Hari ini aku bangun pagi sekali, dan tanpa dibangunkan teriakkan ibu. Hurayy!! Hebatkan? Wkwk lebay ya? Tapi menurutku ini luar biasa.
Setelah sholat subuh, aku pergi ke dapur untuk membantu ibu menyiapkan sarapan.
"Naira?" Tanya ibu heran
"Kenapa bu." Jawabku
"Kamu lagi ngelindur?"
"Iihh ibuu Nai beneran bangun kali!!"
"Haha iya maaf, tumben kamu bangun sendiri."
"Yauda atu ah Nai mau tidur lagi aja."
"Pamali Naira tidur lagi pagi-pagi." Kata ibu, dilanjut dengan ceramahnya "Apalagi kamu itu perempuan, gak baik kaya gitu. Mulai sekarang kamu udah harus terbiasa jadi istri yang baik."
"Iya bu, tapi nikah aja belum udah harus terbiasa aja jadi istri?" Haha
"Kamu ini kalo dikasi tau selalu bisa aja jawabnya."
"Tuh tolong potongin sayurnya tadi ibu belum beres!" Titahnya kemudian.
***Makanan sudah tertata rapih di meja makan, ibu sedang memanggil Bapak di kamar dan Fadlan sudah siap duduk disebelahku.
Saat sedang duduk aku memijat-mijat punggung dan leherku, memang sedari kemarin tubuhku terasa sangat pegal-pegal.
"Kenapa Nai?" Tanya ibu lalu duduk di kursinya.
"Eh engga bu, ini cuman dari kemarin rasanya badan Nai pegel-pegel. Mungkin karna kasur Nai udah gaenak deh kan itu udah lama pisan bu. Beliin yang baru ya.." pintaku sambil memasang muka memelasku.haha
Sebenarnya aku tak tahu kenapa badanku pegal, berhubung alasannya cocok sekalian saja aku ingin minta kasur baru tapi malu.
"Tuh mintanya sama Bapakmu."
Pandanganku beralih pada Bapak
"Bapakk.. beliin yaa.." rengekku semanja mungkin
"Iya tapi nanti nunggu musim panen padi."
Kata bapak cuek yang membuat aku gembira
"Wahh beneran ya pak!"
"Tapi kenapa nunggu musim panen padi pak?" Kini Fadlan yang bertanya
"Atau belinya pake uang hasil jual beras yakan pak?" Tanyaku meyakinkan
"Emang kita punya sawah?" Kata Fadlan
"Eh iyaya, kenapa nunggu musim panen pak? Kitakan gak punya sawah!" Kini aku yang bertanya, rasanya perasaanku sudah tak enak
Bapak masih terus asik meyuap makanannya, setelah selesai mengunyah dia menjawab "Iya nunggu musim panen, biar nanti Bapak mintain jeraminya buat tilam kamu tidur. Lumayankan empuk.hwehe"
"Jiahhhhh iya pak bener tuh." Sahut Fadlan dengan tawanya yang begitu lepas
"Ihhhh Bapak!!!" Jawabku kesal
"Eh tapi kalo pake jerami mah nanti abis dimakanin pak, kan teteh kaya kebo.wqwq"
"ledek terossss lan!! Teteh mah ikhlas."Saat kata-kata jerami terngiang ditelingaku, tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit "euhh" gumamku menahan sakit
"Kenapa Nai?" Tanya ibu cemas
"Gapapa bu." Jawabku singkat***
"Gas!!"
"Bagas!!"
Pulang dari warung aku melihat Bagas, beberapa kali ku panggil dia tak juga menengok. Aku yakin suaraku cukup keras, tak mungkin ia tak mendengar. Sudah beberapa hari ini setiap kami bertemu dia seolah ingin menghindar. Apa dia marah karna waktu itu? Padahal aku sudah minta maaf, dan dia juga bukan tipe orang yang akan mudah marah hanya karna masalah sepele."Hey!" Aku menepuk pundak Bagas saat jarak kami sudah cukup dekat
Ia menoleh "Eh Naira" sapanya dengan senyum terpaksa
"Mau kemana Gas?" Tanyaku
"Eung ini anu apa aku ada urusan buru-buru. Duluan ya Nai." Ucapnya lalu cepat-cepat dia pergi
"Eh Gas tap..." dia sudah pergi jauh
Anehkan, kenapa dia?"Punten neng," sapa seorang supir mobil pick up
"Iya.." jawabku
"Maaf mau tanya neng, kalo rumah pak Ramli Hanafi dimana ya?"
"Oh dari sini Bapa lurus terus, nanti dipertigaan belok kanan. Depan rumahnya ada pohon Mangga, Cat rumahnya warna Biru pak." Aku menunjukan arah
"Baik, makasih ya neng"
"Iya sama-sama pak."
Mobil itu pun melaju kembaliRamli Hanafi itu Nama Bapakku, dan setahuku tak ada nama yang sama di desa ini. Ada apa ya nyariin Bapak? Aku bertanya dalam batin. Saat ku lihat tadi mobil itu mengangkut kasur, lemari baju, lemari pajangan, meja rias, dan barang-barang lain tak kulihat semua. Aku berjalan cepat ingin segera sampai ke rumah.
Benar saja, supir mobil tadi sedang menurunkan barang-barang tadi di depan rumahku.
Setelah mereka pamit, aku bertanya
"Barang-barang ini buat siapa pak?"
"Buat kamu, katanya mau kasur baru." Jawab Bapak membuat aku sangat kegirangan
"Wahhh yang bener pak? Terus itu lemarinya?"
"Semuanya buat kamu."
"Tapi kok aneh pak, kaya barang-barang bawa seserahan aja. Bapak yang belikan?" HeheYa memang benar seserahan di tempatku memang lumrah membawa peralatan rumah tangga, seperti yang tadi itu.
"Kamu gak mau? Biar Fadlan aja yang pake kalo gitu." Kata Bapak
"Eh enak aja ya maulah!"Setelah itu aku menata ulang kamar tidur tersayangku dengan semua barang-barang baru ini. Kasur baru dibalut dengan bad cover baru pula dengan warna hijau mint kesukaanku, membuat aku semakin nyaman berada disini sekarang. Haha
Akhirnya selesai. Aku merebahkan tubuhku di atas kasur
"Naira!!" Ibu memanggil
Ya allah baru saja aku mau terlelap "iya bu.." aku keluar menghampiri ibu "kenapa bu?" Tanyaku kemudian
"Udah selesai bebenah kamarnya?" Ibu malah balik bertanya
"Ini baru beres."
"Kalo gitu bantuin ibu bikin kue yaa."
"Tumben bu bikin kue?"
"Iya nanti malem bakal ada tamu."
"Hah tamu siapa bu? Kok malem-malem?"
"Nanti juga kamu tahu." Jawab ibu dengan tersenyum
"Aneh." Gumamku***
Hari ini sangat melelahkan bagiku, sehabis sholat isya tadi aku ingin segera tidur. Tapi kata ibu tunggu dulu, aku bahkan tak tahu kini menunggu siapa.
"Bu aku nunggu di kamar ya." Aku beralasan
"Yasudah sana, tapi awas jangan tidur dulu ya."
"Iyaa"Sampai di kamar aku merebahkan tubuhku, dan mon maaf ini kok nyaman banget bikin mata makin berat. Sudahlah aku menyerah menahan kantuk, aku pasrahkan saja jiwaku terseret ke alam mimpi, lagian sekarang juga sudah sangat malam.
***
Suara Alarm bising mengganggu pendengaranku hingga mengembalikan kesadaranku. Dengan malas aku meraba-meraba mencari ponselku, seingatku semalam aku meletakannya disampingku.
Dengan mata masih tertutup aku terus mencari, namun yang ku temukan bukan handphoneku. Ini apa ya terasa kokoh dan berotot, tanganku naik ke atasnya. Wawahwah ini seperti dagu, bibir, hidung, mata, alis, jidat. Aku sontak membuka mataku. Kulihat sebelahku
"Aaaaaahhh siapa kamu?!!" Tanyaku sinis.
Diaa manusia, seorang lelaki yang tak ku kenal. Jantungku berdebar kencang, tubuhku terasa sangat lemas. Aku kaget segaket-kagetnya.Dia menggeliat, lalu terduduk dan menatapku lalu berkata "Aku SUAMIMU."
perkataan singkatnya tadi masih belum dapat ku cerna. Suami? Suami? SUAMI? Aku tertawa hambar "heuheu" ini mimpi mungkin. Lalu aku menepuk-nepuk kedua pipiku untuk menyadarkanku.
Lalu pria asing itu menyentil jidatku dan berkata "Ini kenyataan bodoh!"
"Aww!!sakit!! Ini kenyataan? Ini benar?" Aku seperti orang bodoh kelimpungan
"BAPPAAKKKK!!!!!" aku berteriak histeris.***
To be continue..
Waduh, aneh ya ceritanya?😆 Meski begitu semoga ada yang suka.hehe ngarep gapapakan?
Jika berkenan voment yaa!!! Terimakasih
Garut, 21 Februari 2020
Love💕Elisa Fauziah
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgotten Husband
Short StoryTiba-tiba memiliki suami? Haha mimpi mungkin. Yaaa kuharap ini hanya mimpi! Hanya mimpi! namun sesosok makhluk didepanku ini ternyata manusia sungguhan. "SIAPA KAMU?" aku bertanya dengan nada tinggi karena terkejut dan takut "Aku SUAMIMU." jawabnya...