatap kearah lain. Mengusap lehernya pelan lalu memaki dirinya pelan.
Saifah mentertawakannya dengan mulut yang tertutup tangan.
"Zon kau baik-baik saja? apa kepalamu terbentur sesuatu?"
Zon kembali berbalik menatap kearah Tutor yang memandangnya curiga, Zon menghela napas berat akhirnya. Pada akhirnya, sama seperti sebelumnya. Ia tidak bisa menceritakan sejujurnya pada Tutor dan hanya bisa terdiam mendengarka.
"Ada apa? Orang tuamu menekan agar kau bisa mendapatkan nilai tinggi lagi di semester ini?" Tutor menatap cemas, suasana hati Zon mudah sekali berubah, Tutor tau itu. Maka dari itu ia tidak ingin Zon merasa kesulitan hanya karna kedua orang tua Zon menginginkan anaknya mendapatkan nilai tinggi di semester selanjutnya.
"Bukan-.."
"Aku bisa mengatakan pada paman dan bibi untuk tidak terlalu memaksamu.." Tutor tersenyum hangat, layaknya malaikat penyelamat, "jangan memaksakannya .. itu tidak baik .."
Zon mengangguk tanpa sadar, melupakan apa yang ingin ia sampaikan pada Tutor sebelumnya.
Saifah menepuk keningnya pelan, Zon sangat mudah untuk terbawa suasana seperti saat ini, terlebih jika itu berhubungan dengan Tutor. Sosok yang menjadi panutan Zon selama ini, sekaligus sosok yang selalu ia kagumi.
"Dia benar-benar penggemarmu," Saifah menggeleng pelan dengan helaan napas yang terdengar,
"Apa?!" Zon menatap tajam kearah Saifah, sontak Saifah langsung memeletkan lidahnya- tanda mengejek tidak peduli, "kau-"
Saifah langsung melindungi wajahnya dengan buku,
"Hentikan!" Tutor menghela napas pelan, "kalian sudah besar! kenapa selalu bertengkar setiap bertemu?" Tutor memijat keningnya yang mendadak terasa pusing karna tingkah dua teman baiknya yang saling bertolak belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He?
FanfictionHidup keras, dan nasib yang selalu mempermainkannya. Sudah menjadi hal yang biasa bagi Tutor. Semenjak dirinya memutuskan kuliah dengan usahanya, dirinya berjanji untuk tidak lagi merepotkan orang lain. Tapi, ada satu yang selalu menjadi tujuan utam...