Suasana canggung menyergap perasaan dua insan yang telah lama dipersatukan, namun saling merasa asing.
Kini Naira tengah berdua bersama Arkan di kamarnya. Suaminya itu disuruh menemaninya untuk beristirahat, tapi jika mereka berdua seperti itu bagaimana Naira tenang beristirahat?
"Ehm!!" Naira berdehem
Arkan tetap fokus menatap layar ponselnya.
"Ehm ehm!!" Naira memberi kode bahwa ia ingin mulai perbincangan, namun percuma Arkan terus mengabaikannya."Heh.. eumm.. euu.. Arkan!" Panggil Naira ragu
"Apa?" Jawab Arkan tanpa menatap Naira
"Kamu ngerasa aneh gak si kita udah eu... nikah?" Tanya Naira
"Enggak." Jawab Arkan dengan pandangan masih pada layar ponselnya.
"Ohh atau kamu mah malah seneng ya? Udah ngarep-ngarep sama aku?" Naira bertanya
Kini arkan mendongak "GR! Gak juga!" Jawabnya tegas
Hish judes amat dengus naira, Arkan hanya melirik Naira
"Terus kenapa dulu kamu mau nikah sama aku?" Entah mengapa meskipun respon Arka cuek Naira merasa nyaman berbicara padanya, dan meskipun baru bertemu lagi Naira tidak segan pada Arkan.Arkan terlihat berpikir dan mengingat-ngingat
"Kita nikah dulu karna tidur bareng, pelukan, ciuman, dan..."
Terkejut mendengar jawaban Arkan Naira menutup mulut Arkan karna ia tak ingin mendengar hal berikutnya
"Dih gak mungkin!!! Masa aku masih kecil dulu udah kayak gitu? Sekarang udah gede aja gak pernah tuh bayangin yang begituan!!"
"Kayak begituan apa?" Tanya Arkan heran atau entah pura-pura keheranan
"Ohhh hahahaha pikiran loe kotor ya, gue kira loe masih polos." Tambah arkan kemudian
"Ya terus apa?" Naira bertanya
"Jadi cetitanya gini..."Flash back on
"Nai main yu!" Ajak Arkana yang sedang berlibur ke desa tempat Naira
"Main kemana Arkan?" Tanya Naira
"Kemana aja aku pengen jalan-jalan, pengen tau daerah sini."
"Hayuu tapi minta izin dulu ya sama orang tua kita."
"Yah lama, merekakan lagi keluar. Keburu Hujan Nai liat tuh udah mendung."
"Tapi tadi kata ibu kita gak boleh kemana-mana."
"Yah Naira payah ah. Ayoo janji deh gak bakal lama. Kapan lagi coba aku kesini" Bujuk Arkan
"Bener ya gak lama?"
Arkan tersenyum penuh kemenangan***
"Wah Nai sumpah ini indah banget!"
"Baguskan, ini tempat kesukaan aku kalo lagi pengen menyendiri."
"Serius kamu sendiri kesini? Inakan jauh banget dari rumah kamu!"
"Iyaa mungkin karna udah biasa jadi ya gapapa."
"Wahh Nai kalo kita disana pasti jauh lebih indahkan?" Tanya Arkan menunjuk puncak bukit yang lebih besar.
Ya mereka tengah berada diatas perbukitan kecil."Enggak ah aku takut kesana terlalu jauh!"
Tanpa mendengar perkataan Naira, Arkan berlari menuju kesana. Dengan terpaksa Naira mengejarnya.Belum tiba dipuncak tiba-tiba cuaca berubah. Badai lebat turun mengguyur deras membuat dua anak itu ketakutan karna mereka berada jauh dari pemukiman. Akhirnya mereka melihat sebuah gubuk untuk berteduh didalamnya. Hujan makin lebat disertai petir. Naira yang ketakutan tak berhenti menangis. Dan Arkan merasa bersalah. Hari semakin gelap hujan tak kunjung reda.
***
Orang tua Naira dan Arkan panik tidak bisa menemukan anak mereka sampai hari sudah petang dan hujan begitu lebat.
Mereka terus memcari dua anak itu dibantu dengan warga lainnya. Karna hari sudah makin larut dan hujan tak kunjung reda, terpaksa pencarian mereka harus dihentikan dulu.
Keesokan harinya mereka mulai mencari lagi sedari pagi rebun. Saat berjalan di kaki bukit Melati melihat jemput rambut tergeletak. Ia sangat mengetahui jepit itu milik putrinya. Semua orang yang ikut mencari berjalan menaiki bukit. Hingga mereka melihat sebuah gubuk di atas sana.
Seorang warga membuka pintunya, dan betapa terkejutnya ia melihat Arkan dan Naira tertidur bersama diatas jerami sambil saling berpelukan dan Arkan yang bertelanjang dada.
"Astagfirullah!" Teriak orang itu
Yang lain bergegas melihat kedalam.
Yang lainnya pun tak kalah terkejut namun juga lega melihat dua anak itu.***
Kini semuanya tengah berkumpul dikediaman pak Ramli. Naira dan Arkan tengah di introgasi oleh pak RT, didampingi orangtua mereka, dan disaksikan beberapa warga.
Mereka berdua sangat ketakutan dan gugup. Pak RT sudah banyak bertanya tentang kejadian kemarin, sampai akhirnya bertanya
"Nak Arkan, de Naira semalam apa yang kalian lakukan?"
Naira yang sudah menahan tangis karna takut tak mampu bicara, hingga Arkan menjawab
"Kami hanya tidur bersama."
"Kalian hanya tidur?"
Anak-anak itu mengangguk
"Kalo hanya tertidur kenapa mereka saling berpelukan dan Arkan bertelanjang dada pak RT padahal kemarin hujan lebat. Apa dia tidak kedinginan?" Celetuk seorang warga
"Apa maksud anda mereka melakukan sesuatu? Mereka itu masih kecil." Jawab pak Gumilar
"Anak kecil? Arkan 13 tahun pak dan Naira 9 tahun mungkin mereka sudah cukup mengerti." Jawab seseorang
Suasana makin memanas. Pak RT melerai dan kembali memastikan
"Saat tertidur kalian benar tidak melakukan apapun lagi?"
"Saat tertidur kami berpelukan, berciuman..." Arkan belum menyelesaikan ucapannya suasana sudah menjadi sangat kacau"Wah gak bener nih pak RT, mereka harus segera dinikahkan." Pinta para warga.
Keluarga pak Ramli dan Pak Gumilar kini sudah sangat merasa malu. Dan lagi mereka tidak menyangka dengan semua ini.
Akhirnya mereka segera menikahkan anak mereka walau dengan sederhana..
Flash back off
***
To be continue..
Waduh ada yang salah paham gak nih?😂
Maaf jika alasannya sangat absurd, dah bingung nyari alesan yang bagus biar ceritanya bisa lanjut.heheGarut, 27 Februati 2020
Love💕Elisa Fauziah
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgotten Husband
Short StoryTiba-tiba memiliki suami? Haha mimpi mungkin. Yaaa kuharap ini hanya mimpi! Hanya mimpi! namun sesosok makhluk didepanku ini ternyata manusia sungguhan. "SIAPA KAMU?" aku bertanya dengan nada tinggi karena terkejut dan takut "Aku SUAMIMU." jawabnya...