Makanan telah tersusun di meja. Semua sudah berkumpul, hanya menunggu satu anggota baru keluarga mereka. Yah, tepatnya baru kembali lagi.
"Nai cepet panggil suami kamu ajak makan malam." Titah bu Melati
"Iya bu"
Naira beranjak menuruti perintah ibunya.Naira membuka pintu kamarnya,
"Arkan hayu Maaaaaaaaa-" Naira menganga menggantung ucapannya, matanya membulat sempurna karna begitu terkejut kala melihat suaminya hanya mengenakan celana dalamnya. Arkan baru selesai mandi dan hendak memakai celana tidurnya, baru mengangkat satu kaki untuk masuk kedalam celana tetiba Naira masuk membuat Arkan tak kalah terkejut.Sepersekian detik Naira tersadar,
"Mm-maa maaf!!" Ucapnya
lalu segera membalik badannya dan menutup pintunya cukup keras.
Arkan mencoba biasa saja menutupi rasa malunya juga."Kalo udah beres ayo makan malam udah ditunggu sama semua."
Ucap Naira cukup keras dengan suaranya yang masih gugup.Naira mencoba menormalkan ekspresinya dan kembali ke ruang makan.
"Lho kok sendiri nai, arkan nya mana?" Tanya pak Ramli
"I-itu Arkan baru beres mandi kayaknya lagi pake baju pak."
Naira kemudian menunduk, entah mengapa bayangan tubuh arkan tadi terputar terus dalam benaknya. Naira menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pikirannya itu."Kamu kenapa Nai? Sakit? Mukamu merah begitu." Kata bu Melati
"Hah eh gapapa ko bu, cuman sekarang rasanya agak gerah ya.hehe" jawab NairaTak lama Arkan datang kemudian duduk disebelah Naira.
Berada di dekat Arkan semakin membuat Naira tegang, ia juga tak enak hati karna tadi tak mengetuk pintu dulu. Mana ia tahu kan akan melihat itu.
Suhu tubuh Naira semakin naik. Gerahhh!! Pikir Naira. Jantungnya pun sama tak wajarnya berdegup begitu kencang."Nai, cepet ambilin nasinya buat suami kamu malah bengong mulu" kata melati
"Hah eh iya bu" Naira tersentakIa mengambil satu piring, kemudian menyiuk nasinya. Tapi kenapa pula tangannya kini terasa begitu lemas dan bergetar
"Santai aja kali gausah gemeteran." Bisik Arkan pelan tersenyum heran melihat Naira salah tingkah. Bahkan dirinya biasa saja kini. Masalah tadi ya sudahlah. Toh nanti juga Naira akan tau dan melihatnya kan?wkwkwk
Semuanya mulai sibuk menyantap makanannya masing-masing.
***
Naira sibuk mengatur posisi tidurnya, lalu meletakan guling diantara dirinya dan Arkan sebagai pembatas
"Ini batasnya ya! Awas aja kalo lewat lagi kaya kemarin."
Naira berjaga-jaga, pasalnya saat bangun tidur kemarin lengan arkan sudah bertengger manis memeluknya"Hmmm" jawab arkan malas
"Awas ya jangan macem-macem pokoknya!" Jelas Naira kiniArkan mengangkat sebelah alisnya heran, ribet sekali Naira, padahal kemarin ia juga tidak sengaja memeluknya karna tidurnya pulas jadi tidak sadar.
"Macem-macem apasi sama bocah kecil kayak kamu?" Jawab Arkan santai
"Bocah kecil? Enak aja aku udah gede tau." Naira menggerutu kesal
"Gede apanya?" Tanya arkan ingin menggoda dengan senyum jahil
"Y-ya pokonya aku bukan bocah ya!!" Bibirnya mengerucut karna kesal
"Serahlah." Kata arkan cuek.***
"Nai.."
"Naira!!"
Panggil Arkan yang mulai kesal diabaikan oleh naira yang tengah fokus menatap televisi. Kini mereka hanya duduk berdua di ruang tengah, karna hanya mereka yang tak ada kegiatan pagi ini."Dasar emak-emak doyan sinetron!" Nyinyir Arkan
"Ini bukan sinetron tapi Ftv" Naira membuka suara karna tengah jeda iklan
"Sama aja kali! Kayak emak-emak lu doyan begituan."
"Bodo ah!" Cuek Naira karna Ftv nya mulai lagi.Arkan rasanya sampai mati kutu dilanda kebosanan yang HQQ ini. Ingin bermain hp batery nya habis.
"Naira!!!!" Arkan makin kesal karna masih diabaikan
Sampai akhirnya 'pluk' Arkan melempar cemilan yang tengah ia makan tepat mengenai mata Naira."Apa sih Arkan!! Ganggu mulu ih."
"Hayu main yu Nai, Bosen nih." Rengek Arkan
"Main? Kayak bocah aja!"
"Iya jalan-jalan atau ngapain gitu aku bosen nih. Ayolah Nai.."
"Males ah ini lagi seru-serunya. Sana keluar aja sendiri."
"Huh istri durjana ya!!""Eh itu kenapa cemberut gitu?" Tanya bu melati yang tiba-tiba datang
"Hehe gapapa bu, Arkan cuma pengen jalan-jalan tapi Nairanya gamau nganterin" adu Arkan
"Lho Nai beneran kamu gamau? Gaboleh gitu Nai, suami kamu minta anterin tuh ayo cepet!"
"Eh eu apa enggak kok bu, Nai bukan gamau cuman bentar lagi ini nonton lagi seru!"
"Iya kamu seru, itu liat Arkan kasian kebosenan sendiri. Sekarang cepet kamu anter Arkan!"Jika ibunya sudah menyampaikan titahnya. Siapalah yang mampu menolaknya. Senyum kemenangan pun terbit di wajah Arkan.
Dengan semangat Arkan beranjak menyusul Naira yang sudah keluar lebih dulu dengan wajah kesalnya.
"Arkan keluar dulu ya bu.." pamit Arkan
"Iya hati-hati ya.."***
Naira berjalan cepat sudah cukup jauh didepan Arkan
"Naira tungguin dong kok malah ninggalin sih!"
Naira tak menghiraukan teriakan Arkan, ia makin mempercepat langkahnya. KESAL!! Itulah perasaan Naira sekarang."Hah..hah..hah.." dengan nafas tersenggal Arkan mengejar langkah Naira dan kini ia merangkul pundak Naira.
Kaget dengan rangkulan itu Naira ingin melepaskan diri namun rangkulan Arkan cukup kuat."Hish paan sih rangkul-rangkul!"
"Ya salah siapa ninggalin? Tanggung jawab ni cape tau ngejar loe."
"Yang pengen jalan-jalan keluar siapa?"
"Yakan pengennya jalan bareng bukan ngitutin loe jalan Nai."
"Lepasin ah!" Naira berontak
"Gak! Nanti loe lari ninggalin gue lagi."
"Gabakal! Cepet lepas!" Naira makin berontakBukan melepaskannya Arkan malah mendekap Naira. Ia senang melihat wajah Naira yang memerah saat ia rangkul dan ia ingin lebih menggodanya dengan memeluknya sekarang.
"Arkan lepas! Malu tau.."
Bukan apa Naira marah, tapi ia ingin menjauh dari Arkan agar denyut jantungnya yang berdebar cepat normal kembal."Naira.." panggil seseorang mengagetkan mereka. Refleks Arkan melepas pelukannya.
"Eh Bagas" jawab Naira gugup
Bagas pun tersenyum,
Dan Arkan kebingungan. Bagas? Namanya terasa tak asing ditelinganya."Siapa Nai?" Tanya Bagas sambil menatap Arkan
"Euh.. dia Arkan Anaknya pak Gumilar gas"
Naira menyebut nama pak Gumilar karna hampir seluruh warga mengenalnya, pemilik perkebunan terluas disini. Naira bingung harus mengenalkan Arkan bagaimana."Kenalin gue Arkan suami Naira." Arkan menyodorkan tangannya untuk berkenalan
"Oh hai saya Bagas temen deket Naira"
Keduanya memasang senyum yang dipaksakan."Oh dia Bagas yang loe tu-..." belum selesai dengan ucapannya Naira cepat-cepat membungkam mulut Arkan dengan tangannya. Ia takut Arkan membeberkan curhatannya dibuku itu. Pasti akan sangat memalukan kan?
"Empphh kenapa sih Nai" Arkan menyingkirkan tangan Naira
"Ehehe maaf ya gas kita duluan." Naira menarik Arkan paksa
"Eh tunggu Nai"
Naira menoleh "ya?"
"Bisa bicara berdua dulu?" Pinta BagasNaira bingung, ia kan sedang dengan Arkan, tapi mengingat Bagas yang baru mau lagi bicara padanya Naira tak bisa menolak.
"Mmm Arkan kamu duluan dulu ya, nanti aku nyusul."
"Hah! Tapi Nai..."
Naira memelototi Arkan tanpa Bagas tahu. Dengan terpaksa dia pergi sendiri.***
To be continue..
Udah lama ya gak up😂 siapa yang pedulikan? Gaada yang nungguin juga mungkin.hehe tapi gapapa saya mah lanjut aja nulis😁
Garut, 10 Maret 2020
Love💕Elisa Fauziah
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgotten Husband
Short StoryTiba-tiba memiliki suami? Haha mimpi mungkin. Yaaa kuharap ini hanya mimpi! Hanya mimpi! namun sesosok makhluk didepanku ini ternyata manusia sungguhan. "SIAPA KAMU?" aku bertanya dengan nada tinggi karena terkejut dan takut "Aku SUAMIMU." jawabnya...