Pagi harinya Hwahwa berjalan tanpa suara, sejak masuk ke dalam gerbang kampus, gadis itu tidak berhenti mengawasi sekitar dengan tatapan cemas. Berharap dalam hati jika dirinya tidak bertemu dengan seseorang yang ingin dihindari untuk sementara waktu.
Hwahwa masih ingat saat kejadian gelang yang saat ini tengah disimpannya, atas permintaan ketiga sahabat Tutor, Day, Saifah dan Zon. Mengingat saat itu keadaan Tutor sangat buruk.
"Apa yang terjadi padanya?" tanya Saifah terkejut saat melihat Tutor tidak sadarkan diri setelah berteriak kesakitan dengan tangan yang masih memegang gelang.
"Tutor?" Hwahwa memanggil cemas, menepuk pipi Tutor pelan, berusaha menyadarkan sahabat kecilnya, Hwahwa tidak ingin Tutor pergi lebih cepat hanya karna mengingat masa lalunya.
"Ai Sai!" Day memanggil- hampir berteriak. Tidak peduli lagi jika akan ada beberapa tetangga appartemen Tutor yang datang dan memarhi karna terlalu berisik, "napas Tutor .. " Day menatap serius, "aku pikir jantungnya melemah .."
"Apa?" Zon yang menjawab dengan pertanyaan lebih dulu, sebelum Saifah memberikan jawaban. Zon menatap ke arah Tutor lalu mengguncang tubuh Tutor cepat, "ai Tor! Ini tidak lucu!" pekik Zon.
"Panggil ambulan!" perintah Saifah yang tersadar lebih dulu, namun ketiga sahabatnya masih terdiam mematung, terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.
"Ai Zon!" panggil Day, tapi Zon hanya terdiam dengan kedua tangan yang gemetar.
"Ai Sai!" kini Day memanggil Saifah, sama seperti Zon. Saifah hanya terdiam dengan pikiran kosong tidak tau harus apa.
"Hwahwa!" Day memanggil dengan setengah berteriak untuk menyadarkan gadis itu, mengguncangnya kuat hingga gadis itu menatapnya dengan kedua mata yang berkaca-kaca, "Hwahwa! Panggil ambulan!" perintah Day.
"Day .." Hwahwa memanggil, "apa Tutor meninggal?" tanya Hwahwa, air mata gadis itu kembali berjatuhan, mulai membayangkan skenario terburuk terhadap Tutor.
Day menggeleng cepat, "telpon ambulan sekarang! Kita akan menyelamatkan Tutor!" perintah Day.
Gadis itu mengangguk tanpa sadar, dengan kedua tangan yang gemetar, Hwahwa menghubungi ambulan untuk segera datang dan membawa Tutor ke rumah sakit.
Jika saja tanpa Day, saat itu Hwahwa akan tertinggal di dalam kamar appartemen milik Tutor, mengingat gadis itu hanya terdiam terpaku, bahkan setelah menghubungi ambulan.
Day menatap Hwahwa dengan tatapan cemas, kini fokusnya terbagi 2. Hwahwa dan juga Tutor.
"Kau baik-baik saja?" tanya Day cemas.
"Aku .." Hwahwa menatap kearah Day kosong, sama sekali tidak dapat berfokus tentang apa yang sedang terjadi saat ini, "aku.. baik," jawab Hwahwa akhirnya. "bagaimana dengan Tutor?" tanya Hwahwa kembali.
"Dia .. ada di dalam," jawab Day lalu menatap ke suatu ruangan.
"Apa dia akan baik-baik saja?" tanya Hwahwa.
"Tentu-"
"Apa dia akan menyusul kedua orang tuanya?" kedua manik Hwahwa berkaca-kaca, skenario terburuk adalah Tutor meninggalkan dirinya, atau ingatannya semakin memburuk.
"Dia ada di sana .." Day tersenyum kearah Hwahwa mencoba menguatkan gadis tersebut, "dan dia akan kembali pada kita, dan Hwahwa .." Day kini menatap serius, "simpan gelang ini! Jangan biarkan Tutor mengetahuinya!" perintah Day sambil memberikan sebuah gelang.
"Apa?.. bukankah ini milik Tutor?" tanya Hwahwa dengan tatapan bingung.
"Gelang ini membawa luka lama pada Tutor.. sebaiknya.. kita simpan lebih dulu.."saran Day, Hwahwa mengangguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He?
FanfictionHidup keras, dan nasib yang selalu mempermainkannya. Sudah menjadi hal yang biasa bagi Tutor. Semenjak dirinya memutuskan kuliah dengan usahanya, dirinya berjanji untuk tidak lagi merepotkan orang lain. Tapi, ada satu yang selalu menjadi tujuan utam...