10

73 9 0
                                    

Setelah Arkan beralalu lebih dulu,
Naira dan Bagas mencari tempat teduh untuk berbincang.

"Maaf ya Nai." Bagas membuka pembicaraan
"Maaf untuk apa?" Naira bingung
"Maaf kemari-kemarin aku terus ngehindarin kamu."
"Ohh itu.. iya gapapa si cuman aku bingung kenapa kamu gitu? Aku ada salah sama kamu?"
"Enggak kok kamu ga ada salah Nai."
"Teruss?"
"Kemarin kecewa."
"Kecewa? Sama aku? Karna aku batalin janji?"
"Haha bukan Nai, kemarin aku denger cerita dari ibuku. Dia bilang katanya aku gaboleh deketin kamu lagi. Awalnya aku gak heran karna dari dulu emang orang tua kita gasuka kan kita deket."
Naira menyimak ucapan Bagas,

"Terus aku nanya alesannya, dan ibu cerita  katanya kamu udah nikah. Udah punya suami. Jujur pas denger itu aku ketawa gak percaya Nai. Tapi perkataan ibu cukup ganggu pikiran aku. Makannya kemarin aku belum siap pas ketemu kamu. Aku belum siap nata hati aku nai."

Naira masih terdiam, pantes aja Bagas tadi biasa aja pas liat Arkan

"Perasaanku sakit denger hal itu Nai, walau aku belum percaya. Aku kesel sama diri sendiri yang gaberani ungkapin perasaan aku sama kamu. Dan sekarang kita masih bisa ketemu aku mau bilang aku sayang sama kamu Nai. Maaf baru bilang sekarang, aku gatau lagi kapan bisa ngobrol berdua gini lagi sama kamu. Aku juga nyesel gak omong ini dari dulu, eh tapi kalo dulu ngomong pun kamu tetep udah nikah ya. Hehe"

Mata Bagas sudah berlinang air mata.
Naira cukup terkejut dengan ucapan Bagas meskipun ia sudah sadar dengan sikap Bagas yang penuh kasih sayang padanya. Ia kira itu karna mereka bersahabat.

"Maaf Gas." Kata Naira tulus
"Ahahaha" Bagas mencoba tersenyum

"Gapapa Nai, ini bukan salah kamu. Sekarang aku cuman sadar ternyata rinduku tak sampai pada tujuan, rasaku tak bertuan, dan kasihku tak bersambut." Kata Bagas sarkatis

"Aku cuman tersakiti karna ekspektasiku gak sama kayak realitanya. Setelah liat Arkan tadi sama kamu, kenyataan bener-bener kayak nampar aku. Bener kata ibu kamu udah milik orang lain. Selamat ya Nai aku harap kamu bahagia."

"Tapi kita masih temenan kan Gas?" Tanya Naira kini
"Haha ya pastilah Nai, gimanapun juga kamu sahabat aku. Tapi pasti kita gabisa sedeket dulu ya Nai? Aku yakin Arkan pasti cemburu.haha dan juga aku udah harus mulai terbiasa tanpa kamu lagi Nai."

"Terserah kalo menurut kamu aku lebay karna jadi harus menjauh dari kamu. Tapi gimana bisa aku ikhlasin kamu kalo aku terus deket kamu. Dari pada aku tersiksa dalam friendzone ini mending aku ngalah dan menjauh.hehe" tambah Bagas lalu mengelus puncak kepala Naira, untuk yang tetakhir. Ya ini terakhir aku berharap sama kamu Nai. Batin Bagas.

"Tenang aja Nai, aku tunggu jandamu.wkwk" Bagas bercanda untuk menghilangkan kecanggungan diantara mereka.
"Huh kok gitu si doain aku jadi janda."
"Ya gapapa neng, kan aa siap jadi gantinya" Bagas mengesipkan sebelah matanya.
Mereka berdua pun tertawa.

Naira pun pamit, karna sudah terlalu lama Arkan bisa marah nanti. Bagas tertinggal bersama luka dan pedih di hatinya. Namun ia harap sang waktu cepat meredakan nyerinya.

Hati dan pikiran Naira bercampur. Ia merasa tak enak pada Bagas dan ia pun cukup merasakan kecewa, tak bisa dipungkiri mereka sangat dekat sejak lama Naira sudah terbiasa dengan Bagas. Namun Naira lega juga, Bagas bisa mengerti keadaannya kini.

                                          ***

Sepanjang jalan Naira kebingungan harus menyusul Arkan kemana. Ia sudah ke beberapa tempat tapi Arkan tak ada disana. Apa dia tersesat? Udah tua juga kan bisa nanya jalan.

"Udahlah bodo amat!" Rutuk Naira yang sudah lelah berjalan.

"Assalamualaikum" salam Naira memasuki rumah
"Waalaikumsalam"
"Kamu kok baru pulang Nai?" Tanya melati kemudian
"Eh emang Arkan udah pulang bu?"
"Dia mah tadi pergi gak lama, kepanasan katanya."
"Oh gitu.."
   Nyebelin orang cape-cape nyariin eh udah pulang! Batin Naira

"Emang kamu darimana? Bukannya tadi keluar bareng."
"M-mm anu bu tadi Nai ada urusan mendadak, yaudah bu Nai istirahat dulu ya."
"Yasudah sana."

                               ***

Memasuki kamarnya Naira melihat Arkan dengan muka masamnya tengah duduk di tepi ranjang tak jauh dari tempat ia berdiri kini. Arkan memaikan handphone nya, Naira tersenyum tipis karna yang ia lihat Arkan hanya sibuk membukan tutup aplikasi chatnya sesekali rollong status.

Tadinya Naira ingin marah pada Arkan karna kesal, tapi entah mengapa melihatnya kini Naira merasa sedikit bersalah. Ternyata segabut itu ya dia?wkwk

"Cih senyam senyum sendiri yang abis ketemuan mah!" Cibir Arkan sinis,

Naira mengangkat sebelah alisnya heran,
"Orang senyum karna liat tingkahmu"
Batin Naira.

"Dih apaan si!" Naira mengabaikannya lalu mengambil novelnya yang belum selesai ia baca, kemudian duduk di sebelah Arkan.

"Ngapain deket-deket. Sana sama Bagas mu itu!"

Astahfirullah sabar Nai, aneh. Kenapaa pula orang ini?
Padahal mereka duduk tak terlalu dekat, masih ada jarak diantara mereka.
Naira pun tersenyum jahil, ia beranjak merapatkan duduknya dengan Arkan. Kemudian berkata

"Kenapa bawa-bawa Bagas?"
Arkan hanya diam seolah acuh, ia hanya bergeser menjauh
"Hmmm tadi katanya ada yang pulang duluan katanya kepanasan ya? Perasaan diluar mendung deh, panas apanya pak?"timpal Naira sambil kembali merapatkan jaraknya
Arkan masih menghiraukan lagi-lagi menggeser duduknya.
Naira masih sama kembali merapat pada Arkan
"Cemburu?" Bisik Naira mendekatkan wajahnya ketelinga Arkan, bertanya dengan suara lembut.
Seketika telinga Arkan mulai memerah.

Arkan masih setia dengan diamnya. Sampai akhirnya 'Bugh' dirinya terjatuh kesisi ranjang karna tak sadadar duduknya sudah di ujung tapi masih terus bergeser.

"Awwww!!" Rintih Arkan kemudian memegang pinggangnya yang sakit.

Naira tak mampu menahan tawanya melihat kejadian tadi. Arkan terlihat makin kesal saja. Naira tertawa terpingkal-pingkal sampai merebahkan tubuhnya diatas kasur dan memengang perutnya yang sakit karna tawanya.

Arkan menatap lekat Naira.
Arkan berdiri dengan tatapan masih terfokus pada Naira.

Sadar ditatap lekat-lekat, Naira mulai menghentikan tawanya perlahan. Arkan terus mendekat dan semakin dekat. Dan kini Arkah sudah berada di atas Naira, menahan badannya dengan sikunya. Wajah mereka berhadapan begitu dekat, Naira tak bisa menghindar. Ia mulai panik, bingung harus melakukan apa. Nafasnya pun terasa makin berat. Arkan terus mendekatkan wajahnya dengan perlahan. Naira pun menutup matanya. Tak lama,

"Mandi sana, bau matahari." Arkan bebisik ditelinga Naira.

Cepat-cepat Naira membuka matanya, dengan sesuatu yang masih bergejolak di hatinya. Ia melihat Arkan bangkit dengan senyuman aneh diwajahnya. Bodoh! Kenapa ia memejamkan mata?
Arkan pun berlalu keluar

"Piuhhh.. Masyaallah!!" Gumam Arkan menyandarkan tubuhnya dipintu setelah keluar dan mengusap dadanya yang juga merasakan detakan hebat. Sebenarnya Arkan sudah merasa gemash saat berhadapan begitu dekat dengan Naira yang nampak begitu cantik dimatanya, ditambah pipinya yang mulai merona terlihat begitu manis.

                                        ***

To be continue..








Gimana nehhh?wkwk  borringkah? Semoga ada yang mau lanjut yaaa😅





Garut, 12 Maret 2020
Love💕

Elisa Fauziah

Forgotten HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang