Sampai dirumah ternyata yang lainnya memutuskan untuk menginap di rumah Abraham. Kini Naira hanya berdua dengan Arkan.
Setelah bersih-bersih badan, Arkan menyusul untuk merebahkan tubuhnya disamping Naira. Ia ingin segera tidur karna hari ini begitu melelahkan. Sudah hampir terlelap tiba-tiba Naira bersuara
"Suka deh tadi liat Bang Abraham sama Kak Putri"Arkan melirik sekilas lalu menanggapi
"Sukanya?""Yaa lucu aja keliatannya bahagia banget udah gitu mereka tuh kayanya pasangan serasi yang rumah tangganya sempurna, adem ayem."
"Keliatannya sempurna menurut kamu, tapi kadang-kadang mereka marahan ah" jawab Arkan
"Ya kalo itu si wajar. Tapi keliatan gitu cinta mereka berdua, saling menyayanginya. Semua yang liat pasti tau mereka bahagia."
"Gak semua cinta bisa ditunjukin Nai, buktinya ada yang mencintai diem-diem, ada juga yang nyembunyiin perasaanya atau cara menyampaikan rasa sayangnya dengan cara yang beda sampe mungkin gak ada yang nyadarin itu"
"Bener jugaa, tumben Bapak Arkan Apta Kagendra ini bijak"
Arkan terdiam sejenak, lalu bertanya kepada Naira
"Kalo Kamu bahagia gak sama Aku Nai?"Meskipun ragu-ragu untuk menanyakan hal itu tapi Arkan memberanikan diri, karna jujur ia sangat penasaran.
Kini Naira mentap wajah Arkan dalam-dalam. Ia bingung harus menjawab apa. Memang kehadiran Arkan terasa sangat mengejutkan, hingga butuh waktu bagi Naira untuk meyakinkan dirinya dan menerima Arkan. Sekarang entah karna terbiasa bersama hingga Naira pun mulai merasa nyaman. Namun untuk masalah perasaan Naira masih belum menyadarinya, karna ia pun tak tahu.
"Kenapa nanya gitu?" Akhirnya Naira balik bertanya
"Enggak cuman pengen tahu aja, takut nya kamu diem-diem ngebatin terus badan kamu makin kurus, terus aku di salahin orang tua kamu"
"Hahaha enggaklah, gini ya meskipun kamu yang tiba-tiba dateng dalam kehidupan aku emang bikin terkejut banget. Tapi aku mulai nerima dan gak terpaksa sama sekali. Kalo kamu tanya aku bahagia atau enggak, jawabannya yang pasti aku enggak sedih."
"Berarti sekarang kamu udah bener-bener nerima aku sebagai suami kamu kan Nai?"
"Ya menurut kamu aku udah rela dibawa jauh-jauh kesini, ninggalin Ibu sama Bapak Aku di Kampung masih di anggap gak nerima?"
Arkan pun kini terduduk lalu menatap dalam mata Naira, lalu berkata
"Mmm kalo gitu kamu siap dong menjalankan kewajiban kamu sebagai istri?"Naira terkejut bukan main, seketika ia menjadi tegang. Pikirannya melayang pada hal yang IyaIya.
"M-mak sud nya kewajiban?" Naira bertanya pura-pura tak mengerti
"Ya kamu sebagai istri berkewajiban melayani aku sebagai suami, gitu kan?"
Naira sangat bingung harus berkata apa, jujur ia agak takut tapi jika menolak bukankah dosa?
"Se-sekarang?" Tanya Naira kini dengan begitu gugup
"Iya malam ini, kamu mau kan Nai" Jawab Arkan dengan suara yang begitu lembut sengaja ingin menggoda Naira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgotten Husband
Short StoryTiba-tiba memiliki suami? Haha mimpi mungkin. Yaaa kuharap ini hanya mimpi! Hanya mimpi! namun sesosok makhluk didepanku ini ternyata manusia sungguhan. "SIAPA KAMU?" aku bertanya dengan nada tinggi karena terkejut dan takut "Aku SUAMIMU." jawabnya...