12

52 9 0
                                    

Naira membereskan barang-barangnya yang akan ia bawa.

"Kamu bener mau ikut?" Tanya Arkan yang juga sedang merapihkan barangnya

Naira hanya mengangguk

Arkan tak menyangka Naira bersedia ikut, tentunya ia senang. Namun melihat Naira yang tak bersemangat ia juga merasa tak enak hati.

"Mau dibantu? Apa yang belum?" Tanya Arkan
"Gausah, udah kok tinggal ini."
"Oke aku tunggu di luar ya"
"Iya"

***

Semua barang sudah masuk dalam mobil, Naira dan Arkan hendak berpamitan sebelum pergi

"Pak, bu kita pamit ya" kata Arkan, Naira hanya diam tertunduk menahan tangisnya
"Iya nak, hati-hati ya Bapak titip Naira. Tolong jaga dia baik-baik dan maaf Naira masih suka manja-manja" pesan pak Ramli
"Iya tentu pak sudah kewajiban saya menjaga Naira"

Arkan pun mencium punggung tangan pak Ramli, bu Melati kemudian memeluk Fadlan.

Kini giliran Naira mencium tangan ayahnya kemudian memeluknya erat

"Sehat-sehat ya nak, jadi istri dan mantu yang baik. Jangan manja-manja sekarang kamu sudah dewasa. Maafkan selama kamu tinggal sama Bapak dan Ibu banyak keinginan kamu belum bisa terpenuhi. Semoga kamu bahagia."

Naira sudah tak mampu menahan tangisnya, kini ia memeluk ibunya

"Gadis ibu udah dewasa ya, jangan males-malesan. Sekarang udah sama suami udah harus tanggung jawab ya Nak, ibu doakan semoga kamu bahagia."

Kini giliran Fadlan dalam pelukan Naira

"Teteh ngeselin, tapi Fadlan sayang!! Jangan kangen ya teh.haha" Fadlan tertawa hambar dalam tangis nya

Naira memukul pundak Fadlan masih saja bercanda anak ini

"Kamu yang jangan kangen sama teteh, jangan nangis gaada temen dirumah.wlee

***

Sepanjang perjalanan Naira tak henti terisak. Arkan bingung bagaimana cara menenangkannya. Karna ia sudah biasa jauh dengan orang tua, tapi ini kali pertama untuk Naira.

"Udah dong Nai jangan Nangis terus, janji deh kita bakal sering main kesini." Bujuk Arkan

"Hiks..hiks.. pengen pulang! Kangen ibu!!" Ucapnya dengan mengusap air matanya

"Ya Allah baru juga berangkat sayang"

Naira masih terus menangis.

"Mau beli es krim dulu?" Tawar Arkan
Ia ingat dulu waktu kecil jika Naira tak henti menangis es krim dan coklat adalah penawar terbaiknya.

Naira menoleh menatap lekat Arkan.
Haish bodoh tawaran macam apa tadi emang dia masih bocah? Batin Arkan

Tak lama Naira membuka suara "mau.... rasa stobery"
Ucapnya mengusap air matanya.
Memang jika sedang merasa sedih makanan manis mampu membuatnya lebih tenang, terserah orang anggap seperti anak kecil pun.

Arkan pun tersenyum simpul "Dasar ternyata masih sama"

Ia memarkirkan mobilnya di depan sebuah mini market
"Tunggu bentar" pinta Arkan
Naira hanya mengangguk

Arkan menyodorkan plastik belanjaannya

"Wahhj sama coklat juga, kok tau sih"
"Taulah, bocah mah gitu kalo ngadat mah"
"Bodo ah"
Naira menyantapnya kemudian

Forgotten HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang